Puisi Ibu Mustofa Bisri



Puisi Ibu Karya Kh Mustofa Bisri Gus Mus

PUISI-PUISI KH. MUSTOFA BISRI (GUS MUS)

Jangan anggap mereka kalap jika mereka terjang senjata sekutu lengkap jangan dikira mereka nekat karena mereka cuma berbekal semangat melawan seteru yang hebat Jangan sepelekan senjata di tangan mereka atau lengan yang mirip kerangka Tengoklah baja di dada mereka Jangan remehkan sesobek kain di kepala tengoklah merah putih yang berkibar di hati mereka dan dengar pekik mereka Allahu Akbar ! Dengarlah pekik mereka Allahu Akbar ! Gaungnya menggelegar mengoyak langit Surabaya yang murka Allahu Akbar menggetarkan setiap yang mendengar Semua pun jadi kecil Semua pun tinggal seupil Semua menggigil. Surabaya, O, kota keberanian O, kota kebanggaan Mana sorak-sorai takbirmu yang membakar nyali kezaliman ? mana pekik merdekamu Yang menggeletarkan ketidakadilan ? mana arek-arekmu yang siap menjadi tumbal kemerdekaan dan harga diri menjaga ibu pertiwi dan anak-anak negeri. Ataukah kini semuanya ikut terbuai lagu-lagu satu nada demi menjaga keselamatan dan kepuasan diri sendiri Allahu Akbar ! Dulu Arek-arek Surabaya tak ingin menyetrika Amerika melinggis Inggris Menggada Belanda murka pada Gurka mereka hanya tak suka kezaliman yang angkuh merejalela mengotori persada mereka harus melawan meski nyawa yang menjadi taruhan karena mereka memang pahlawan Surabaya Dimanakah kau sembunyikan

Pahlawanku ?

 

PUTRA-PUTRA IBU PERTIWI

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya Pahlawan-pahlawan bangsa Dan patriot-patriot negara (Bunga-bunga kalian mengenalnya Atau hanya mencium semerbaknya) Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan Merebut dan mempertahankan kemerdekaan (Beberapa kuntum dipetik bidadari sambil senyum Membawanya ke sorga tinggalkan harum) Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan (Beberapa kelopak bunga di tenung angin kala Berubah jadi duri-duri mala) bagai wanita yang tak ber-ka-be saja Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa (di tamansari bunga-bunga dan duri-duri Sama-sama diasuh mentari) Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa (mentari tertawa sedih memandang pedih

Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih)

 

S O A L

Rakyat - (Penguasa + Pengusaha) : (Umara + Ulama) + (Legislatif - Eksekutif) + (Cendekiawan x Kiai) = ?

(Mustofa Bisri 1993)

 

NEGERIKU

mana ada negeri sesubur negeriku? sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung perabot-perabot orang kaya didunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku emas dan perak perhiasan mereka digali dari tambangku air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku mana ada negeri sekaya negeriku? majikan-majikan bangsaku memiliki buruh-buruh mancanegara brankas-brankas ternama di mana-mana menyimpan harta-hartaku negeriku menumbuhkan konglomerat dan mengikis habis kaum melarat rata-rata pemimpin negeriku dan handai taulannya terkaya di dunia mana ada negeri semakmur negeriku penganggur-penganggur diberi perumahan gaji dan pensiun setiap bulan rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan rampok-rampok dibri rekomendasi dengan kop sakti instansi maling-maling diberi konsesi tikus dan kucing dengan asyik berkolusi

(Mustofa Bisri 1414)

 

DI TAMAN PAHLAWAN

Di taman pahlawan beberapa pahlawan sedang berbincang- bincang tentang keberanian dan perjuangan. Mereka bertanya-tanya apakah ada yang mewariskan semangat perjuangan dan pembelaan kepada yang ditinggalkan Ataukah patriotisme dan keberanian di zaman pembangunan ini sudah tinggal menjadi dongeng dan slogan ? banyak sekali tokoh di situ yang diam-diam ikut mendengarkan dengan perasan malu dan sungkan Tokoh-tokoh ini menyesali pihak-pihak yang membawa mereka kemari karena menyangka mereka juga pejuang- pejuang pemberani. Lalu menyesali diri mereka sendiri yang dulu terlalu baik memerankan tokoh-tokoh gagah berani tanpa mengindahkan nurani. (Bunga-bunga yang setiap kali ditaburkan justru membuat mereka lebih tertekan) Apakah ini yan namanya siksa kubur ? tanya seseorang di antara mereka yang dulu terkenal takabur Tapi kalau kita tak disemayamkan di sini, makam pahlawan ini akan sepi penghuni, kata yang lain menghibur. Tiba-tiba mereka mendengar Marsinah. Tiba-tiba mereka semua yang di Taman Pahlawan, yang betul-betul pahlawan atau yang keliru dianggap pahlawan, begitu girang menunggu salvo ditembakkan dan genderang penghormatan ditabuh lirih mengiringi kedatangan wanita muda yang gagah perkasa itu Di atas, Marsinah yang berkerudung awan putih berselendang pelangi tersenyum manis sekali : maaf kawan-kawan, jasadku masih dibutuhkan untuk menyingkapkan kebusukan dan membantu mereka yang mencari muka. kalau sudah tak diperlukan lagi biarlah mereka menanamkannya di mana saja di persada ini sebagai tumbal keadilan atau sekedar bangkai tak berarti

(1441)

KELUHAN

Tuhan, kami sangat sibuk.

1410

KITA SEMUA ASMUNI ATAWA ASMUNI CUMA SATU

Kita semua Asmuni

Kita satu sama lain

Tidak lain

Asmuni semua

Anak-anak Asmuni

Orang-orang Asmuni

Tuan Asmuni

Raden Asmuni

Bapak Asmuni

Kiai Asmuni

Politikus Asmuni

Pemikir Asmuni

Pembaru Asmuni

Kita semua Asmuni

Kita satu sama lain

Tidak lain

Asmuni

Sayang

Asmuni yang jujur cuma satu

Asmuni yang menghibur

Cuma satu

1988

Dengan permohonan maaf dari Asmuni Andiweky dari Group Lawak Srimulat

KALAU KAU SIBUK KAPAN KAU SEMPAT

Kalau kau sibuk berteori saja

Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?

Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja

Kapan kau memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja

Kapan kau sempat menikmati hidup?

Kalau kau sibuk menikmati hidup saja

Kapan kau hidup?

Kalau kau sibuk dengan kursimu saja

Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?

Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja

Kapan kau menyadari joroknya?

Kalau kau sibuk membodohi orang saja

Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?

Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja

Kapan orang lain memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja

Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?

Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja

Kapan kau pintar?

Kalau kau sibuk mencela orang lain saja

Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?

Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja

Kapan kau menyadari celamu sendiri?

Kalau kau sibuk bertikai saja

Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian?

Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja

Kapan kau akan menyadari sia-sianya?

Kalau kau sibuk bermain cinta saja

Kapan kau sempat merenungi arti cinta?

Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja

Kapan kau bercinta?

Kalau kau sibuk berkhutbah saja

Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah?

Kalau kau sibuk dengan kebijakan khutbah saja

Kapan kau akan mengamalkannya?

Kalau kau sibuk berdzikir saja

Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?

Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja

Kapan kau kan mengenalnya?

Kalau kau sibuk berbicara saja

Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?

Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja

Kapan kau mengerti arti bicara?

Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja

Kapan kau sempat berpuisi?

Kalau kau sibuk berpuisi saja

Kapan kau memuisi?

(Kalau kau sibuk dengan kulit saja

Kapan kau sempat menyentuh isinya?

Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja

Kapan kau sampai intinya?

Kalau kau sibuk dengan intinya saja

Kapan kau memakrifati nya-nya?

Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja

Kapan kau bersatu denganNya?)

“Kalau kau sibuk bertanya saja

Kapan kau mendengar jawaban!”

1987

MULA-MULA

Mula-mula mereka beri aku nama

Lalu dengan nama itu

Mereka belenggu tangan dan kakiku

1987

IDENTITAS ATAWA AKU DALAM ANGKA

namaku mustofa bin bisri mustofa

lahir sebelum masa anak cukup 2

sebagai anak ke 2 dari 9 bersaudara

rumah kami nomer 3 jalan mulia

termasuk 1 dari 17 erte di desa

leteh namanya – 1 dari 34 desa di kecamatan kota –

1 dari 14 kecamatan di kabubaten

rembang namanya – 1 dari 5 kabupaten

di karesidenan pati –

1 dari 6 karesidenan di propinsi jawa tengah –

1 dari 27 propinsi di indonesia

1 dari 6 negara-negara asean di asia –

1 dari 5 benua di dunia –

1 dari sekian “kacang hijau” di semesta.

cukup jelaskah aku?

1987

ISTRIKU

Kalau istriku tidak kawin denganku

Dia bukan istriku tentu

Aku kebetulan mencintainya

Diapun mencintaiku

Seandainya pun aku tidak mencintainya

Dan dia tidak mencintaiku pula

Dia tetap istriku

Karena ia kawin denganku

1987

GURUKU

Ketika aku kecil dan menjadi muridnya

Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar

Ketika aku besar dan menjadi pintar

Kulihat dia begitu kecil dan lugu

Aku menghargainya dulu

Karena tak tahu harga guru

Ataukah kini aku tak tahu

Menghargai guru?

1987

ORANG PENTING

Orang penting lain dengan orang lain

Dia beda karena pentingnya

Bicaranya penting diamnya penting

Kebijaksanaannya penting

Ngawurnya pun penting

Semua yang ada padanya penting

Sampai pun yang paling tidak penting

Jika tak penting lagi

Dia sama dengan yang lain saja

1987

PUISI BALSEM DARI TUNISIA

Di festival puisi di negeri Abu Nuwas

Kepalaku pening setiap hari

Dicekoki puisi-puisi mabok puji

Padahal aku tidak membawa

Puisi-puisi balsemku yang manjur istimewa

Untung seorang penyair Tunisia

Munsif Al-Muzghany namanya

Di samping beberapa kumpulan puisinya

Dia membawa puisi-puisi balsem juga rupanya

(Puisi balsem cukup universal juga ternyata!)

Satu di antaranya begini bunyinya:

Ada seekor kambing

Nyelonong masuk gedung parlemen

Dan mengembik

Maka tiba-tiba saja

Menggema di ruang terhormat itu

Paduan suara : setujuuu!

Peningku sejenak hilang

Ternyata puisi balsem Tunisia

Lumayan manjur juga

Baghdad (memang ditulis di Baghdad, tapi disebutkan di sini sambil bergaya), 27 November 1989

NYANYIAN KEBEBASAN ATAWA BOLEH APA SAJA

Merdeka!

Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan

Merdeka

Kau ‘kan tahu nikmatnya

Nyanyian kebebasan

            Ohoi,

Lelaki boleh genit bermanja-manja

Wanita boleh sengit bermain bola

Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana

Orang tua boleh berpacaran dimana saja

Ohoi,

Politikus boleh berlagak kiai

Kiai boleh main film semau hati

Ilmuwan boleh menggugat ayat

Gelandangan boleh mewakili rakyat

Ohoi,

Dokter medis boleh membakar kemenyan

Dukun klenik boleh mengatur kesejahteraan

Saudara sendiri boleh dimaki

Tuyul peri boleh dibaiki

Ohoi,

Pengusaha boleh melacur

Pelacur boleh berusaha

Pembangunan boleh berjudi

Penjudi boleh membangun

Ohoi,

Yang kaya boleh mengabaikan saudaranya

Yang miskin boleh menggadaikan segalanya

Yang di atas boleh dijilat hingga mabuk

Yang di bawah boleh diinjak hingga remuk

Ohoi,

Seniman boleh bersufi-sufi

Sufi boleh berseni-seni

Penyair boleh berdzikir samawi

Muballigh boleh berpuisi duniawi

Ohoi,

Si anu boleh anu

Siapa boleh apa

Merdeka?

1987

PILIHAN

Antara kaya dan miskin tentu kau memilih miskin

Lihatlah kau seumur hidup tak pernah merasa kaya

Antara hidup dan mati tentu kau memilih mati

Lihatlah kau seumur hidup mati-matian mempertahankan kematian

Antara perang dan damai tentu kau memilih damai

Lihatlah kau habiskan umurmu berperang demi perdamaian

Antara beradab dan biadab tentu kau memilih beradab

Lihatlah kau habiskan umurmu menyembunyikan kebiadaban dalam peradaban

Antara nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani

Lihatlah kau sampai menyimpannya rapi jauh dari kegalauan dunia ini

Antara dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat

Lihatlah kau sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat

Antara ini dan itu

Benarkah kau memilih itu?

1410/1989

SUWUK KULHU SUNGSANG

Sato sampai sato mati

Jalma sampai jalma mati

Maling sampai maling mati

Rampok sampai rampok mati

Tamak sampai tamak mati

Lalim sampai lalim mati

Tiran sampai tiran mati

Buta sampai buta mati

Hantu sampai hantu mati

Setan sampai setan mati

Niatbusuk sampai niatbusuk mati

Atas pertolongan Pasti.

1411

SUWUK SOLIBIN

Solibin solimat

Bimat busipat

Langitmu tanpa mendung

Lautku tanpa garam

Mendung bagianku

Garam bagianmu

Solibin solimat

Bimat busipat

Pundakmu tanpa beban

Bebanku tanpa pundak

Hakmu tanpa kewajiban

Kewajibanku tanpa hak

Solibin solimat

Bimat busipat

Kaukemas keserakahan dalam amal kesalehan

Kukemas kecemasan dalam senyum kekalahan

Kaubungkus kebusukan dalam kafan sutera

Kubungkus kepedihan dalam dada membara

Solibin solimat

Bimat busipat

Kau keparat!

1410

SUWUK MANIKCEMAR

sang manikcemar

telah tergenggam tangan

nyawamu

runduk tunduk

merunduk

tunduk runduk

menunduk

merunduk

menunduk

tunduk

runduk

terbentuk!

tengkukmu pakubengkok

lututmu sikusiku

gagukaku

kakugagu

tak tidak

tak tak

tak tidak      tak tak

tak tak      tak tidak

tak tidak      tak tak

gagukaku

kakugagu

kaku semua

gagu semua

semua ya ya ya        ya saja

yayaya  yayaya  yayaya  saja

yayaya

yayaya  saja

laa ilaha illallah muhammadur rasuulullah

1410

KEPADA PENYAIR

Brentilah menyanyi sendu

tak menentu

tentang gunung-gunung dan batu

mega-mega dan awan kelabu

tentang bulan yang gagu

dan wanita yang bernafsu

Brentilah bersembunyi

dalam simbol-simbol banci

Brentilah menganyam-anyam maya

mengindah-indahkan cinta

membesar-besarkan rindu

Brentilah menyia-nyiakan daya

memburu orgasme dengan tangan kelu

Brentilah menjelajah lembah-lembah

dengan angan-angan tanpa arah

Tengoklah kanan-kirimu

Lihatlah kelemahan di mana-mana

membuat lelap dan kalap siapa saja

Lihatlah kekalapan dan kelelapan merajalela

membabat segalanya

Lihatlah segalanya semena-mena

mengkroyok dan membiarkan nurani tak berdaya

Bangunlah

Asahlah huruf-hurufmu

Celupkan baris-baris sajakmu

dalam cahya dzikir dan doa

Lalu tembakkan kebenaran

Dan biarlah Maha Benar

yang menghajar kepongahan gelap

dengan mahacahyaNya

1414

MAJU TAK GENTAR

Maju tak gentar

Membela yang mungkar

Maju tak gentar

Hak orang diserang

Maju tak gentar

“Pasti kita menang!”

1993

INPUT DAN OUTPUT

Di mesjid-mesjid dan majlis-majlis taklim

berton-ton huruf dan kata-kata mulia

tanpa kemasan dituang-suapkan

dari mulut-mulut mesin yang dingin

ke kuping-kuping logam yang terbakar

untuk ditumpahkan ketika keluar.

Di kamar-kamar dan ruang-ruang rumah

berhektar-hektar layar kehidupan mati

dengan kemas luhur ditayang-sumpalkan

melalui mata-mata yang letih

ke benak-benak seng berkarat

untuk dibawa-bawa sampai sekarat.

Di kantor-kantor dan markas-markas

bertimbun-timbun arsip kebijaksanaan aneh

dengan map-map agung dikirim-salurkan

melalui kepala-kepala plastik

ke segala pejuru urat nadi

untuk diserap sampai mati.

Di majalah-majalah dan koran-koran

berkilo-kilo berita dan opini Tuhan

dengan disain nafsu dimuntah-jejalkan

melalui kolom-kolom rapi

ke ruang-ruang kosong tengkorak

orang-orang tua dan anak-anak.  

Di hotel-hotel dan tempat hiburan

beronggok-onggok daging dan virus

dengan bungkus sutera disodor-suguhkan

melalui saluran-saluran resmi

ke berbagai pribadi dan instansi

untuk dinikmati dengan penuh gengsi

Di jalan-jalan dan di kendaraan-kendaraan

berbarel-barel bensin dan darah

dengan pipa-pipa kemajuan ditumpah-ruahkan

melalui pori-pori kejantanan

ke tangki-tangki penampung nyawa

untuk menghidupkan sesal dan kecewa

1415

PAHLAWAN

Lahir. Hilang. Gugur. Hidup. Mengalir. Sudah.

TIKUS

memanen tanpa menanam

merompak tanpa jejak

kabur tanpa buntut

bau tanpa kentut

1414

ORANG KECIL ORANG BESAR

Suatu hari yang cerah

Di dalam rumah yang gerah

Seorang anak yang lugu

Sedang diwejang ayah-ibunya yang lugu

Ayahnya berkata:

“Anakku,

Kau sudah pernah menjadi anak kecil

Janganlah kau nanti menjadi orang kecil!”

“Orang kecil kecil peranannya

Kecil perolehannya,” tambah si ibu

“Ya,” lanjut ayahnya

“Orang kecil sangat kecil bagiannya

Anak kecil masih mendingan

Rengeknya didengarkan

Suaranya diperhitungkan

Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan

Suaranya tak suara.”

Sang ibu ikut wanti-wanti:

“Betul, jangan sekali-kali jadi orang kecil

Orang kecil jika jujur ditipu

Jika menipu dijur

Jika bekerja digangguin

Jika mengganggu dikerjain.”

Ayah dan ibu berganti-ganti menasehati:

“Ingat, jangan sampai jadi orang kecil

Orang kecil jika ikhlas diperas

Jika diam ditikam

Jika protes dikentes

Jika usil dibedil.”

“Orang kecil jika hidup dipersoalkan

Jika mati tak dipersoalkan.”

“Lebih baik jadilah orang besar

Bagiannya selalu besar.”

“Orang besar jujur-tak jujur makmur

Benar-tak benar dibenarkan

Lalim-tak lalim dibiarkan.”

“Orang besar boleh bicara semaunya

Orang kecil paling jauh dibicarakan saja.”

“Orang kecil jujur dibilang tolol

Orang besar tolol dibilang jujur

Orang kecil berani dikata kurangajar

Orang besar kurangajar dikata berani.”

“Orang kecil mempertahankan hak

disebut pembikin onar

Orang besar merampas hak

disebut pendekar.”

Si anak terus diam tak berkata-kata

Namun dalam dirinya bertanya-tanya:

“Anak kecil bisa menjadi besar

Tapi mungkinkah orang kecil

Menjadi orang besar?”

Besoknya entah sampai kapan

si anak terus mencoret-coret

dinding kalbunya sendiri:

“O  r  a  n  g    k  e  c  i  l  ?  ?  ?

O  r  a  n  g    b  e  s  a  r  !  !  !”

1993

ANDAIKATA

andaikata kupunya

tak hanya

lengan lunglai

tempat kita meletakkan kalah

andaikata kupunya

tak hanya

pangkuan landai

tempat kita merebahkan resah

andaikata kupunya

tak hanya

dada luka

tempat kita menyandarkan duka

andaikata kupunya

tak hanya

tangan kelu

tempat kita menggenggam pilu

andaikata kupunya

tak hanya

kata-kata dusta

penyeka airmata

andaikata kupunya

tak hanya

telinga renta

penampung derita

andaikata

kupunya

tak hanya

andaikata

1414

IBU

Ibu

Kaulah gua teduh

tempatku bertapa bersamamu

sekian lama

Kaulah kawah

dari mana aku meluncur dengan perkasa

Kaulah bumi

yang tergelar lembut bagiku

melepas lelah dan nestapa

Gunung yang menjaga mimpiku

siang dan malam

Mata air yang tak brenti mengalir

membasahi dahagaku

Telaga tempatku bermain

berenang dan menyelam

Kaulah, ibu, langit dan laut

yang menjaga lurus horisonku

Kaulah, ibu, mentari dan rembulan

yang mengawal perjalananku

mencari jejak sorga

di telapak kakimu

(Tuhan

Aku bersaksi

Ibuku telah melaksanakan amanatMu

menyampaikan kasihsayangMu

maka kasihilah ibuku

seperti Kau mengasihi

kekasih-kekasihMu

Amin).

1414

NASIHAT RAMADLAN BUAT A. MUSTOFA BISRI

Mustofa,

Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan

Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi

atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang

menggerakkan lidahmu begitu.

Mustofa,

Ramadlah adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya

untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya

kepadamu. Semua yang khusus untukNya khusus untukmu.

Mustofa,

Ramadlan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu dan bulanmu

serahkanlah semata-mata padaNya. Bersucilah untukNya. Bersalatlah

untukNya. Berpuasalah untukNya. Berjuanglah melawan dirimu sendiri

untukNya.

Sucikan kelaminmu. Berpuasalah.

Sucikan tanganmu. Berpuasalah.

Sucikan mulutmu. Berpuasalah.

Sucikan hidungmu. Berpuasalah.

Sucikan wajahmu. Berpuasalah.

Sucikan matamu. Berpuasalah.

Sucikan telingamu. Berpuasalah.

Sucikan rambutmu. Berpuasalah.

Sucikan kepalamu. Berpuasalah.

Sucikan kakimu. Berpuasalah.

Sucikan tubuhmu.

Berpuasalah.

Sucikan hatimu.

Sucikan pikiranmu.

Berpuasalah.

Suci

kan

dirimu.

Mustofa,

Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang

mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa.

Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu

atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.

Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan

sedikit berpuasa tapi hanya kau yang tahu

hasrat dikekang untuk apa dan siapa.

Puasakan kelaminmu

untuk memuasi Ridla

Puasakan tanganmu

untuk menerima Kurnia

Puasakan mulutmu

untuk merasai Firman

Puasakan hidungmu

untuk menghirup Wangi

Puasakan wajahmu

untuk menghadap Keelokan

Puasakan matamu

untuk menatap Cahaya

Puasakan telingamu

untuk menangkap Merdu

Puasakan rambutmu

untuk menyerap Belai

Puasakan kepalamu

untuk menekan Sujud

Puasakan kakkmu

untuk menapak Sirath

Puasakan tubuhmu

untuk meresapi Rahmat

Puasakan hatimu

untuk menikmati Hakikat

Puasakan pikiranmu

untuk menyakini Kebenaran

Puasakan dirimu

untuk menghayati Hidup.

Tidak.

Puasakan

hasratmu

hanya untuk

Hadlirat

Nya

!

Mustofa,

Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah

merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu.

Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian

keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari

comberan hatimu?

Mustofa,

inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati.

Mustofa,

Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu

yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi

kau puja selama ini.

Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini

seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu.

Rembang, Sya’ban 1413

YA RASULALLAH

aku ingin seperti santri berbaju putih

yang tiba-tiba datang menghadapmu

duduk menyentuhkan kedua telapak tangannya di atas paha-pahamu muliamu

lalu aku akan bertanya ya rasulallah

tentang islamku

ya rasulallah

tentang imanku

ya rasulallah

tentang ihsanku

ya rasulallah

mulut dan hatiku bersaksi

tiada tuhan selain allah

dan engkau ya rasul utusan allah

tapi kusembah juga diriku astaghfirullah

dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah

ya rasulallah

setiap saat jasadku salat

setiap kali tubuhku bersimpuh

diriku jua yang kuingat

setiap saat kubaca salawat

setiap kali tak lupa kubaca salam

assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh

salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat allah

tapi tak pernah kusadari apakah di hadapanku

kau menjawab salamku

bahkan apakah aku menyalamimu

ya rasulallah

ragaku berpuasa

dan jiwaku kulepas bagai kuda

ya rasulallah

sekali-kali kubayar zakat dengan niat

dapat balasan kontan dan berlipat

ya rasulallah

aku pernah naik haji

sambil menaikkan gengsi

ya rasulallah, sudah islamkah aku?

ya rasulallah

aku percaya allah dan sifat-sifatnya

aku percaya malaikat

percaya kitab-kitab sucinya

percaya nabi-nabi utusannya

aku percaya akherat

percaya qadla-kadarnya

seperti yang kucatat

dan kuhafal dari ustad

tapi aku tak tahu

seberapa besar itu mempengaruhi lakuku

ya rasulallah, sudah imankah aku?

ya rasulallah

setiap kudengar panggilan

aku menghadap allah

tapi apakah ia menjumpaiku

sedang wajah dan hatiku tak menentu

ya rasulallah, dapatkah aku berihsan?

ya rasulallah

kuingin menatap meski sekejab

wajahmu yang elok mengerlap

setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap

ya rasulallah

kuingin mereguk senyummu yang segar

setelah dahaga di padang kehidupan hambar

hampir membuatku terkapar

ya rasulallah

meski secercah, teteskan padaku

cahyamu

buat bekalku sekali lagi

menghampirinya

1414

 SAJAK CINTA

cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya

cinta romeo kepada juliet, si majnun qais kepada laila

belum apa-apa

temu-pisah kita lebih bermakna

dibanding temu-pisah yusuf dan zulaikha

rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa

aku adalah ombak samuderamu

yang lari-datang bagimu

hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu

aku adalah wangi bungamu

luka berdarah-darah durimu

semilir sampai badai anginmu

aku adalah kicau burungmu

kabut puncak gunungmu

tuah tenungmu

aku adalah titik-titik hurufmu

huruf-huruf katamu

kata-kata maknamu

aku adalah sinar silau panas

dan bayang-bayang hangat mentarimu

bumi pasrah langitmu

aku adalah jasad ruhmu

fayakun kunmu

aku adalah a-k-u

k-a-u

mu

Rembang, 30.9.1995

NEGERIKU

Negeriku telah menguning

1415

DALAM TAHIAT

dalam tahiat

kulihat wajahmu berkelebat

ke mana gerangan kau berangkat?

berhentilah sesaat

beri aku kesempatan munajat

atau sekedar menatap isyarat

sebelum nafsuku menghentikan salat

1415

DOA RASULULLAH SAW

Ya Allah ya Tuhanku

AmpunanMu lebih kuharapkan

daripada amalku

rahmatMu lebih luas

daripada dosaku

Ya Allah ya Tuhanku

Bila aku tak pantas

mencapai rahmatMu

RahmatMu pantas mencapaiku

Karena rahmatMu mencapai apa saja

Dan aku termasuk apa saja

Ya Arhamarrahimun!

1415

RASANYA BARU KEMARIN

(Versi V)

Rasanya

Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta

Atas nama kita menyiarkan dengan seksama

Kemerdekaan kita di hadapan dunia. Rasanya

Gaung pekik merdeka kita

Masih memantul-mantul tidak hanya

Dari mulut-mulut para jurkam PDI saja. Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah setengah abad lamanya

Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan yang mulia

Sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya

Sudah banyak yang berkuasa atau berusaha

Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa

Sudah banyak yang turun tahta

Taruna-taruna sudah banyak yang jadi

Petinggi negeri

Mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi

Sudah banyak yang jadi menteri

Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah setengah abad lamanya

Tokoh-tokoh angkatan 45 sudah banyak yang koma

Tokoh-tokoh angkatan 66 sudah banyak yang terbenam

Rasanya

Baru kemarin

Letkol Suharto sudah menjadi

Sesepuh negara-negara sahabat

Wartawan Harmoko sudah menjadi

Pengatur suara rakyat

Waperdam Subandrio sudah hidup kembali

Menjadi pelajaran bagi setiap penguasa

Engkoh Eddy Tanzil sudah tak berkolusi lagi

Menjadi renungan bagi setiap pengusaha

Ibu Dewi sudah kembali

Menjadi penglipur

Buldozer Amir Mahmud kini

Sudah tergusur

Oom Liem dan kawan-kawan

Sudah menjadi dewa-dewa kemakmuran

Bang Zainuddin dan rekan-rekan

Sudah menjadi hiburan

Pak Domo yang mengerikan

Sudah berubah menggelikan

Bang Ali yang menentukan

Sudah berubah mengasihankan

Genduk Megawati yang gemulai

Sudah menjadi pemimpin partai

Ismail Hasan Metarium yang santai

Sudah menjadi politisi piawai

Gusti Mangkubumi di Yogya

Sudah menjadi raja dan ketua golongan karya

Gus Shohib yang sepuluh anaknya

Sudah menjadi pahlawan keluarga berencana

(Hari ini ingin rasanya

Aku bertanya kepada mereka semua

Bagaimana rasanya

Merdeka?)

Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah setengah abad kita

Merdeka

Jenderal Nasution dan Jenderal Yusuf yang pernah jaya

Sudah menjadi tuna karya

Ali Murtopo dan Sudjono Humardani yang sakti

Sudah lama mati

Pak Umar dan pak Darmono yang berdaulat

Sudah kembali menjadi rakyat

Pak Mitro dan pak Beni yang perkasa

Sudah tak lagi punya kuasa

Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah setengah abad kita

Merdeka

Kiai Ali dan Gus Yusuf yang agamawan

Sudah menjadi priyayi

Danarto dan Umar Kayam yang seniman

Sudah menjadi kiai

Gus Dur dan Cak Nur yang pintar

Sudah berkali-kali mengganti kacamata

Rendra dan Emha yang nakal

Sudah berkali-kali mengganti cerita

Goenawan sudah terpojok kesepian

Arief Budiman sudah berdemonstrasi sendirian

Romo Mangun sudah terbakar habis rambutnya

Tardji sudah menjalar-jalar janggutnya

(Hari ini ingin rasanya

Aku bertanya kepada mereka semua

Sudahkah kalian

Benar-benar merdeka?)

Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah setengah abad lamanya

Negara sudah semakin kuat

Rakyat sudah semakin terdaulat

Rasanya

Baru kemarin

Pejuang Marsinah sudah berkali-kali

Kuburnya digali tanpa perkaranya terbongkar

Preman-preman sejati sudah berkali-kali

Diselidiki dan berkas-berkasnya selalu terbakar

Rasanya

Baru kemarin

Banyak orang pandai sudah semakin linglung

Banyak orang bodoh sudah semakin bingung

Banyak orang kaya sudah semakin kekurangan

Banyak orang miskin sudah semakin kecurangan

Rasanya

Baru kemarin

Banyak ulama sudah semakin dekat kepada pejabat

Banyak pejabat sudah semakin erat dengan

konglomerat

Banyak wakil rakyat sudah semakin jauh dari umat

Banyak nurani dan akal budi sudah semakin sekarat

(Hari ini ingin rasanya

Aku bertanya kepada mereka semua

Sudahkah kalian benar-benar merdeka?)

Rasanya

Baru kemarin

Pembangunan ekonomi kita sudah sedemikian laju

Semakin jauh meninggalkan pembangunan akhlak

yang tak kunjung maju

Anak-anak kita sudah semakin mekar tubuhnya

Bapak-bapak kita sudah semakin besar perutnya

Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah setengah abad kita merdeka

Kemajuan sudah menyeret dan mengurai

Pelukan kasih banyak ibu-bapa

Dari anak-anak kandung mereka

Kemakmuran duniawi sudah menutup mata

Banyak saudara terhadap saudaranya

Daging sudah lebih tinggi harganya

Dibanding ruh dan jiwa

Tanda gambar sudah lebih besar pengaruhnya

Dari bendera merah putih dan lambang garuda

Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah setengah abad kita merdeka

Pahlawan-pahlawan idola bangsa

Seperti Pangeran Diponegoro

Imam Bonjol, dan Sisingamangaraja

Sudah dikalahkan oleh Kesatria Baja

Hitam dan Kura-kura Ninja

Rasanya

Baru kemarin

Orangtuaku sudah pergi bertapa

Anak-anakku sudah pergi berkelana

Kakakku sudah menjadi politikus

Aku sendiri sudah menjadi tikus

(Hari ini setelah setengah abad merdeka

Ingin rasanya aku mengajak kembali

Mereka semua yang kucinta

Mensyukuri lebih dalam lagi

Rahmat kemerdekaan ini

Dengan meretas belenggu tirani

Diri sendiri

Bagi merahmati sesama)

Rasanya

Baru kemarin

Ternyata

Sudah setengah abad kita

Merdeka

(Ingin rasanya

Aku sekali lagi menguak angkasa

Dengan pekik yang lebih perkasa:

Merdeka!)

11 Agustus 1995

TENTANG K.H. A. MUSTOFA BISRI

K.H. A. Mustofa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus, lahir 10 Agustus 1944, putra dari KH. Bisri Mustofa, ulama dari Rembang. Masa kecil dan remaja dihabiskan di lingkungan pesantren. Tercatat pernah nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang, kemudian melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Kairo. Saat ini, beliau menjadi pengasuh di Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang. Karya tulisnya banyak tersebar di media massa dan dibukukan, mengupas masalah keislaman, politik, sosial, budaya. Gus Mus telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, antara lain: (1). Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem, (2). Tadarus, Antologi Puisi, (3). Mutiara-mutiara Benjol, (4). Pahlawan dan Tikus, (5). Syair Asma’ul Husna (bahasa Jawa), (6). Rubaiyat Angin dan Rumput, (7). Wekwekwek.

Gallery Puisi Ibu Mustofa Bisri

I Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Puisi Aku Manusia Karya

Penuh Haru 8 Puisi Yang Cocok Jadi Pengiring Ucapan Selamat

I Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Puisi Aku Manusia Karya

Puisi Sukmawati Dan Propaganda Yang Mendiskreditkan Gus Mus

Gaya Bahasa Dakwah Dalam Cerita Pendek Karya K H Mustofa

Puisi Tersebut Adalah Karya Kh A Mustofa Masyarakat

Agustus Gus Mus Dan Indonesia Iqra Id

Gus Mus Kiai Yang Penyair Ulama Yang Pemikir Tirto Id

Perbandingan Gaya Bahasa Pada Puisi Ibu Karya Mustofa

Gus Mus Kiai Yang Penyair Ulama Yang Pemikir Tirto Id

Penuh Haru 8 Puisi Yang Cocok Jadi Pengiring Ucapan Selamat

Puisi Ibu Karya Kh Mustofa Bisri By Atha Youtube

Kh Mustofa Bisri Ibu Mozaik Www Inilah Com

Oase Antologi Puisi Sebelas Penyair Muslim Yogya A Mustofa Bisri

Gambaran Kemiskinan Dalam Puisi K H A Mustofa Bisri

Kutipan Gus Mus Gusmusquotes Instagram Tagged Posts

Puisi Wajib Ibu Karya Mustofa Bisri

Doc Dalam Rangka Memperingati Tahun Baru Hijriyah 1

Jual Melihat Diri Sendiri Mustofa Bisri Gus Mus Kota Yogyakarta Lapak Boekoe Theotraphi Tokopedia

Sajak Ibunda

Rendra Instagram Posts Photos And Videos Picuki Com


0 Response to "Puisi Ibu Mustofa Bisri"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel