Cara Menghitung Nilai Residu
Bagaimana Caranya Menghitung Depresiasi Atau Penyusutan
Cara Menghitung Akumulasi Penyusutan
Pernah mendengar penyusutan? Penyusutan atau depresiasi merupakan istilah akuntansi yang didefinisikan sebagai penurunan nilai dari suatu aktiva tetap karena waktu dan pemakaian. Aktiva tetap yang mengalami penyusutan antara lain mesin baik peralatan kantor berupa komputer, printer, dan mesin hitung maupun mesin tambang atau pabrik, kendaraan, mebel, dan bangunan.
Bagaimana dengan tanah? Tanah merupakan satu-satunya aktiva tetap yang tidak mengalami penyusutan meski digunakan selama bertahun-tahun. Sebaliknya, nilai dari tanah justru cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, investasi tanah lebih menguntungkan dibandingkan dengan jenis aktiva tetap lainnya. Namun, agar operasional usaha berjalan lancar, berkembang, dan maju tentu tidak hanya mempertimbangkan pengadaan aktiva tetap berupa tanah saja, tetapi juga jenis aktiva lainnya.
Aktiva tetap yang digunakan dari tahun ke tahun akan menyusut karena mengalami penurunan nilai fungsi. Bicara tentang penyusutan, terdapat dua istilah yang sering digunakan dalam perhitungan laporan keuangan, yakni beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Beban penyusutan merupakan penggunaan atas manfaat dari aktiva tetap yang diakui. Sementara akumulasi penyusutan dapat dipahami sebagai kumpulan beban penyusutan periodik. Keduanya berbeda dalam pencatatan, di mana beban penyusutan dicatat dalam laporan laba rugi, sedangkan akumulasi penyusutan dicatat dalam neraca.
Besar akumulasi penyusutan pada tahun pertama pemanfaatan aktiva tetap sama dengan besar beban penyusutan selama satu tahun pertama pemakaian aktiva tetap tersebut. Selanjutnya pada tahun kedua pemakaian, besar akumulasi penyusutan adalah hasil penjumlahan dari beban penyusutan di tahun pertama dan kedua pemakaian aktiva tetap. Demikian pula untuk tahun ketiga dan seterusnya. Dalam laporan keuangan, sifat dari akumulasi penyusutan ini adalah mengurangi nilai aktiva tetap.
Akumulasi penyusutan dapat dihitung dengan beragam metode. Namun metode yang sering digunakan adalah garis lurus dan saldo menurun. Dalam menghitung penyusutan, terdapat beberapa variabel yang harus diketahui, yaitu:
- Harga perolehan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan aktiva tetap, yang mencakup harga beli ditambah dengan biaya-biaya lain seperti biaya pemasangan, perakitan, transportasi, dan lainnya.
- Nilai residu merupakan taksiran nilai sisa dari aktiva tetap setelah digunakan. Nilai residu tak selalu, sehingga aktiva tetap tidak memiliki nilai residu. Hal ini disebabkan pada masa penarikan tiba, suatu aktiva tetap tak selalu dijual dan hanya dibiarkan begitu saja. Tentu hal tersebut tdak dianjurkan, akan lebih baik jika aktiva yang sudah tidak digunakan dijual atau didaur ulang sehingga mampu memperpanjang nilai fungsinya.
- Harga buku disebut juga nilai historis yakni harga saat aktiva diperoleh, di mana harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tetap selama umur ekonomisnya.
- Umur ekonomis adalah perkiraan usia pemakaian aktiva tetap atau batas waktu penggunaan aktiva tetap. Umur ekonomis suatu aktiva tetap dibedakan menjadi dua, yaitu umur fisik dan fungsional. Umur fisik menunjukkan kondisi aktiva secara fisik, di mana suatu aktiva masih memiliki umur fisik apabila kondisinya masih baik meski mengalami penurunan fungsi. Sementara umur fungsional terkait dengan kebermanfaatan suatu aktiva. Aktiva yang memiliki umur fungsional jika masih bisa difungsikan dan memberikan kontribusi pada operasional perusahaan.
Lantas, bagaimana cara menghitung akumulasi penyusutan suatu aktiva tetap? Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat banyak metode yang bisa digunakan untuk menghitung penyusutan, namun yang sering digunakan adalah metode garis lurus dan saldo menurun.
- Metode garis lurus (straight line method)
Beban penyusutan aktiva yang dihitung dengan metode garis lurus menggunakan asumsi bahwa aktiva tetap memberikan kontribusi atau manfaat secara merata, tanpa berfluktuasi selama masa penggunaannya. Tingkat penurunan aktiva tetap akan sama setiap tahunnya hingga aktiva tersebut ditarik dari penggunaannya. Oleh sebab itu, metode ini akan sesuai digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva tetap yang tingkat keausannya tidak dipengaruhi oleh volume produk yang dihasilkan. Beban penyusutan yang dihitung dengan metode ini didasarkan pada rumus berikut.
D = (AC – SV)/LT
Keterangan:
D = penyusutan AC = harga perolehan SV = nilai residu
LT = umur ekonomis
Contoh kasus:
Perusahaan membeli sebuah mesin pada tanggal 3 Januari 2016 dengan harga Rp 6.000.000,- dan ditaksir memiliki umur ekonomis hingga 8 tahun. Mesin tersebut diperkirakan bisa dijual pada saat penarikan penggunaannya nanti dengan harga Rp 250.000,-. Hitunglah beban penyusutan dan akumulasi penyusutan dari mesin tersebut!
Penyelesaian:
D = (Rp 6.000.000,- – Rp 250.000,-)/8 = Rp 5.750.000/8 = Rp 718.750,-
Beban penyusutan mesin sebesar Rp 718.750,-. Mengingat perusahaan menggunakan metode garis lurus, maka beban penyusutan mesin tersebut sama hingga akhir masa penggunaannya. Sementara untuk akumulasi penyusutan mesin dapat dihitung dalam tabel berikut.
Tahun Penggunaan | Harga Perolehan | Nilai Residu | Umur Ekonomis | Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Harga Buku |
0 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | – | – | 6.000.000 |
1 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 718.750 | 5.281.250 |
2 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 1.437.500 | 4.562.500 |
3 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 2.156.250 | 3.843.750 |
4 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 2.875.000 | 3.125.000 |
5 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 3.593.750 | 2.406.250 |
6 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 4.312.500 | 1.687.500 |
7 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 5.031.250 | 968.750 |
8 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 5.750.000 | 250.000 |
Dari tabel di atas tampak bahwa akumulasi penyusutan di tahun terakhir penggunaan mesin nilainya tidak sama dengan harga perolehan mesin. Hal ini disebabkan oleh adanya nilai residu mesin. Jika mesin tidak memiliki nilai residu, maka akumulasi penyusutan nilainya akan sama besar dengan harga perolehannya.
Metode saldo menurun menggunakan asumsi bahwa aktiva tetap memberikan kontribusi yang besar di awal-awal masa pemanfaatannya. Seiring dengan berkurangnya umur ekonomis, tingkat penurunan fungsi aktiva semakin besar. Metode ini sesuai digunakan pada jenis aktiva yang penggunaannya dipengaruhi oleh volume produksi yang dihasilkan. Formula metode saldo menurun dirumuskan sebagai berikut.
D = d% x BV
d% = 1 – n√SV/AC
Keterangan:
D = penyusutan d% = tingkat penyusutan BV = harga buku sebelumnya SV = nilai residu
AC = harga perolehan
Contoh kasus:
Dari contoh kasus sebelumnya, hitunglah beban penyusutan dan akumulasi penyusutan dengan metode saldo menurun!
Penyelesaian:
d% = 1 – 8√250.000/6.000.000 = 1 – 8√0,04167 = 1 – 0,67 = 0,33 ≈ 33%
Dari tingkat penyusutan tersebut dapat dihitung beban dan akumulasi penyusutan sebagai berikut:
Tahun Penggunaan | Harga Perolehan | Nilai Residu | Umur Ekonomis | Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Harga Buku |
0 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | – | – | 6.000.000 |
1 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 718.750 | 5.281.250 |
2 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 1.437.500 | 4.562.500 |
3 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 2.156.250 | 3.843.750 |
4 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 2.875.000 | 3.125.000 |
5 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 3.593.750 | 2.406.250 |
6 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 4.312.500 | 1.687.500 |
7 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 5.031.250 | 968.750 |
8 | 6.000.000 | 250.000 | 8 | 718.750 | 5.750.000 | 250.000 |
Dari tabel di atas tampak bahwa nilai residu yang pada tahun terakhir penggunaan aktiva tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan metode garis lurus, yakni berkisar Rp 250.000,-. Perbedaan terlihat pada kolom penyusutan dan akumulasi penyusutan, di mana pada metode saldo menurun beban penyusutan lebih besar di awal-awal tahun pemanfaatan aktiva tetap.
Penggunaan metode dalam penghitungan beban dan akumulasi penyusutan akan lebih baik jika disesuaikan dengan jenis aktivanya. Selain itu, konsistensi dalam penggunaan metode akan menjadikan beban penyusutan lebih terukur dan pencatatannya dalam laporan keuangan baik laba rugi maupun neraca lebih akurat.
Artikel Terkait
Demikianlah artikel tentang cara menghitung akumulasi penyusutan, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Gallery Cara Menghitung Nilai Residu
Metode Penyusutan Saldo Menurun Atau Unit Produksi Mana
C H A P T E R 21 Accounting For Leases Ppt Download
Depresiasi Dalam Akuntansi Faktor Metode Dan Contoh
Penyusutan Metode Garis Lurus Jumlah Angka Tahun Dan
Cara Menghitung Nilai Buku 13 Langkah Dengan Gambar Wikihow
Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap Dan Penyusutan
Cara Menghitung Dan Contoh Penyusutan Kendaraan Mobil
Beban Penyusutan Ortax Your Center Of Excellence In Taxation
Loadcell Surabaya Cv Jembatan Timbang Surabaya Jual
Beban Penyusutan Ortax Your Center Of Excellence In Taxation
Accounting Finance Taxation Penyusutan Aktiva Tetap
Menghitung Penyusutan Garis Lurus Menggunakan Rumus Excel
Accounting Finance Taxation Penyusutan Aktiva Tetap
4 Metode Penyusutan Aktiva Tetap Contoh Aplikasi
Nilai Residu Dan Peran Pentingnya Dalam Keuangan Perusahaan
Bagaimana Caranya Menghitung Depresiasi Atau Penyusutan
Biaya Akuisisi Maintenance Depresiasi Accounting For Non
Rumus Excel Untuk Menghitung Penyusutan Saldo Menurun Dengan
Rumus Depresiasi Penyusutan Pengertian Dan Contoh Soal
Depresiasi Dalam Akuntansi Faktor Metode Dan Contoh
0 Response to "Cara Menghitung Nilai Residu"
Post a Comment