Surat Al Baqarah Ayat 83



Surat Al Baqarah 2 248 260 The Noble Qur An القرآن الكريم

QS. Al Baqarah (Sapi Betina) – surah 2 ayat 83 [QS. 2:83]

وَ اِذۡ اَخَذۡنَا مِیۡثَاقَ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ لَا تَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰہَ ۟ وَ بِالۡوَالِدَیۡنِ اِحۡسَانًا وَّ ذِی ‌الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ الۡمَسٰکِیۡنِ وَ قُوۡلُوۡا لِلنَّاسِ حُسۡنًا وَّ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ ؕ ثُمَّ تَوَلَّیۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡکُمۡ وَ اَنۡتُمۡ مُّعۡرِضُوۡنَ
Wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta’buduuna ilaallaha wa bil waalidaini ihsaanan wadziil qurba wal yataama wal masaakiini waquuluu li-nnaasi husnan waaqiimuush-shalaata waaatuuzzakaata tsumma tawallaitum ilaa qaliilaa minkum wa-antum mu’ridhuun(a);
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.

Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.”

Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.

―QS. 2:83

Topik ▪ Keingkaran dan sifat keras kepala bangsa Yahudi
English Translation - Sahih International
And (recall) when We took the covenant from the Children of Israel, (enjoining upon them), “Do not worship except Allah; and to parents do good and to relatives, orphans, and the needy. And speak to people good (words) and establish prayer and give zakah.” Then you turned away, except a few of you, and you were refusing.

―QS. 2:83

Alquran Arti Perkata (Indonesia & English)
وَإِذْ dan ketika
أَخَذْنَا Kami mengambil
مِيثَٰقَ janji
بَنِىٓ Bani
إِسْرَٰٓءِيلَ Israil
لَا tidak
تَعْبُدُونَ kamu menyembah
إِلَّا selain
ٱللَّهَ Allah
وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ dan kepada orang tua
إِحْسَانًا (berbuat) kebaikan
وَذِى dan kaum
ٱلْقُرْبَىٰ kerabat
وَٱلْيَتَٰمَىٰ dan anak yatim
وَٱلْمَسَٰكِينِ dan orang-orang miskin
وَقُولُوا۟ dan katakanlah
لِلنَّاسِ kepada manusia
حُسْنًا baik
وَأَقِيمُوا۟ dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ sholat
وَءَاتُوا۟ dan tunaikan
ٱلزَّكَوٰةَ zakat
ثُمَّ kemudian
تَوَلَّيْتُمْ kamu berpaling
إِلَّا kecuali
قَلِيلًا sedikit
مِّنكُمْ daripadamu
وَأَنتُم dan kalian
مُّعْرِضُونَ orang-orang yang berpaling
Tafsir Kementrian Agama RI

Tafsir QS. Al Baqarah (2) : 83. Oleh Kementrian Agama RI

Allah mengingatkan Nabi Muhammad ﷺ, ketika Dia menetapkan atas Bani Israil akan janji yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah. Allah melarang mereka beribadah kepada selain Allah, biarpun berupa manusia atau berhala dan lain-lain, karena hal itu berarti mempersekutukan Allah dengan benda-benda tersebut. Menyembah kepada selain Allah adakalanya dengan perbuatan-perbuatan yang lain yang berupa mengagungkan sesuatu yang disembah itu.

Agama Allah yang dibawa oleh para utusan-Nya semua menekankan untuk menyembah Allah yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, seperti firman Allah:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. (an-Nisa’ [4]: 36)

Janji dari Bani Israil ini diawali dengan janji memenuhi hak Allah, hak yang tertinggi dan terbesar yaitu hanya Dia semata-mata yang berhak disembah, tidak ada sesuatu pun yang disekutukan dengan Dia. Semua makhluk diperintahkan menyembah-Nya dan untuk tugas inilah sebenarnya mereka diciptakan.

Sesudah menyebutkan hak Allah, disusul dengan perintah berbuat kebajikan kepada orang tua, suatu amal kebajikan yang tertinggi. Karena melalui kedua orang tualah Allah menciptakan manusia.

Allah ﷻ berfirman:

وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا

Dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, …(an-Nisa’ [4]: 36)

Berbuat kebajikan kepada orang tua ialah dengan mengasihi, memelihara dan menjaganya dengan sempurna serta menuruti kemauannya selama tidak menyalahi perintah Allah. Adapun hikmah berbakti kepada ibu dan bapak ialah karena ibu bapak itu telah berkorban untuk kepentingan anaknya pada waktu masih kecil dengan perhatian yang penuh dan belas kasihan. Mereka mendidiknya dan mengurus segala kepentingan anaknya itu ketika masih lemah, belum dapat mengambil suatu manfaat dan belum dapat pula menghindar dari suatu bahaya. Selain dari itu, orang tua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya.

Apakah tidak wajib bagi anak memberikan balasan kepada ibu-bapaknya sebagai imbalan atas budi baiknya?

هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُ

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (ar-Rahman [55]: 60)

Kecintaan kedua orang tua kepada anaknya disebabkan: 1. Rasa cinta kasih yang dianugerahkan Allah kepada keduanya untuk menyempurnakan nikmat-Nya demi terpeliharanya jenis manusia. 2. Rasa syukur terhadap anak-anaknya. 3. Harapan pada masa depan anaknya untuk dapat menolongnya baik dengan harta maupun dengan tenaga dalam kehidupan.

4. Dapat melanjutkan misi kedua orang tuanya.

Sesudah Allah menyebutkan hak kedua orang tua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga) yaitu berbuat kebajikan terhadap mereka, karena berbuat kebajikan kepada karib kerabat adalah faktor yang memperkuat tali persaudaraan di antara kaum kerabat itu.

Suatu umat ini terdiri atas keluarga dan rumah tangga. Maka kebaikan dan keburukan umat tergantung kepada kebaikan dan keburukan keluarga dan rumah tangga. Orang yang tidak membina rumah tangga berarti dia tidak ikut membina unsur umat. Kemudian setiap rumah tangga itu hendaklah menghubungkan tali persaudaraan dengan rumah tangga lainnya berdasarkan tali keturunan, keagamaan atau pun kebangsaan.

Dengan demikian akan terbinalah suatu bangsa dan umat yang kuat.

Mengadakan hubungan erat sesama keluarga adalah sesuai dengan fitrah manusia. Agama Islam, agama fitrah memberi jalan yang baik bagi pertumbuhan ikatan kerabat ini. Kemudian Allah menyebutkan pula hak orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu hak orang miskin.

Berbuat baik kepada anak yatim ialah mendidiknya dengan baik dan memelihara segala hak-haknya.Alquran dan Sunah sangat menganjurkan agar memperhatikan anak yatim walaupun ia kaya, karena yang dipandang ialah keyatimannya. Mereka telah kehilangan orang yang menjadi tempat mereka mengadu. Allah mewasiatkan anak-anak yatim kepada masyarakat agar menganggap mereka itu sebagai anak sendiri, untuk memberikan pendidikan.

Jika mereka terlantar, mereka dapat menimbulkan kerusakan pada anak-anak lainnya, dan akibatnya lebih besar pada bangsa dan negara.

Berbuat ihsan kepada orang miskin ialah memberikan bantuan kepada mereka terutama pada waktu mereka ditimpa kesulitan.Nabi ﷺ bersabda:

السَّاعِيْ عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمَسَاكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَكَالَّذِيْ يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ

Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).

Allah mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin karena orang miskin itu dapat berusaha sendiri untuk mencari makan, sedang anak yatim, dikarenakan masih kecil, belum sanggup berusaha sendiri.

Sesudah mendapat perintah berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, kaum keluarga, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, kemudian perintah mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Bilamana kebajikan itu telah dikerjakan berarti ketinggian dan kemajuan masyarakat telah tercapai.

Allah selanjutnya memerintahkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan salat dan zakat seperti yang digariskan Allah untuk mereka.Salat pada tiap agama bertujuan memperbaiki jiwa, membersihkannya dari kerendahan budi dan menghiasi jiwa dengan rupa-rupa keutamaan. Ruh salat ialah ikhlas kepada Allah, tunduk kepada kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila salat itu kosong dari ruh tersebut, tidak akan memberi faedah apa pun.Bani Israil selalu mengabaikan ruh salat itu sejak dahulu sampai waktu Alquran diturunkan dan bahkan sampai sekarang.

Zakat juga diperintahkan kepada mereka, karena zakat mengandung maslahat bagi masyarakat. Orang-orang Yahudi dahulu mempunyai beberapa macam kewajiban zakat. Tetapi Bani Israil berpaling dari perintah-perintah itu, tidak menjalankannya, bahkan menghindarinya.

Termasuk penyelewengan mereka ialah menganggap pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan yang menetapkan hukum halal dan haram, menambah upacara-upacara agama menurut keinginan mereka, meninggalkan nafkah terhadap kerabat, melalaikan zakat, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar serta perbuatan lain yang meruntuhkan agama.

Hanya sebagian kecil dari mereka pada zaman Musa `alaihis salam atau pada tiap zaman yang taat pada perintah Allah. Pada tiap zaman, pada tiap bangsa atau umat selalu ada golongan orang yang ikhlas berjuang memelihara kebenaran sesuai dengan keyakinan dan kemampuan mereka.

Namun demikian bila kemungkaran telah menyebar pada umat itu, kehadiran orang-orang ikhlas itu tidaklah mencegah turunnya azab Allah.

Di akhir ayat ini Allah ﷻ berfirman, “Dan kamu (hai Bani Israil) selalu berpaling.” Ayat ini menunjukkan kebiasaan dan kesukaan mereka tidak menaati petunjuk dan perintah Ilahi, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka.

Oleh Muhammad Quraish Shihab:

Di samping itu, wahai orang-orang Yahudi, kalian telah memiliki masa lampau yang penuh dosa, ingkar janji, serta pelanggaran terhadap batas-batas yang telah ditetapkan Allah untuk kalian. Ingatlah ketika kalian berjanji kepada Kami di dalam Tawrat.

Yaitu bahwa kalian tidak akan menyembah selain Allah, akan berbuat baik kepada kedua orangtua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin, menggunakan ungkapan-ungkapan baik yang dapat mempersatukan dan tidak menjauhkan kalian dengan orang lain, melaksanakan apa yang diwajibkan kepada kalian, yaitu salat dan zakat.

Ingatlah apa yang kalian perbuat terhadap perjanjian ini. Kalian telah mengingkarinya dan berpaling darinya.

Hanya beberapa orang saja yang tunduk pada kebenaran.

Oleh tim Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-Allamah Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh:

Ingatlah wahai Bani Israil saat kami mengambil perjanjian yang tegas atas kalian, agar kalian menyembah Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, berbuat baik kepada kedua orang tua, para kerabat, anak-anak yang ditinggal mati bapak mereka sebelum mereka mencapai usia baligh, orang-orang yang membutuhkan yang tidak mempunyai apa yang bisa menutup hajat kebutuhan mereka, agar kalian berkata dengan perkataan paling baik kepada manusia, ditambah dengan mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Namun kalian justru berpaling dan membatalkan perjanjian tersebut, kecuali sedikit orang dari kalian, dan kalian tetap bersikukuh menolah dan berpaling.

Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:

(Dan) ingatlah

(ketika Kami mengambil ikrar dari Bani Israel) maksudnya dalam Taurat, dan Kami katakan,

(“Janganlah kamu menyembah) ada yang membaca dengan ‘ta’ dan ada pula dengan ‘ya’, yaitu ‘laa ya`buduuna’, artinya mereka tidak akan menyembah

(kecuali kepada Allah). Kalimat ini merupakan kalimat berita tetapi berarti larangan.

Ada pula yang membaca ‘laa ta`buduu’, artinya ‘janganlah kamu sembah!’

(Dan) berbuat kebaikanlah!

(kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya) maksudnya berbakti selain itu juga

(kaum kerabat) athaf pada al-waalidain

(anak-anak yatim dan orang-orang miskin serta ucapkanlah kepada manusia) kata-kata

(yang baik) misalnya menyuruh pada yang baik dan melarang dari yang mungkar, berkata jujur mengenai diri Muhammad dan ramah tamah terhadap sesama manusia. Menurut suatu qiraat ‘husna’ dengan ‘ha’ baris di depan dan ‘sin’ sukun yang merupakan mashdar atau kata benda dan dipergunakan sebagai sifat dengan maksud untuk menyatakan ‘teramat’ artinya teramat baik.

(Dan dirikanlah salat serta bayarkan zakat!) Sesungguhnya kamu telah memberikan ikrar tersebut.

(Kemudian kamu tidak memenuhi) janji itu. Di sini tidak disebut-sebut orang ketiga, yaitu nenek moyang mereka

(kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu juga berpaling.”) seperti halnya nenek moyangmu.

Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Melalui ayat ini Allah mengingatkan kaum Bani Israil terhadap apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka dan pengambilan janji oleh-Nya atas hal tersebut dari mereka, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu dan menentang secara disengaja dan direncanakan, sedangkan mereka mengetahui dan mengingat hal tersebut. Maka Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan mereka agar menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama diperintahkan pula kepada semua makhluk-Nya, dan untuk tujuan tersebutlah Allah menciptakan mereka.

Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kalian, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu sekalian.”

(QS. Al-Anbiyaa [21]: 25)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu (QS. Al-Hijr [15]: 36)

Hal ini merupakan hak yang paling tinggi dan paling besar, yaitu hak Allah subhanahu wa ta’ala yang mengharuskan agar Dia semata yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya, setelah itu baru hak makhluk, dan yang paling dikuatkan untuk ditunaikan ialah hak kedua orang tua. Karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala selalu membarengi hak kedua orang tua dengan hak-Nya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Kulah kembali kalian. (QS. Luqman [31]: 14)

Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman pula dalam ayat lainnya:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. Al Israa [17]: 23)

sampai dengan firman-Nya:

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. (QS. Al Israa [17]: 26)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud r.a. seperti berikut:

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama? Beliau menjawab,

Salat pada waktunya”

Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi!” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua ibu bapak.” Aku bertanya, “Kemudian apa lagi!”

Beliau menjawab, ”Jihad dijalan Allah.”

Karena itulah maka di dalam sebuah hadis sahih disebutkan seperti berikut:

Seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang harus didahulukan aku berbakti kepadanya? Beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya, “Kemudian siapa lagi!” Beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi!” Beliau menjawab,

“Ayahmu, kemudian orang yang paling dekat kekerabatannya denganmu, lalu orang yang dekat kekerabatannya denganmu.”

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Janganlah kalian menyembah selain Allah.

Menurut Imam Zamakhsyari kalimat ayat ini berbentuk khabar, tetapi bermakna talab, ungkapan seperti ini lebih kuat. Menurut pendapat yang lain, bentuk asalnya adalah an la ta’budu illallah, seperti bacaan yang dilakukan oleh ulama Salaf, lalu huruf an dibuang hingga tidak kelihatan. Menurut suatu riwayat dari Ubay dan Ibnu Mas’ud, keduanya membaca ayat ini la ta’budu illallah (janganlah kalian menyembah selain Allah). Pengarahan ini dinukil oleh Imam Qurtubi di dalam kitab tafsirnya, dari Imam Sibawaih. Imam Sibawaih mengatakan bahwa bacaan inilah yang dipilih oleh Imam Kisai dan Imam Farra.

Al-yatama artinya anak-anak kecil yang tidak mempunyai orang tua yang menjarnin penghidupan mereka.

Al-masakin ialah orang-orang yang tidak menjumpai apa yang mereka belanjakan buat diri mereka sendiri dan keluarganya. Dalam surat An-Nisa akan dibahas secara rinci mengenai golongan-golongan tersebut yang diperintahkan Allah dengan tegas agar kita menunaikannya, yaitu di dalam firman-Nya:

Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak. (QS. An-Nisa’ [4]: 36)

sampai akhir ayat.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.

Maksudnya, berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut, termasuk dalam hal ini amar ma’ruf dan nahi munkar dengan cara yang makruf. Sebagaimana Hasan Al-Basri berkata sehubungan dengan ayat ini, bahwa perkataan yang baik ialah yang mengandung amar ma’ruf dan nahi munkar, serta mengandung kesabaran, pemaafan, dan pengampunan serta berkata baik kepada manusia, seperti yang telah dijelaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu semua akhlak baik yang diridai oleh Allah subhanahu wa ta’ala

Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Kharraz, dari Abu Imran Al-Juni, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu hal yang makruf (bajik) barang sedikit pun, apabila kamu tidak menemukannya, maka sambutlah saudaramu dengan wajah yang berseri.

Sangat sesuai sekali bila Allah memerintahkan kepada mereka untuk berkata baik kepada manusia setelah Dia memerintahkan mereka untuk berbuat baik kepada mereka melalui perbuatan. Dengan demikian, berarti dalam ayat ini tergabung dua sisi kebajikan, yaitu kebajikan perbuatan dan ucapan.

Kemudian perintah untuk menyembah Allah dan berbuat baik kepada manusia ini dikuatkan lagi dengan perintah yang tertentu secara detail dari hal tersebut, yaitu perintah mendirikan salat dan menunaikan zakat.

Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. (QS. Al-Baqarah [2]: 83)

Diceritakan pula bahwa ternyata mereka (Bani Israil) berpaling dari semua perintah itu, yakni mereka meninggalkan hal tersebut, membelakanginya, dan berpaling dengan sengaja sesudah mereka mengetahuinya, kecuali sedikit dari kalangan mereka yang mengerjakannya.

Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan pula umat ini dengan hal yang serupa di dalam surat An-Nisa, yaitu melalui firman-Nya:

Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

(QS. An-Nisa’ [4]: 36)

Dengan demikian, berarti umat ini diberi kepercayaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk mengerjakan perintah-perintah Allah yang tidak pernah dikerjakan oleh umat-umat sebelumnya. Segala puji dan anugerah hanyalah milik Allah belaka.

Di antara nukilan yang garib (aneh) sehubungan dengan hal ini ialah sebuah riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Abi (ayah Ibnu Abu Hatim), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf (yakni At-Tanisi), telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Sabih, dari Humaid ibnu Uqbah, dari Asad ibnu Wada’ah. Disebutkan bahwa Asad ibnu Wada’ah bila keluar dari rumahnya tidak pernah bersua dengan seorang Yahudi atau Nasrani melainkan ia mengucapkan salam kepadanya. Ketika ditanyakan kepadanya,

“Apakah gerangan yang mendorongmu hingga kamu mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan orang Nasrani?”

Ia menjawab bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman:

serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.

Perkataan yang baik itu menurutnya adalah ucapan salam. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, hal yang sama telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani.

Menurut kami, telah ditetapkan di dalam sunnah bahwa kita tidak boleh memulai mengucapkan salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani).

Murottal Alquran & Terjemahan Indonesia
QS. Al-Baqarah (2) : 1-286 ⊸ Misyari Rasyid Alafasy

Pembahasan:

▪ QS AL BAQARAH 83

Quran 2:83, 2 83, 2-83, Al Baqarah 83, tafsir surat AlBaqarah 83, Al-Baqarah 83

Anda belum mahir membaca Qur'an? Ingin segera bisa? Klik di sini sekarang!

Video

Gallery Surat Al Baqarah Ayat 83

Quran Surah Al Baqarah Baqara Arabic English

Al Quran Translation In English Surah Al Baqarah

Al Quran Translation In English Surah Al Baqarah

Al Quran القرآن Online Quran Project Translation And

Surah Al Baqarah Chapter 2 From Quran Arabic English

And Speak To People Kindly Al Baqarah 2 83 Quran

Surah Al Baqarah Ayahs 83 Ppt Video Online Download

Surat Al Baqarah 2 248 260 The Noble Qur An القرآن الكريم

File Al Baqarah 145 Tajwid Nun Tanwin Png Wikimedia Commons

Quran Surah Al Baqarah Baqara Arabic English

Coretan Ku Tentang Surat Al Baqarah Ayat 83 84 85 86

Sura E Baqarah Ayat 83 88 Tafseer E Namoona Momin Com

Al Quran English Translation ٤٩ Page Number 49

Bangla Holy Qur An Online 3 6

Surah Al Baqarah Ayat 83 To Ayat 86 Tafseer By Mufti Khaleelur Rehman Tafsir E Quran Sajda

Quran And Interpretive Narratives Of The Ayahs

File Al Baqarah 145 Tajwid Nun Tanwin Png Wikimedia Commons

Tafsir Al Quran Surat Al Baqarah Ayat 83 By Radio Rodja

75 Duas From The Quran Islamic Theology Quran

Surah Al Baqarah Chapter 2 From Quran Arabic English

Al Quran Translation In English Surah Al Baqarah

Maintitle

Al Quran Translation In English Surah Al Baqarah


0 Response to "Surat Al Baqarah Ayat 83"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel