10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga



10 Sahabat Yang Dijamin Surga

1. Abu Bakar "As-Shiddiq" ra.

Abu Bakar  (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634 / 21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M.Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah , ia adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk . .

Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abdullah ibn' Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi '. Bertemu nasabnya dengan Nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.

Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah , istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Nabi menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Nabi  memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".
Abu Bakar dilahirkan di kota Mekkah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy . Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Ketika Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Saat itu Nabi Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli berdagang.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abdur Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan 'Abdur Rahman berpisah.

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. 

Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Ketika peristiwa Hijrah , saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya,  Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

Tentang keperibadian Abu Bakar r.a. Aisyah berkata, bahwa Abu Bakar adalah seorang pedagang, yang setiap hari pergi ke pasar untuk melakukan jual beli. Dia mempunyai sekumpulan domba yang dia urus sendiri dan terkadang menggembalakannya atau dia serahkan kepada orang lain. Dia juga memerah air susunya untuk diberikan kepada orang-orang kampung. Ketika dia sudah dibaiat sebagai khalifah, ada seorang gadis perempuan yang berkata, "Tentunya sekarang dia tidak mau lagi memerah air susu untuk diberikan kepada kami".

Abu Bakar ra. sempat mendengar perkataan gadis itu. Maka dia berkata, "Aku bersumpah untuk tetap memerah air susu bagi kalian, dan aku berharap agar tugasku yang baru ini tidak merubah kebiasaanku yang lalu."

Maka dia tetap memerah susu seperti biasanya dan diberikan kepada mereka. Namun kemudian dia perlu mempertimbangkan lagi tugas-tugasnya sebagai khalifah. Maka dia berkata, "Tidak demi Allah, urusan berdagang bisa mengganggu tugas-tugas ini, dan tugas ini tidak bisa berjalan lancar kecuali jika aku memusatkan perhatian terhadap urusan manusia. Tidak selayaknya aku hanya menyibukkan diri dengan urusan keluargaku." Maka dia pun meninggalkan usaha dagangnya.

Untuk keperluan diri dan keluarga dia mengambil gaji dari Baitul mal milik umat, sekedar untuk mencukupi keperluannya setiap hari, juga untuk keperluan haji dan umrah. Gajinya untuk satu tahun sebanyak enam ribu dirham. Menjelang kematiannya, dia berkata, "Kembalikan sisa gaji yang ada di tangan kita ke Baitul-mal milik orang-orang Muslim, karena aku tidak ingin mengambil sedikit pun dari harta tersebut. Tanahku yang ada di tempat ini dan itu juga bagi orang-orang Muslim."

Asma' binti Abu Bakar rha, berkata, "Saat Rasulullah Saw hijrah ke Madinah dan Abu Bakar bergabung beliau, maka Abu Bakar membawa semua hartanya sebanyak lima atau enam ribu dirham. Kakekku yang buta, Abu Qahafah memasuki rumah seraya berkata, "Demi Allah, menurutku Abu Bakar telah membuat kalian khawatir karena semua hartanya dia bawa."  "Tidak kakek, masih banyak kebaikan yang dia tinggalkan untuk kita," kata Asma'.

Lalu aku mengambil kerikil-kerikil dan kuletakkan di sebuah lubang di dalam rumah, yang di tempat itulah biasanya Abu Bakar meletakkan hartanya, kemudian kuletakkan kain di atasnya. Kupegang tangan kakek, sambil kukatakan kepadanya,  "Letakkan tangan kakek ditempat penyimpanan harta ini." 

Setelah meraba tempat itu, kakek berkata, "Tak apalah kalau dia meninggalkan harta ini untuk kalian. Dia memang telah berbuat yang terbaik, dan sudah cukup untuk kalian." Padahal demi Allah, ayahku tidak meninggalkan apa pun untuk kami. Aku berbuat seperti itu dengan maksud untuk membuat agar kakek merasa tenang.

Tentang keberanian Abu Bakar ra. dalam membela Nabi Saw, diceritakan oleh Anas bin Malik ra, Suatu kali, pernah kaum Quraisy memukul Nabi SAW sehingga beliau jatuh pingsan. Ada orang yang mengatakan Abu Bakar. lalu segera dia meleraikan mereka, seraya berkata: "Celaka kamu sekalian! Apakah kamu ingin membunuh orang yang mengatakan "Tuhanku Allah!"  Kemudian orang-orang jahat bertanya: "Siapa orang ini?" Jawab mereka: "Inilah Abu Bakar yang sudah gila itu!" Mereka pun meninggalkan Nabi SAW lalu berkelahi dengan Abu Bakar. 

Bazzar memberitakan di dalam Musnadnya dari Muhammad bin Aqil dari Ali ra. bahwa pada suatu hari, dia berdiri berpidato kepada orang banyak, katanya: "Siapakah orang yang paling berani?" "Engkau, wahai Amirul Mukminin!" jawab orang-orang yang mendengarnya. "Memang barangkali aku, karena tiada siapa yang tanding pedang denganku, kecuali aku membelahnya menjadi dua." 

Ali lalu berdiam sebentar. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya lagi: "Tetapi yang benar-benar berani adalah Abu Bakar. Pada suatu hari kita memdirikan untuk Nabi SAW sebuah pondok, lalu kami berkata: Siapa yang akan menjaga Nabi SAW supaya jangan ada orang musyrik mengganggunya, Demi Allah, tidak seorang pun yang maju ke depan, kecuali Abu Bakar. Sedang dia menghunuskan pedangnya dan tiada seorang musyrik yang coba mendekati beliau, melainkan diayunkan pedang itu kepadanya. Inilah orang yang paling berani!"  ujar Ali. 

Kemudian dia bercerita lagi, "Pernah aku melihat kaum Quraisy mengancam Rasulullah SAW yang satu mengganggunya, dan yang lainnya menarik-nariknya seraya mengatakan: Engkaukah orangnya yang menjadikan tuhan-tuhan itu hanya Satu Tuhan saja? Demi Allah aku tidak melihat siapa pun datang untuk menolong beliau, selain Abu Bakar semata, dia memukul si fulan, menghadapi si fulan serta mendorong si fulan dan dia terus-menerus berkata: Celaka kamu! Celaka kamu! Apakah kamu mau membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku Allah ? "

Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun (632) M.
Segera setelah Abu Bakar ra menjadi khalifah, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. 
Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala, Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. 
Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazzab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid .

Baihaqi memberitakan dari Urwah, bahwa Abu Bakar As-Shiddiq ra. pernah menyerahkan kepemimpinan pasukan kepada Khalid bin Walid ra. ketika diutus kepada kaum yang murtad dari orang-orang Arab, agar dia mula-mula mengajak mereka kembali kepada Islam dan menjelaskan kembali apa yang wajib bagi mereka dan ke atas mereka, dan meneguhkan keyakinan mereka kepada Islam, Maka barangsiapa yang menerima seruan itu di antara mereka, tidak kira yang merahnya atau yang hitamnya, harus dia menerima darinya. Sebab dia hanya disuruh untuk memerangi siapa yang mengkufuri Allah dan menolak keimanan kepadanya saja. Maka apabila orang yang diseru itu sudah menerima Islam, dan benar keimanannya, tidak ada jalan baginya untuk memeranginya lagi, dan Allah sajalah yang bakal membuat perhitungan dengannya. Tetapi, barangsiapa yang enggan menerima seruan Islam itu, dan tidak mau kembali kepada Islam dari orang yang murtad darinya, maka harus dia memerangi.

Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassania. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al- Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghapal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang dipimpin oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an yang dikenal saat ini.

Salim bin Abdullah bin Umar, berkata, Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka beliau menulis wasiat kepada Umar bin Khatthab, yang isinya: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat dari Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia, yang bersiap-siap hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal waktunya menuju ke akhirat dan yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat seperti inilah orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau menjadi jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab. Kalau dia berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak mengetahui yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di mana mereka akan dibalikkan. " 

Abdurrahman bin Sabith, berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar memanggil Umar, lalu dia berkata kepadanya, "Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah telah mengatur praktek yang harus dikerjakan pada siang hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan malam hari, dan Allah telah mengatur praktek yang harus dikeriakan pada malam hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya Allah juga tidak menerima yang sunnah sebelum yang wajib dikerjakan." 

Kemudian beliau menyerahkan kepada Umar seekor unta yang air susunya biasa diperah, seorang budak dan selembar permadani seharga lima dirham. Umar sempat berkata, "Dia menyebabkan kesusahan kepada khalifah sesudahnya."

Sebelum ajal menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq ra, Aisyah rha putri beliau menemuinya lalu melantunkan syair, "Tidak ada artinya harta kekayaan bagi pemuda Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada". Abu Bakar  menyingkap  kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata, "Bukan begitu. Tetapi ucapkan firman Allah,

Artinya : "Dan, datanglah sekarat-maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya".(QS. Qaf: 19)

Lalu beliau berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih membutuhkan kain yang baru dari orang yang sudah meninggal". 

Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.

Page 2

“Wahai Allah jika Engkau mengharamkanku dari agama yang lurus ini, janganlah anakku Sa’id diharamkan pula daripadanya.” (Do’a Zaid untuk anaknya, Sa’id).

Zaid bin Amr bin Nufail berdiri di tengah-tengah orang banyak yang berdesak-desakan menyaksikan kaum Quraisy berpesta merayakan salah satu hari besar mereka. Kaum pria memakai serban sundusi yang mahal, yang kelihatan seperti kerudung Yaman yang lebih mahal. Kaum wanita dan anak-anak berpakaian bagus warna menyala dan mengenakan perhiasan indah-indah. Hewan-hewan ternak pun dipakaikan bermacam-macam perhiasan dan ditarik orang-orang untuk disembelih di hadapan patung-patung yang mereka sembah.

Zaid bersandar ke dinding Ka'bah seraya berkata, "Hai kaum Quraisy, hewan itu diciptakan Allah. Dialah yang menurunkan hujan dari langit supaya hewan-hewan itu minum sepuas-puasnya. Dialah yang menumbuhkan rumput-rumputan supaya hewan-hewan itu makan sekenyang-kenyangnya. Kemudian, kalian sembelih hewan-hewan itu tanpa menyebut nama Allah. Sungguh bodoh dan sesat kalian."

Al-Khattab, ayah Umar bin Khattab, berdiri menghampiri Zaid, lalu ditamparnya Zaid. Kata Al-Khattab, "Kurang ajar kau! kami sudah sering mendengar kata-katamu yang kotor itu, namun kami biarkan saja. Kini kesabaran kami sudah habis!" Kemudian, dihasutnya orang-orang bodoh supaya menyakiti Zaid. Zaid benar-benar disakiti mereka dengan sungguh-sungguh sehingga dia terpaksa menyingkir dari kota Mekah ke Bukit Hira.

Al-Khattab menyerahkan urusan Zaid kepada sekelompok pemuda Quraisy untuk menghalang-halanginya masuk kota. Karena itu, Zaid terpaksa pulang dengan sembunyi-sembunyi.

Kemudian, Zaid bin Amr bin Nufail berkumpul ketika orang-orang Quraisy lengah bersama-sama dengan Waraqah bin Naufal, Abdullah bin Jahsy, Utsman bin Harits, dan Umaimah binti Abdul Muthallib, bibi Muhammad saw. Mereka berbicara tentang kepercayaan masyarakat Arab yang sudah jauh tersesat. Kata Zaid, "Demi Allah! sesungguhnya saudara-saudara sudah maklum bahwa bangsa kita sudah tidak memiliki agama. Mereka sudah sesat dan menyeleweng dari agama Ibrahim yang lurus. Karena itu, marilah kita pelajari suatu agama yang dapat kita pegang jika saudara-saudara ingin beruntung."

Keempat orang itu pergi menemui pendeta-pendeta Yahudi, Nasrani, dan pemimpin-pemimpin agama lain untuk menyelidiki dan mempelajari agama Ibrahim yang murni. Kemudian Waraqah bin Naufal meyakini agama Nasrani, Abdullah bin Jahsy dan Utsman bin Harits tidak menemukan apa-apa.

Sementara, Zaid bin Amr bin Nufail mengalami kisah tersendiri. Kata Zaid, "Saya pelajari agama Yahudi dan Nasrani. Tetapi, keduanya saya tinggalkan karena saya tidak memperoleh sesuatau yang dapat menenteramkan hati saya dalam kedua agama tersebut. Lalu, saya berkelana ke seluruh pelosok mencari agama Ibrahim. Ketika saya sampai ke negeri Syam, saya diberitahu tentang seorang Rahib yang mengerti ilmu kitab. Maka, saya datangi Rahib tersebut, lalu saya ceritakan kepadanya tentang pengalaman saya belajar agama."

Kata Rahib tersebut, "Saya tahu Anda sedang mencari agama Ibrahim, hai putra Mekah?" Jawabku, "Betul, itulah yang saya inginkan." Kata Rahib, "Anda mencari agama yang dewasa ini sudah tak mungkin lagi ditemukan. Tetapi, pulanglah Anda ke negeri Anda. Allah akan membangkitkan seorang nabi di tengah-tengah bangsa Anda untuk menyempurnakan agama Ibrahim. Bila Anda bertemu dengan dia, tetaplah Anda bersamanya."

Zaid berhenti berkelana. Dia kembali ke Mekah menunggu nabi yang dijanjikan. Ketika Zaid sedang dalam perjalanan pulang. Allah mengutus Muhammad menjadi nabi dan rasul dengan agama yang hak. Tetapi, Zaid belum sempat bertemu dengan beliau, dia dihadang perampok-perampok Badui di tengah jalan dan terbunuh sebelum ia kembali ke Mekah. Waktu dia akan menghembuskan napasnya yang terakhir, Zaid menengadah ke langit dan berkata, "Wahai Allah, jika Engkau mengharamkanku dari agama yang lurus ini, janganlah anakku Sa’id diharamkan pula daripadanya."

Allah memperkanankan doa Zaid. Serentak Rasulullah mengajak orang banyak masuk Islam, Sa’id segera memenuhi panggilan beliau, menjadi pelopor orang-orang beriman dengan Allah dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad saw.

Tidak mengherankan kalau Sa’id secepat itu memperkenankan seruan Muhammad. Sa’id lahir dan dibesarkan dalam rumah tangga yang mencela dan mengingkari kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy yang sesat itu. Sa’id dididik dalam kamar seorang ayah yang sepanjang hidupnya giat mencari agama yang hak. Bahkan, dia mati ketika sedang berlari kepayahan mengejar agama yang hak.

Sa’id masuk Islam tidak seorang diri. Dia masuk Islam bersama-sama istrinya, Fathimah binti al-Khattab, adik perempuan Umar bin Khattab. Karena pemuda Quraisy ini masuk Islam, dia disakiti dan dianiaya, dipaksa kaumnya supaya kembali kepada agama mereka. Usaha mereka tidak berhasil. Bahkan sebaliknya, Sa’id dan istrinya sanggup menarik seorang laki-laki Quraisy yang paling berbobot, baik fisik maupun intelektualnya dalam Islam. Mereka berdualah yang telah menyebabkan ‘Umar bin Khattab masuk Islam.

Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail membaktikan segenap daya dan tenaganya yang muda untuk berkhidmat kepada Islam. Ketika masuk Islam umurnya belum lebih dari dua puluh tahun. Dia turut berperang bersama Rasulullah dalam setiap peperangan, selain peperangan Badar. Ketika itu dia sedang melaksanakan suatu tugas penting lainnya yang ditugaskan Rasulullah kepadanya. Dia turut mengambil bagian bersama kaum muslimin mencabut singgasana Kisra Persia dan menggulingkan kekaisaran Rum.

Dalam setiap peperangan yang dihadapi kaum muslimin, dia selalu memperlihatkan penampilan dengan reputasi terpuji. Agaknya yang paling mengejutkan ialah reputasinya yang tercatat dalam peperangan Yarmuk. Marilah kita dengarkan sedikit kisahnya pada hari itu.

Berkata Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail, "Ketika terjadi perang Yarmuk, pasukan kami hanya berjumlah 24.000 orang, sedangkan tentara Rum berjumlah 120.000 orang. Musuh bergerak ke arah kami dengan langkah-langkah yang mantap bagaikan sebuah bukit yang digerakkan tangah-tangan tersembunyi. Di muka sekali berbaris pendeta-pendeta, perwira-perwira tinggi dan paderi-paderi yang membawa kayu salib sambil mengeraskan suara membaca doa. Doa itu diulang-ulang oleh tentara yang berbaris di belakang mereka dengan suara mengguntur."

Tatkala tentara kaum muslimin melihat musuhnya seperti itu, kebanyakan mereka terkejut, lalu timbul rasa takut di hati mereka. Abu Ubaidah bangkit mengobarkan semangat jihad kepada mereka. Kata Abu Ubaidah dalam pidatonya, antara lain, "Wahai hamba-hamba Allah, menangkan agama Allah, pasti Allah akan menolong kamu dan memberikan kekuatan kepada kamu!” "Wahai hamba-hamba Allah! tabahkan hati kalian, karena ketabahan adalah jalan lepas dari kekafiran, jalan mencapai keridaan Allah dan menolak kehinaan." "Siapkan lembing dan perisai! tetaplah tenang dan diam, kecuali mengingat Allah dalam hati kalian masing-masing. Tunggu perintah saya selanjutnya, insya Allah!"

Kemudian, Sa’id melanjutkan ceritanya. Tiba-tiba seorang prajurit muslim keluar dari barisan dan berkata kepada Abu Ubaidah, "Saya ingin syahid sekarang, adakah pesan-pesan Anda kepada Rasulullah?"

Jawab Abu Ubaidah, "Ya, ada! Sampaikanlah salam saya dan kaum muslimin kepada beliau. Katakan kepada beliau, sesungguhnya kami telah mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhan kami".

Setelah mengucapkan kata-kata itu, saya lihat dia menghunus pedang dan terus maju menyerang musuh-musuh Allah. Saya membanting diri ke tanah, dan berdiri di atas lutut saya. Saya bidikkan lembing saya, lalu saya melompat menghadang musuh. Tanpa terasa perasaan takut lenyap dengan sendirinya di hati saya. Tentara muslimin bangkit menyerbu tentara Rum. Akhirnya Allah memenangkan kaum muslimin.

Sesudah itu Sa’id bin Zaid turut berperang menaklukan Damsyiq. Setelah kaum muslimin memperlihatkan kepatuhan, Abu Ubaidah bin Jarrah mengangkat Sa’id bin Zaid menjadi wali di sana. Dialah wali kota pertama dari kaum muslimin setelah kota itu dikuasai.

Dalam masa pemerintahan Bani Umayah, merebak suatu isu dalam waktu yang lama di kalangan penduduk Yatsrib terhadap Sa’id bin Zaid. Yakni, seorang wanita bernama Arwa binti uwais menuduh Sa’id bin Zaid telah merampas tanahnya dan menggabungkannya dengan tanah Said sendiri. Wanita tersebut menyebarkan tuduhannya itu ke seantero kaum muslimin, dan kemudian mengadukan perkaranya kepada Wali Kota Madinah, Marwan bin Hakam. Marwan mengirim beberapa petugas kepada Sa’id untuk menanyakan perihal tuduhan wanita tersebut. Sahabat Rasulullah ini merasa prihatin atas fitnah yang dituduhkan kepadanya itu.

Kata Sa’id, "Dia menuduhku menzaliminya (merampas tanahnya yang berbatasan dengan tanah saya). Bagaimana mungkin saya menzaliminya, padahal saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Siapa saja yang mengambil tanah orang lain walaupun sejengkal, nanti di hari kiamat Allah memikulkan tujuh lapis bumi kepadanya. Wahai Allah! dia menuduh saya menzaliminya. Seandainya tuduhan itu palsu, butakanlah matanya dan ceburkan dia ke sumur yang dipersengketakannya dengan saya. Buktikanlah kepada kaum muslimin sejelas-jelasnya bahwa tanah itu adalah hak saya dan bahwa saya tidak pernah menzaliminya."

Tidak berapa lama kemudian, terjadi banjir yang belum pernah terjadi seperti itu sebelumnya. Maka, terbukalah tanda batas tanah Sa’id dan tanah Arwa yang mereka perselisihkan. Kaum muslimin memperoleh bukti, Sa’idlah yang benar, sedangkan tuduhan wanita itu palsu. Hanya sebulan sesudah itu, wanita tersebut menjadi buta. Ketika dia berjalan meraba-raba di tanah yang dipersengketakannya, dia pun jatuh ke dalam sumur.

Kata Abdullah bin Umar, "Memang, ketika kami masih kanak-kanak, kami mendengar orang berkata bila mengutuk orang lain, Dibutakan mata kamu seperti Arwa."

Peristiwa itu sesungguhnya tidak begitu mengherankan. Karena, Rasulullah saw. bersabda, "Takutilah doa orang teraniaya. Karena, antara dia dengan Allah tidak ada batas." Maka, apalagi kalau yang teraniaya itu salah seorang dari sepuluh sahabat Rasulullah saw. yang telah dijamin masuk surga, Sa’id bin Zaid, tentu lebih diperhatikan oleh Allah SWT.

Gallery 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga

10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga 1 Zamzam Group

10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga Azzamaviero Com

Intelektual Santri Cerdas Financial 10 Sahabat Nabi Yang

10 Sahabat Nabi Dijamin Surga Muhammad Ahmad Isa

Asifa Uqolbi 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga

Dakwah Sulsel 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga

Seri 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga

أ ب و إ ر س ان Nashry Basri Sahabat Rasulullah Sallallahu

Jual Ziyad 10 Sahabat Nabi Yg Dijamin Masuk Surga Kab Bekasi Booklovashop Tokopedia

10 Orang Dijamin Masuk Surga Indahnya Peradaban Islam

Best Seller Buku Cerita Anak Kisah 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga

Resensi Buku Ingin Mengenal Kenapa 10 Sahabat Ini Dijamin

Inilah 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Allah Masuk Surga Youtube

10 Sahabat Nabi Dijamin Surga

10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga Azzamaviero Com

Jual Buku Serial 10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga 3 Jilid Jakarta Timur Pustaka Hanif Tokopedia

10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga Youtube

10 Sahabat Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Dijamin

10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga


0 Response to "10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel