Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
8 Tahun Setelah Bencana Nuklir Fukushima Ini Kondisinya
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Gambar 1:Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah sebuah pembangkit daya termal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya.
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan perunit pembangkit berkisar dari 40MWe hingga 1000 MWe.
Gambar 2 Komponen reaktor nuklir
Komponen dasar dari reaktor nuklir adalah sebagai berikut:
- Moderator, berfungsi menyerap energi neutron
Reflektor, berfungsi memantulkan kembali neutron
Pendingin, berupa bahan gas atau logam cair untuk mengurangi energi panas dalam reaktor
Batang kendali, berfungsi menyerap neutron untuk mengatur reaksi fisi
Perisai, merupakan pelindung dari proses reaksi fisi yang berbahaya
Prinsip Kerja
Gambar 3 Prinsip Kerja PLTN
Proses kerja PLTN sebenarnya sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan.
PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedangkan PLTU mendapatkan panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi. Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalu PLTN dan daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari rekasi fisi. Sedangkan kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka rekator daya dirancang berdaya termal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW.
Proses pemanfaatan hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut:
Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang sangat besar.
Panas hasil reaksi tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik). Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.
Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran ini yaitu uranium. uranium tersebut tidak melepaskan partikel-partikel seperti Nox, CO2, ataupun SO2, serta tidak mengeluarkan partikel debu yang mengandung logam berat.
Merancang PLTN yang Aman
Beberapa sistem nuklir yang menggabungkan fitur desain pasif untuk menjamin keselamatan operasi reaktor nuklir, dibandingkan dengan sistem keselamatan aktif memerlukan intervensi oleh agen manusia.
Dari sisi sumber daya manusia, personil yang mengoperasikan PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan wajib mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, mereka harus mengikuti dan lulus ujian pelatihan. Sertifikat tersebut berlaku untuk jangka waktu tertentu dan setelah lewat masa berlakunya maka akan dilakukan pengujian kembali.
Secara statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai adalah adanya “pertahanan berlapis” (defence in-depth). Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi mengalami kegagalan, maka masih ada sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen yang digunakan dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan, sehingga walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi manusia dan lingkungannya.
Flexblue menggunakan sistem keselamatan aktif ketika beroperasi normal dan
kejadian level rendah (incident), tetapi memanfaatkan keselamatan pasif ketika terjadi
kecelekaan level tinggi (accident).
Gambar 6 Sistem kerja dari sistem keselamatan Flexblue
Reaktor ini juga dirancang dengan sistem keselamatan melekat, dimana seluruh komponen reaktor dirancang dan dipabrikasi sesuai dengan persyaratan keselamatan yang telah ditentukan. Jika terjadi kecelakaan level tinggi, sistem keselamatan pasif akan bekerja secara otomatis untuk membanjiri dan mengurangi tekanan di dalam teras reaktor, seperti ditunjukkan pada Gambar. Reaktor ini juga mempunyai sistem keselamatan tambahan, yaitu air laut akan mendinginkan reaktor secara tak terbatas.
Hal ini akan mencegah kemungkinan kecelakaan terparah seperti yang terjadi pada PLTN yang berada di darat (in land).
PLTN tidak membakar bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan bakar dapat belah (bahan fisil). Dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan neutron sehingga terjadi reaksi berantai yang kemudian menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi, kemudian uap tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin. Dengan digunakannya bahan fisil, berarti tidak menghasilkan CO2, hujan asam, ataupun gas beracun lainnya seperti jika menggunakan bahan bakar fosil.
Selain itu PLTN mampu menghasilkan daya stabil yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Perlu diketahui juga bahwa bahan bakar uranium yang sudah habis dipakai dapat di daur ulang kembali menghasilkan bahan bakar baru untuk teknologi di masa yang akan datang.
PLTN juga menggunakan bahan bakar yang relatif lebih murah dibandingkan pembangkit listrik tenagalain karena pada PLTN digunakan bahan bakar yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Rasio bahan bakar yang diperlukan dengan energi yang dihasilkan sangat besar. Untuk PLTN reaksi fusi, bahan bakar yang digunakan sangat melimpah di bumi. Dimana reaksi fusi ini menggunakan hidrogen yang dapat dielektrolisis dari air yang sangat melimpah di bumi ini.
PLTN mempunyai faktor keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh studi banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik. Secara statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai adalah adanya “pertahanan berlapis” (defence in depth). Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi mengalami kegagalan, maka masih ada sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Di samping itu, setiap komponen yang digunakan dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan, sehingga walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi manusia dan lingkungannya.
Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau air sungat yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersikulasi di dalam reaktor. Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN, dan sudah melalui ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang lepas aktivitasnya sangat kecil (sekitar dua milicurie/tahun) sehingga tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan.
Gambar 7 Presentase Penggunaan Bergagai Bahan Bakar untuk Pembangkit Listrik di seluruh Dunia
Negara-negara di Eropa merupakan negara yang paling tinggi persentase ketergantungannya pada energi nuklir. Perancis, Lithuania dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki ketergantungan listrik pada energi nuklir yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar 78%, 72% dan 55%.
Gambar 8
Di masa mendatang, pemakaian energi nuklir akan berkembang lebih maju lagi, tidak hanya sekedar untuk pembangkit listrik saja, tetapi juga untuk keperluan energi selain kelistrikan, seperti produksi hidrogen, desalinasi air laut, dan pemanas ruangan.
Kelemahan PLTN
Biaya untuk membangun sebuah PLTN (over head cost ) untuk permulaan sangat tinggi sekali, sehingga perlu pemikiran yang serius dalam memperoleh dana yang tidak merugikan masyarakat. Harga uranium dunia terus naik sejalan dengan kebangkitan program tenaga nuklir pada banyak negara di dunia. Harga uranium pada tahun 2006 adalah sekitar US$ 30 per barel, saat ini telah mencapai US$ 130 perbarel. Kenaikan harga uranium ini sebetulnya tidak banyak mempengaruhi keekonomian PLTN mengingat beroperasinya PLTN hanya memerlukan uranium dalam jumlah sedikit, namun tetap saja kenaikan harga uranium dunia ini perlu terus dipantau. Selain itu juga disebutkan kesulitan terbesar dalam merencanakan PLTN yaitu, tidak jelasnya biaya kapital dan biaya operasi dan pemeliharaan yang terkait dengan spent fuel disposal, dan biaya decommissioning.
Selanjutnya apabila terjadi kecelakaan, maka biaya pemulihannya cukup besar bahkan dapat lebih besar dari biaya pembangunannnya. Karena PLTN mempunyai limbah radioaktif yang sangat berbahaya dan harus selalu dijaga. Seperti terjadinya kecelakaan PLTN Fukushima Daichi pada bulan Maret 2011.
Selain itu ledakan nuklir dapat menghasilkan radiasi sangat tinggi yang melepaskan elektron dan mampu merusak DNA. Kecelakaan nuklir dapat menyebarkan partikel radioaktif kelingkungan yang luas. Radiasi ini dapat merusak sel-sel tubuh yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian. Penyakit dapat muncul dalam waktu yang lama setelah kejadian radiasi.
Gambar 10 Dampak Radiasi Nuklir
Reaktor fusi adalah salah satu sumber energi alternatif masa depan yang menggunakan bahan bakar yang tersedia melimpah, sangat efisien, bersih dari polusi, tidak akan menimbulkan bahaya kebocoran radiasi dan tidak menyebabkan sampah radioaktif yang merisaukan seperti pada reaktor fisi nuklir.
Sejauh ini reaktor fusi nuklir masih belum dioperasikan secara komersial. Prototip reaktor-reaktor fusi saat ini masih dalam tahap eksperimentasi pada beberapa laboratorium di USA dan di beberapa negara maju lainnya. Suatu konsorsium dari USA, rusia, Eropa dan Jepang telah mengajukan pembangunan suatu reaktor fusi yang disebut International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) di Cadarache (Perancis) untuk menguji kelayakan dan keberlanjutan penggunaan reaksi fusi untuk menghasilkan energi listrik.
Reaktor-reaktor nuklir yang saat ini dioperasikan untuk menghasilkan energi (listrik) merupakan reaktor fisi nuklir. Dalam reaktor fisi nuklir energi diperoleh dari pemecahan satu atom menjadi dua atom. Dalam reaktor-reaktor fisi nuklir konvensional, neutron lambat yang menumbuk inti atom bahan bakar (umumnya uranium) menghasilkan inti atom baru yang sangat tidak stabil dan hampir seketika pecah menjadi dua bagian (inti) dan sejumlah neutron dan energi yang besar. Pecahan hasil reaksi fisi tersebut merupakan sampah radioaktif dengan waktu paruh yang sangat panjang sehingga menimbulkan masalah baru pada lingkungan.
Gambar 11 Desain reaktor magnetic confinement fusi masa depan hasil penelitian ITER (diambil dari situs CEA, Badan Riset Atom Perancis). Bahan bakar deuterium (D) dan tritium (T) dimasukkan ke dalam reaktor (1), reaksi fusi DT berlangsung (2), menghasilkan abu (atom helium) dan energi dalam bentuk energi kinetik partikel alpha dan neutron (3), neutron akan diserap oleh selimut lithium (4) untuk membiakkan tritium yang akan dipakai untuk proses selanjutnya.
Dalam reaksi fusi nuklir dua inti atom ringan bergabung menjadi satu inti baru. Dalam suatu reaktor fusi, inti-inti atom isotop hidrogen (protium, deuterium, dan tritium) bergabung menjadi inti atom helium dan netron serta sejumlah besar energi. Reaksi fusi ini sejenis dengan reaksi yang terjadi di dalam inti matahari dan bersifat jauh lebih bersih, lebih aman, lebih efisien dan menggunakan bahan bakar yang jauh lebih berlimpah dibandingkan dengan reaksi fisi nuklir.
Persyaratan untuk terjadinya reaksi fusi nuklir:
suhu awal yang sangat tinggi (di atas 100 juta kelvin)
tekanan yang sangat tinggi
Suhu setinggi yang dipersyaratkan tersebut dapat dicapai dengan bantuan microwaves dan laser. Pada suhu setinggi ini elektron-elektron atom terpisah dari intinya dan terbentuk wujud plasma. Inti-inti atom yang akan bergabung memiliki muatan listrik sejenis (positif) sehingga tolak-menolak sehingga diperlukan energi yang sangat besar (suhu tinggi) agar mereka dapat mengatasi tolakan listrik. Reaksi fusi baru dapat terjadi jika inti-inti atom tersebut dapat didekatkan hingga jarak 10−15 m (seper satu juta miliar meter). Pada jarak ini baru terjadi ikatan nuklir yang mampu mengatasi tolakan listrik dari kedua inti atom yang akan berfusi tersebut.
Tekanan yang sangat tinggi digunakan untuk mendekatkan inti-inti atom yang akan digabungkan. Persyaratan ini dicapai dengan bantuan medan magnet yang sangat kuat (yang dihasilkan oleh arus listrik dalam superkonduktor) dan dengan bantuan laser dengan daya tinggi.
Teknologi terkini baru mencapai suhu dan tekanan yang mampu menghasilkan fusi antara deuterium dan tritium. Fusi antara deuterium dan tritium memerlukan suhu dan tekanan yang lebih tinggi. Reaksi fusi yang kedua inilah yang menjadi tumpuan reaktor fusi nuklir masa mendatang, karena ketersediaan bahan bakar deuterium yang lebih mudah diperoleh (diekstrak dari air laut), tidak radioaktif dan menghasilkan energi yang lebih tinggi.
Secara teknis ada dua cara untuk mencapai persyaratan suhu dan tekanan yang dipersyaratkan untuk terjadinya reaksi fusi, yaitu:
menggunakan medan magnet dan medan listrik yang sangat kuat untuk memanaskan dan memampatkan plasma hidrogen. ITER di Perancis menggunakan metode yang lebih dikenal sebagai metode Magnetic confinement ini.
menggunakan berkas laser atau berkas ion untuk memanaskan dan memampatkan plasma hidrogen. Metode ini (Inertial confinement) digunakan dalam pusat penelitian reaktor fusi nuklir di Lawrence Livermore Laboratory (USA)
Reaksi fusi hampir tidak menghasilkan zat-zat berbahaya seperti halnya reaksi fisi. Selain itu, bahan bakar untuk reaksi fusi (yaitu hidrogen) juga mudah di dapat dan berlimpah, tidak seperti bahan bakar reaksi fisi (misalnya uranium) yang sulit di dapat.
Dibandingkan dengan reaktor fisi, reaktor fusi tidak akan mengalami lepas kendali, dan sedikit menghasilkan produk radioaktif sehingga memiliki tingkat keselamatan yang tinggi. Reaktor fusi merupakan pembangkit energi yang ideal yang akan dapat memasok kebutuhan energi bagi umat manusia dimasa mendatang dalam jangka waktu yang lama dan ramah lingkungan. Berbagai skenario daur atau siklus bahan bakar reaktor fusi dapat dikembangkan, tetapi pengembangan ini masih belum dilakukan karena para ilmuwan masih mengalami kendala teknis dalam mewujudkan reaktor fusi kontinu yang memadai untuk memasok kebutuhan energi sehari-hari.
Teknologi reaktor fusi merupakan teknologi yang memiliki tenaga yang bersih dan mendekati suplai energi yang secara teoretis dan geografis pembangkit ini dapat diletakan dimanapun dan menjawab krisis energi umat manusia. Ini dapat mejadi solusi jangka panjang karena jumlah energi yang dihasilkan sangat besar.
Di atas permukaan bumi sangat sulit untuk memperoleh kondisi tekanan dan kerapatan ekstrim seperti yang dimiliki oleh inti matahari. Dengan kondisi ekstrim tersebut, reaksi fusi sudah dapat menyala pada temperatur 10 - 15 juta celsius. Di lain pihak, reaktivitas proses fusi DT akan maksimal baru pada temperatur 100 juta celsius, hampir sepuluh kali lipat temperatur inti matahari.
Reaktor fusi masih belum dapat diwujudkan secara komersial karena beberapa kendala teknis dalam menjaga kontinuitas dan stabilitas reaksi fusi. Namun reaktor fusi pertama kali di wujudkan di Uni soviet pada tahun 1950, dinamakan reaktor tokamak. Reaktor Tokamak bekerja berdasarkan reaksi fusi antara deuterium dan tritium (reaksi D-T) yang menghasilkan helium, neutron dan energi. Temperatur reaksi fusi dapat mencapai 100 juta derajat celcius karena tingginya temperatur reaksi fusi, maka hingga sampai saat ini belum ada material yang bisa dijadikan sebagai bejana untuk menampung reaksi fusi.
Peluang untuk membangun Fusi Nuklir sampai saat ini masih dalam tahap Eksperimen. Hal ini dikarenakan dengan mempertimbangkan kendala seperti yang telah dipaparkan. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa reaktor fusi merupakan pembangkit energi (listrik ataupun termal) impian. Tidak ada emisi CO atau CO2 dan dampak lingkungannya jauh di dalam batas toleransi. Meski demikian masih banyak problem yang harus dipecahkan ilmuwan sebelum reaktor fusi dapat beroperasi secara komersial.
Sampai detik ini semua reaktor fusi masih berada dalam tahap eksperimen, masih jauh dari sisi komersial. Versi DEMO pun diperkirakan baru rampung pada tahun 2040. Meski demikian banyak kemajuan yang telah dicapai. Eksperimen terakhir pada fasilitas JET dan TFTR berhasil mempertahankan confinement dengan daya sebesar 15 MW selama kurang lebih 1 -2 detik. Pada saat eksperimen berlangsung seluruh fasilitas eksperimen mengkonsumsi daya tak kurang 100 MW, jadi masih jauh dari titik breakeven. Untuk mempercepat penelitian negara-negara Eropa, Jepang, Rusia dan Amerika bergabung membangun International Thermonuclear Experimental Reactor (disingkat ITER) yang akan menjadi tokamak terbesar di dunia.
Gambar 12 Desain Tokamak ITER ( Sumber: www.bmbf.de, 2008: 5)
Daya keluaran reaktor ini direncanakan sebesar 500 MW. Meski dengan daya keluaran sebesar itu daya listrik yang dihasilkan dapat mencapai 150 MW, reaktor ini belum direncanakan untuk tujuan komersial. ITER dibangun masih untuk menyelidiki efisiensi pembakaran termonuklir dan mekanisme pengendalian plasma. Untuk tujuan ini, ITER memfokuskan diri pada pembangunan superkonduktor terbesar di dunia, penguasaan teknologi cryogenic, kerapatan tinggi, pembiakan serta penanganan tritium, pemanasan plasma, pengendalian jarak jauh, dan robotika, yang belum pernah ada sebelumnya. Untuk skala komersial, reaktor sejenis ITER nanti akan direncanakan berdaya sekitar 4000 MW, sehingga listrik yang dapat dihasilkan cukup menjanjikan, yaitu sekitar 1000 MW. Meski proyek ambisius ini mendapat dukungan negara-negara maju, ITER tetap saja memiliki problem internal. Lokasi pembangunan ITER masih merupakan isu perdebatan yang sengit di kalangan anggota ITER. Jepang dan Perancis bersaing keras untuk mendapatkan lokasi tersebut. Keluar dan kembali masuknya Amerika sebagai anggota ITER juga menandakan bahwa proyek ini masih memiliki banyak kendala.
Gambar 13 Lokasi pembangunan ITER masih merupakan isu perdebatan yang sengit di kalangan anggota ITER
Sebelum reaktor dioperasikan, tritium harus disuplai dari luar. ITER harus memperoleh tritium dari negara anggotanya. Rusia dan Amerika memiliki banyak tritium, namun tentu saja mereka tidak mau membuka informasi tentang ini karena tritium dipakai sebagai pemicu bom nuklir. Informasi jumlah tritium dapat membongkar rahasia cadangan senjata nuklir mereka. Banyak juga orang skeptis dengan mega proyek ini. Bahkan, pertanyaan yang sering terlontar adalah mengapa diperlukan waktu yang sangat lama untuk membangun reaktor fusi komersial? Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi termodern sekalipun belum sanggup mempercepat kemajuan di bidang ini. Pasalnya memang diperlukan waktu untuk riset, membangun reaktor, mendesain peralatan, serta memecahkan permasalahan yang ada. Di samping itu, pembangunan reaktor fusi tidak pernah menjadi prioritas seperti proyek nuklir fisi, karena reaktor fusi belum pernah dimasukkan ke dalam agenda program pertahanan negara manapun. Jadi, tahun 2050 masih merupakan prakiraan yang realistis untuk permulaan beroperasinya reaktor fusi komersial.
Pertanyaan serius yang segera diajukan masyarakat jika reaktor fusi jadi dibangun adalah masalah pengolahan limbahnya. Berlainan dengan reaktor fisi, yang bahan bakar maupun unsur hasil reaksi bersifat radioaktif, pada reaktor fusi hanya tritium yang bersifat radioaktif. Selain itu, tritium memiliki waktu paruh sekitar 12 tahun, jauh lebih cepat stabil dari pada uranium yang waktu paruhnya sekitar 100 juta tahun. Selain itu, tritium akan diproduksi di tempat yang sama melalui proses breeding.
Sumber radioaktif paling serius di sini adalah material instrumen reaktor yang menjadi radioaktif karena dihujani bom netron, misalnya dinding pertama reaktor yang bertugas menyerap energi netron selama proses fusi berlangsung. Demi keamanan, para ahli di Pemerintah AS mengajukan tiga klasifikasi limbah.
Limbah kelas A, terdiridari material yang dapat mencapai tingkat "cukup aman" setelah disimpan selama tidak lebih 10 tahun. "Cukup aman" disini didefinisikan sebagai tingkat radiasi lima kali lebih tinggi dari pada radiasi latarbelakang, yaitu radiasi yang kita terima sehari-hari dari sinar kosmis ataupun sumber radiasi lain seperti pesawat TV, komputer, dan lain sebagainya.
Limbah kelas B, terdiri dari material yang secara kimiawi stabil dan dapat mencapai tingkatan "cukupaman" dalam waktu 100 tahun. Limbah tipe ini harus diletakkan di tempat yang stabil dan dikubur di kedalaman tertentu sehingga radiasi yang diterima oleh penduduk yang secara tidak sengaja memasuki lokasi penimbunan limbah hanya beberapa kali, lebih besar dari radiasi latar belakang.
Limbah kelas C, seperti limbah kelas B, namun baru dapat mencapai level "cukup aman" dalam kurun waktu tidak lebih dari 500 tahun. Limbah tipe ini harus dikubur sedikitnya lima meter di bawah permukaan bumi. Lokasi penimbunan limbah harus dibatasi dan diberi tanda khusus agar tidak mudah dilalui orang.
Material yang tidak memenuhi ketiga klasifikasi di atas harus ditangani khusus, sebagaimana penanganan limbah nuklir konvensional. Jadi limbah reaktor fusi lebih aman dan lebih mudah penanganannya.
Agar terwujudnya PLTN yang aman dengan menggunakan reaktor fusi nuklir perlu ada jaminan untuk daerah yang akan dibangun PLTN, penempatan PLTN harus sesesuai secara geoteknik, yaitu kemungkinan terjadi gempa, tsunami, arah angin, banjir, dan memenuhi syarat bagi pendirian PLTN sendiri. Selain itu diperlukan kesiapan dari berbagai sektor, seperti dana, dan sumber daya manusia.
Sebaiknya diadakan sosialisasi tentang dampak positif maupun negatif didirikannya PLTN, karena hingga kini banyak ketakutan yang melebihi batas di kalangan masyarakat awam tentang pendirian PLTN.
Reaktor nuklir di Indonesia harus segera dikembangkan menjadi sebuah PLTN karena energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam perencanaan energi jangka panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Dikarenakan kekhawatiran terhadap kebocoran reaktor nuklir memberikan dampak yang cukup serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan, maka prosedur pencegahan sangat diperlukan untuk meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan. Diperlukan juga prosedur penanganan yang tepat apabila peristiwa kebocoran telah terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Lumbanraja Maruli , S . Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. Desember 2014 . Volume 16, Nomor 2.
Alfith. (2015). “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir”. [Online].
Damayanti, Maria Ulfa. “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir”. [Online].
Tersedia:ahttp://www.academia.edu/6135585/PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_NUKLIR. [14 Agustus 2016].
Arkadir, Dahni. (2013). “Reaktor Fusi. [Online].
Aulia, Hasna. dkk. (2013). “Reaktor Fusi”. [Online].
t.n. “Fakta Manfaat dam Bahaya Energi Nuklir”. [Online].
Sinta, Mutia Paramita Tiffani Grace. (2011). “Dampak Penggunaan Energi Nuklir Pada Reaktor Nuklir”. [Online].
t.n. (2011). “Gempa 11 Maret Jepang dan Epidemi Penyakit” . [Online].
t.n. (2013). “Makalah Pengendali Reaktor Nuklir”. [Online].
Yahdi, Afri. dkk. (2015). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Makalah pada Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Padang: tidak diterbitkan.
Wirjawan, Djoko. (2010). “Reaktor Fusi Nuklir”. [Online].a
Gallery Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Solusi Pemenuhan
Bumn Perkapalan Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Menristek Pengembangan Pltn Hanya Terkendala Sisi Sosial
Perlukah Indonesia Bikin Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Wikipedia Bahasa
Apa Yang Terjadi Jika Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Meledak Semua
Menunggu Pengoptimalan Cadangan Thorium Di Indonesia
Rusia Diduga Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Proyek Listrik Tenaga Nuklir Terbentur Regulasi
Pt Pal Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Di Laut
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Foto Gratis Di Pixabay
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pltn
Melongok Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Milik Rusia
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Wikipedia Bahasa
Pembangkit Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Wikipedia Bahasa
Indonesia Mulai Gagas Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir Dinilai Mahal Untuk Listrik Lihatlah Jepang Viva
Sesuaikan Pemotongan Pipa Kecepatan Dan Mesin Beveling Untuk
Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Timur Tengah
Gelontorkan Dana Rp29 6 Triliun China Siap Bangun 20
Kurtubi Ngotot Harus Indonesia Segera Miliki Pembangkit
Diklaim 50 Persen Lebih Murah Pemerintah Didorong Bangun
Mati Listrik Serentak Perlukah Pembangkit Listrik Tenaga
10 Ribu Mw Energi Listrik Bisa Dihasilkan Dari Nuklir Di
0 Response to "Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir"
Post a Comment