Pengertian Inflasi Dan Deflasi
Pengertian Inflasi Dan Deflasi Serta Dampaknya Bagi Bisnis
Inflasi Dan Deflasi
Inflasi Adalah – Pengertian, Deflasi, Penyebab Dan Dampaknya – DosenPendidikan.Com – Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan diatasi. Dalam system pasar bebas, masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi.
Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makroekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai masalah tersebut dan bentuk-bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah inflasi.
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
- Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
- Indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index)
Indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
- Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.
- Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum.
- Prathama dan Mandala (2001:203)
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi :
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
- Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
GNP Deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstans).
Jenis-Jenis Inflasi
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
- Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
- Inflasi menengah (galloping inflation)
ditantai dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
- Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
Baca Juga : 19 Pengertian, Karakteristik Dan Sifat Kewirausahaan Menurut Para Ahli Lengkap
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi (output).
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
- perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
- Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
- Kenaikan harga bahan baku industri.
Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk
- Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
- Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
- Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.
Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
- Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
- Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
- Memperburuk pembagian kekayaan.
Baca Juga : Pengertian Dan Sudut Pandang Pendapatan Per Kapita
Cara Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro.
Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji / upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga dinaikan.
Inflasi dan Pengangguran
Indea tentang adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran itu relatif baru, kira – kira pada akhir tahun 1950an. Secara sistematik hubungan ini baru mulai diperkenalkan oleh AW Phillips pada tahun 1958 dari hasil studi lapangan tentang hubungan antara kenaikan tingkat upah dengan pengangguran di inggris pada tahun 1861 – 1957.
Kurva yang menunjukkan adanya hubungan negatif ini sering disebut kurva Phillips (sesuai dengan nama penemunya). Kurva tersebut sejalan dengan keadaan yang terjadi di Inggris pada periode 1861 – 1957. Tahun di mana tingkat pengganguran rendah adalah juga tahun dalam mana tingkat kenaikan upah tinggi, dan sebaliknya tahun dalam mana pengangguran tinggi, tingkat kenaikan upah rendah.
Implikasi Kebijaksanaan
Sampai pada akhir tahun 1950an masalah pokok kebijaksanaan makro ekonomi adalah mencapai secara serentakkesetabilan harga serta kesempatan kerja yang tinggi. Namun beberapa pemikiran pada waktu itu meragukan tercapainya kedua tujuan tersebut secara bersama – sama. Kurva Phillips dapat menjelaskan keadaan pesimis ini. Kesetabilan harga dan kesempatan kerja yang tinggi adalah dua hal yang tidak bisa terjadi bersama – sama.
Dasar Teori
Kurva Phillips diperoleh semata – mata atas dasar studi empirik, tidak ada dasar teorinya. Lipsey pada tahun 1960 mencoba untuk mengisi dasar teorinya. Untuk tujuan ini dia menggunakan sebagai dasar penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja. Dengan demikian, natural rate of unemployment (UN) merupakan suatu tingkat pengangguran dalam mana terdapat kesetabilan upah (W = 0).
Ada beberapa pernyataan Lipsey tentang kurva Phillips dengan menggunakan teori pasar tenaga kerja menjadi dua yaitu pertama, penawaran dan permintaan akan tenaga kerja menentukan tingkat upah, kedua tingkat / laju perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan (excess demand) akan tenaga kerja.
Perkiraan (Expectation)
Masalah perkiraan atau ekspektasi ini muncul pada pertengahan tahun 1970an dan merupakan angin segar pada perkembangan ekonomi makro. Adanya trade-offantara inflasi dan unemployment dipertanyakan. Krisis minyak yang terjadi pada pertengahan tahun 1970an menimbulkan apa yang disebut stagflasi (stagnasidan inflasi), inflasi dan unemployment naik secara bersama – sama.
Perkiraan Adaptive (adaptive expectation)
Sebelum pertengahan tahun 1970an teori yang dominan dalam penyusutan ekspektasi ini adalah adaptive. Menurut teori ini harga yang diperkirakan akan terjadi (expected price) didasarkan pada harga yang telah lalu. Apabila harga perkiraan sekarang tidak sama dengan harga yang betul – betul terjadi (actual price) saat ini, maka individu akan menggunakan kesalahan dalam perkiraan ini untuk memperbaiki perkiraannya di masa yang akan datang.
Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah mengalihkan bentuk saja dari uang kas ke uang giral.
Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan ini yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikkan.
Contoh Inflasi
Contoh Kasus :
Di tengah tekanan krisis ekonomi global, Indonesia mencatat rekor baru rendahnya angka inflasi dalam kurun satu dekade terakhir ini. Inflasi diperkirakan akan berada pada kisaran angka 2-3 persen atau bahkan di bawahnya, jauh di atas asumsi makro APBNP 2009 sebesar 4,5 persen. Bila melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi year on year (Desember 2009 terhadap Desember 2008) sebesar 2,78 persen.
Ini adalah inflasi terendah sejak tahun 1999 yang tercatat 2,01 persen. Namun rendahnya inflasi 1999 lebih karena sangat tingginya inflasi yang terjadi 1998 dan anjloknya daya beli masyarakat saat krisis moneter. Inflasi 2009 ini memang terhitung jinak. Setelah mengalami lonjakan inflasi 1,05 persen pada September akibat Ramadhan dan Lebaran, inflasi Oktober melandai ke level 0,19 persen. Kemudian BPS mencatat terjadinya deflasi ketiga tahun ini, pada bulan November sebesar 0,03 persen. Sehingga mengapa inflasi menjadi rendah ?
Penyelesaian :
Deflasi terjadi karena dorongan eksternal yakni turunnya harga-harga barang di hampir seluruh belahan dunia. Dengan terjadinya deflasi ini maka laju inflasi secara year on year turun sebesar 2,41 persen. Sementara inflasi dari Januari sampai November 2009 sebesar 2,45 persen. Angka inflasi 2,45 persen ini jauh berada di bawah target pemerintah dalam .Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2009 yang sebesar 4.5 persen Rendahnya inflasi tersebut selain karena tidak adanya kenaikan harga domestik, disebabkan rendahnya tekanan inflasi dari luar.
Rendahnya inflasi juga disebabkan tingginya inflasi pada tahun sebelumnya akibat adanya krisis. Pada 2008, inflasi di Indonesia tercatat sebesar 11,06 persen.Padahal waktu yang tersisa hanya tinggal sedikit. Rendahnya inflasi ini karena sampai dengan sekarang belum ada indikasi yang membuat pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Berdasarkan berbagai pengalaman, kenaikan BBM ini memberikan dampak multiplier effect yang cukup besar bagi kenaikan harga barang.
Selain itu, harus diakui rendahnya angka inflasi sangat dipengaruhi dari faktor eksternal, yakni melemahnya laju perekonomian dunia yang membuat harga bahan bakar minyak menjadi turun. Banyak perusahaan besar multinasional mengurangi produksinya sejak krisis ekonomi yang terjadi pada 2008 lalu. Hal ini membuat tekanan harga didalam negeri tidak terlalu besar.
Pengamat perminyakan, Kurtubi, mengingatkan, pada 2010 hampir pasti harga minyak akan berada di atas 65 dolar AS per barel. Bahkan bisa jauh lebih tinggi dari 71 dolar AS per barel, yaitu batas toleransi pemerintah yang diberikan oleh DPR untuk menaikkan harga BBM. Tidak menuntut kemungkinan batas psikologis 100 dolar AS juga bisa ditembus kembali. Pada saat itulah baru akan diuji kemampuan kerjasama keduanya, terutama BI untuk mengendalikan inflasi.
Selain minyak, faktor makro lainnya yang juga cukup berpengaruh terhadap inflasi yakni nilai tukar rupiah. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Anggito Abimanyu, mengatakan, rupiah yang berada di bawah level Rp 10 ribu per dolar AS membuat imported inflation cukup terkendali sehingga harga barang-barang impor tidak menambah beban inflasi dalam negeri. Bila suatu ketika terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka ini akan menyebabkan bertambahya beban biaya yang harus ditanggung produsen.
Baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban utang luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal itulah yang terjadi pada tahun 1998, nilai tukar rupiah anjlok dari Rp 2.909 per dolar AS (1997) menjadi Rp 10.014 per dolar AS. Inflasi kemudian melompat menjadi 77,63 persen.
Angka yang cukup mengerikan. Melihat kedua faktor (rupiah dan minyak) tersebut, pemerintah dan BI harus tetap waspada dengan kemungkinan tekanan yang terjadi pada 2010. Tekanan terhadap ekonomi akan semakin besar seiring dengan pemulihan ekonomi global. Permintaan terhadap minyak dunia akan semakin besar sehingga membuat harga minyak akan tinggi kembali.
Satu sisi lain yang tidak dapat dipungkiri, selama 2009 ini, ter-kereknya angka inflasi sangat dipengaruhi erat oleh harga pangan. Pada September lalu inflasi mencapai angka yang tertinggi di 2009 menembus hingga 1,05 persen. Di antaranya bahan makanan menyumbang 0,53-persen. Kontribusi terbesar dari cabai merah yang sampai dengan 0,21 persen.
Namun, kenaikan umumnya masih bersifat musiman seiring dengan peningkatan permintaan di bulan puasa dan lebaran. Walaupun begitu faktor iklim dan cuaca juga sangat mempengaruhi. Inflasi pangan ini harus di-wasapai karena masalah pangan merupakan suatu hal yang pelik. Di sisi lain hal ini merupakan oportunity, kenapa kita tidak mempercepat produksi pangan.
Pengertian Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
Keterangan:
- M :Money Supply atau Persediaan Uang di masyarakat
- V :Velocity atau kecepatan perputaran uang.
- P : Average Price Level atau tingkat harga rata-rata.
- T :Total Number of transactions atau Jumlah Transaksi.
Jenis-Jenis Deflasi
Deflasi Strategis
Deflasi ini terjadi akibat diterapkannya kebijakan pengontrolan terhadap gejala konsumsi berlebihan untuk mengatasi kenaikan harga pasar.
Deflasi Sirkulasi
Deflasi ini terjadi pada masa transisi dari kemakmuran ekonomi menjadi kemerosotan ekonomi, akibat ketidakseimbangan antara daya produksi dan konsumsi. Gejala ini mendorong penurunan harga penjualan pasar dalam resesi ekonomi, akibat semakin kurangnya jumlah kebutuhan terhadap barang-barang ekonomis yang berlebihan.
Penyebab Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi :
Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di bank.Masyarakat menyimpan uangnya di bank kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi.Sehingga dengan demikian persediaan uang yang ada di masyarakat semakin berkurang.Jika persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
Meningkatnya Persediaan Barang
Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang meningkat.Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen dan produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di masyarakat akibatnya harga barang tersebut semakin menurun karena jumlahnya banyak.
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
Dampak Deflasi
- Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan membuat pasar Investasi (Saham) akan mengalami kekacauan.
- Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).
- Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang.
- Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
- Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank.
Baca Juga : Pengertian Dan Macam – Macam Sistem Perekonomian Negara Didunia
Pengaruh dan Akibat
- Penurunan persediaan uang
Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi akan mengalami kekacauan.
- Memperlambat aktivitas ekonomi
Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).
- Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang.
- Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
- Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah paliatif untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat peredaran uang semakin kecil.
Selain itu juga ada dampak positif dan negatif dari deflasi adalah sebagai berikut.
- Baik, deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang benar-benar dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. Orang akan banyak berinvestasi langsung dan ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan menguat.
- Buruk. deflasi akan membuat jatuh nilai properti. Orang lebih suka mendepositokan uangnya di bank atau pasar modal daripada beli properti yang tidak naik. Karena harga terus turun maka produsen cenderung kurang berminat memproduksi barang. Kesempatan kerja berkurang karena banyak PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh pemerintah sehinga pendapata negara berkurang. Kegiatan perekonomian secara keseluruhan mengalami kemunduran.
Cara Mengatasi Deflasi
Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga. Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas menggunakannya, maka ini akan mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut.
Dalam jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami kelumpuhanselamanya.
Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Lazim dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah menjadi nol juga atau bahkan negative. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai.
Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya.
Selain itu kebijakan moneter dan fiskal juga dapat di terapkan oleh pemerintah.
Baca Juga : Pengertian, Faktor Dan Elemen Siklus Ekonomi Indonesia Menurut Pengamat Ekonomi
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menurunkan tingkat bunga.Dengan menurunkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah ,karena orang akan lebih banyak menarik uangnya di Bank dari pada menjalankan investasi.
Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat bertambah,sehingga uang yang beredar dimasyarakat semakin bertambah.
Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.Pada saat deflasi pemerintah akan mengurangi persediaan uang kas.Sehingga uang kas yang beredar di masyarakat akan semakin meningkat.
Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang yang beredar cenderung turun.Jadi pada saat deflasi pemerintah lewat bank sentral akan lebih baik menurunkan cadangan minimum.
Kebijakan Fiskal
Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan. Kalau pembelajaan negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang beredar di masyarakat. Meski demikian diharapkan pembelanjaan negara tidak melampui batas yang telah ditentukan.
Menurunkan Tarif Pajak
Saat terjadi deflasi uang beredar sedikit dimasyarakat. Jumlah uang beredar tersebut dapat ditambah dengan jalan menurunkan tarif pajak. Jika tariff pajak diturunkan uang yang dibelanjakan oleh masyarakat cenderung meningkat. Sehingga dengan demikian uang akan lebih banyak kemasyarakat.
Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mengadakan pinjaman pemerintah baik dengan jalan paksaan ataupun tidak,untuk menambah uang yang beredar di masyarakat. Cara yang paling ampuh dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan mencairkan simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank lebih banyak.Jika, dalam keadaan deflasi.
Kebijakan Non-Moneter
Menurunkan Hasil Produksi
Menurunkan hasil produksi dapat memperkecil laju deflasi.Penurunan hasil produksi dapat dilakukan dengan cara memberikan batasan terhadap produsen. Pengurangan jumlah barang di dalam negeri cenderung menaikan harga.
Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi. Jadi untuk kebijakan ini resiko yang harus dihadapi cukup besar karena sedikit saja mengalami kesalahan inflasi akan membayangi.
Demikianlah pembahasan mengenai Inflasi Adalah – Pengertian, Deflasi, Penyebab, Dampak & Cara Mengatasi ini semoga dengan adanya ulasan tersebut bisa menambah wawasan dan pengetahuan anda, sekian dan terima kasih. 🙂
Gallery Pengertian Inflasi Dan Deflasi
Pengertian Deflasi Beserta Faktor Yang Menyebabkan Nya
Rusydan F A On Twitter Pengertian Inflasi Dan Deflasi
Berbagai Penyebab Dan Macam Macam Inflasi Yang Perlu
Pengertian Inflasi Deflasi Devaluasi Revaluasi Apresiasi
Pengertian Inflasi Nilai Uang Definisi Arti Analisis
Inflasi Dan Indeks Harga Padlah Riyadi Se Ak Ca Ppt
Pengertian Deflasi Faktor Penyebab Dampak Cara Mengatasi
Pengertian Inflasi Dan Deflasi Beserta Indikatornya Statmat Id
Mengenal 6 Pengertian Inflasi Serta Penyebab Dan Dampaknya
Pengertian Deflasi Beserta Faktor Yang Menyebabkan Nya
Mengenal Inflasi Dan Deflasi Bagaimana Dampaknya Ke Pelaku
Inflasi Sedang Pengertian Inflasi Sedang Adalah Inflasi Yang
Pengertian Inflasi Dan Deflasi
Pengertian Inflasi Dan Dampak Inflasi Bangku Sekolah
Pengertian Inflasi Jenis Efek Mencegah Proses Para Ahli
Inflasi Dan Deflasi Docx Inflasi Deflasi Dalam Ilmu
Tugas Ekonomi Gitrif Qostolanisota Ranti Pusriana
Inflasi Pengertian Faktor Penyebab Jenis Dan Dampak
Perkembangan Cakupan Penghitungan Inflasi Deflasi Di
Inflasdan Indeks Harga I Ebook Repo Mercubuana Ebook Repo
Doc Inflasi Dan Deflasi New Ariana Koko Academia Edu
0 Response to "Pengertian Inflasi Dan Deflasi"
Post a Comment