Skripsi Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARAWANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Singaperbangsa Karawang
Oleh:
IIS YASIROH
NPM : 0641173402029
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2010
ABSTRAK
Iis Yasiroh, 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan. Skripsi Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Singaperbangsa Karawang.
Gaya kepemimpinan dan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam hal ini adalah karyawan. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dengan gaya kepemimpian dan motivasi pemimpin yang baik pula. Kinerja merupakan cara yang diper oleh dari kedua hal tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian terapan, yang berdasarkan metode penelitian evaluasi dengan tingkat eksplanasi besifat assosiatif dan analisis yang digunakan adalah data kuantitatif, dengan menggunakan analisis skala likert, rentang skala, hipotesis dengan
analisis jalur (Path Analysis). Path Analysis digunakan untuk menguji besarnya pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan. Langkah-langkah yang digunakan adalah merumuskan persamaan struktural, menghitung koefesien berdasarkan pada koefesien regr esi, gambar diagr am lengkap, menghitung koefesien regresi disetiap struktur, menghitung koefesien jalur (simultan dan individual), merangkum dalam tabel, dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan yang ada pada kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan yang cenderung digunakan pimpinan adalah adalah gaya kepemimpinan parsitipatif.
2. Motivasi yang cenderung digunakan pada kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
3. Kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan adalah adalah karyawan yang bertanggung jawab dan memiliki kinerj yang baik.
4. Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan (X1) yang secara langsung mempengar uhi kinerja karyawan (Y) adalah 0.3382 = 0,114244 atau 11.42%.
5. Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh motivasi (X2) yang secara vi langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y) adalah 0,5092 = 0,259081 atau 25,91%
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan ( X1) dan motivasi ( X2) berpengaruh secara simultan yang langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y) adalah 0,338 = 33,8%. Sisanya sebesar 66,2% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..…………………………..…………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ……………………………….. iii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………………. iv
ABSTRAK …………………………………………………………….. vi
ABSTRACT …………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR …………….…………………………………….. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL ………………...…………………………………….. xv
DAFTAR GAMBAR …………….…………………………………….. xxiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah …..…………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………….….. 4
1.4 Kegunaan Penelitian …...……………………………………. 5
1.5 Hipotesis ………………………………………………………. 6
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian ….…………………………. 7
BAB II LANDASAN TEORI .......……………………………………. 8
2.1 Manajemen Dan Manajemen Sumber Daya Manusia ...…. 8
2.2 Pimpinan dan Kepemimpinan ……...……………………. 11
2.3 Pengertian Gaya Kepemimpinan …………………………… 13
2.4 Pengertian Motivasi …………………………… ..……….…... 16
2.4.1 Aspek dan Pola Motivasi ………..…………………….. 18
2.4.2 Teori-teori Motivasi …………………………………….. 24
2.5 Pengertian Kinerja ...….………………..…………….……… 29
2.5.1 Aspek-aspek Yang Dinilai Dalam Kinerja …..……….. 30
2.5.2 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Kinerja …………….. 34
2.5.3 Faktor-faktor Penghambat Penilaian Kinerja ……….. 37
2.5.4 Metode-metode Penilaian Kinerja …………..……….. 39
BAB III M ETODE PENELITIAN ……………………..………………. 41
3.1 Desain Penelitian …….……………………………………. 41
3.2 Variabel Penelitian …...……………………………………. 42
3.3 Metode Pengumpulan Data …………………………………. 45
3.3.1 Populasi dan sample …….……………………….. 45
3.3.2 Jenis data ….……………………………………... 46
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data …….…………..…... 50
3.4 Metode Analisis Data .……………………………………... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………. 54
4.1 Profil Perusahaan ……..……………………………………. 54
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .……………………. 54
4.1.2 Struktur Organisasi…………………………………. 56
4.1.3 Aktivitas Perusahaan ………………....….……….. 57
4.2 Hasil dan Pembahasan ..…….…………….………………. 72
4.2.1 Analisa Validitas …………....……….……………. 72
4.2.2 Bagaimana Gaya Kepemimpinan Yang Ada Pada
Kantor Pelayanan Pajak Karawang Selatan …….. 75
4.2.3 Bagaimana motivasi Yang Ada Pada Kantor
Pelayanan Pajak Karawang Selatan ………..…… 115
4.2.4 Bagaimana kinerja Yang Ada Pada Kantor
Pelayanan Pajak Karawang Selatan …………..... 158
4.2.5 Bagaimana Hubungan Gaya Kepemimpinan dan
Motivasi Ker ja Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Kantor Pelayanan Pajak Karawang Selatan ……. 209
BAB V PENUTUP …………………..………………………………. 217
5.1 Kesimpulan …………………………...……………………. 217
5.2 Saran ..…………..……..……………………………………. 221
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini didorong oleh kemajuan per adaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing produksi barang dan jasa yang dihasilkan.
Perkembangan ini dimulai sejak adanya kerjasama dan pembagian kerja diantara dua orang atau lebih. Pengelolaan Sumber Daya ini sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi melalui manajemen yang merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen yang baik akan memudahkan ter wujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.
Dalam pencapaian tujuan perusahaan banyak unsur-unsur yang menjadi hal penting dalam pemenuhannya, diantaranya adalah unsur kepemimpinan atau pemimpin. Sumber Daya yang telah tersedia jika tidak dikelola dengan baik maka tidak akan memperoleh tujuan yang telah direncanakan, sehingga peranan pemimpin sangat penting yang dapat mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mencapai suatu tujuan. Dasarnya kepemimpinan merupakan gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya, dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin ini yang akan digunakan untuk bisa mengarahkan Sumber Daya Manusia dapat menggunakan semua kemampuannya dalam mencapai kinerja yang baik.
Selain dari hal gaya kepemimpinan yang ditujukan seorang pemimpin untuk memberikan arahan kepada bawahan, hal penting lain yang harus dipahami oleh seorang pemimpin bahwa mengatur karyawan adalah hal yang sulit dan kompleks, karena mereka mempunyai pikiran. Perasaan, status, keinginan dan latar belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi. Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenunhnya seperti mengatur mesin, modal atau gedung, karyawan merupakan assets yang sangat berharga yang dimiliki oleh perusahan. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfatnya bagi perusahaan, jika peran aktif karyawan tidak diikutsertakan. Sehingga untuk bisa memadukan antara kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan seorang pemimpin harus mengintegrasikan kedua hal tersebut, salah satunya dengan pember ian motivasi. Dengan motivasi ini pemimpin dapat mendorong atau menggerakan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secar a produktif berhasil dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, perusahaan bukan saja menghar apkan karyawan mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan jika mereka tidak mau bekerja dengan giat.
Kecanggihan peralatan yang didukung Sumber Daya Manusia yang terampil dan berkualitas akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh ter hadap kinerja bawahan dalam hal ini adalah karyawan. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dengan gaya kepemimpian dan motivasi pemimpin yang baik pula. Kinerja merupakan cara yang diperoleh dari kedua hal tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian pada kantor pelayanan pajak, untuk mengetahui gaya kepemimpian yang dilakukan oleh pemimpin, motivasi yang dilakukan atasan kepada bawahan (karyawan), serta mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan, untuk selanjutnya penelitian ini teruang dalam sebuah judul yaitu ”Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi kerja terhadap Kinerja Karyawan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam hal ini penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gaya kepemimpinan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
2. Bagaimana motivasi kerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
3. Bagaimana kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
4. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang?
5. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang?
6. Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian skripsi di fakultas Ekonomi Program Studi manajemen Universitas Singaperbangsa Karawang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan gaya kepemimipinan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
2. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan motivasi kerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
3. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
4. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan pengaruh gaya kepimpinan ter hadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
5. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
6. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan hubungan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri, pihak lembaga pendidikan dan pihak-pihak lain yang kiranya berkepentingan dengan masalah ini.
Berikut ini penulis sampaikan mengenai kegunaan penelitian :
1. Bagi Peneliti
a. Untuk memenuhi salah satu tugas akhir perkuliahan dalam mencapai gelar sarjana.
b. Untuk mengaplikasikan dan membandingkan antara teori-teori yang didapat dari bangku perkuliahan dengan realitas yang ada dilapangan, dan untuk lebih memahami serta memperluas tentang manajemen pemasaran.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Kegunaan penelitian bagi lembaga pendidikan adalah sebagai bahan untuk evaluasi bagi mahasiswa, serta kinerja lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam menghadapi era globalisasi yang sangat kompleks sekali dan penuh dengan persaingan.
3. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian dihar apkan mahasiswa dapat memberikan ide atau saran dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada perusahaan tersebut bersifat membangun bagi kemajuan perusahaan.
1.5 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah “gaya kepemimpinan dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan”. Hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis)
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan dari bulan Maret 2010 sampai bulan Juli 2010 untuk mempermudah dalam penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Dan Manajemen Sumber Daya M anusia
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan atau laba (profit).
Walaupun menajemen dan organisasi hanya perupakan ”alat dan wadah” saja tetapi harus diatur dengan sebaik-baiknya. Karena jika manajemen dan oerganisasi ini baik maka optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat.
Pengertian manajemen menurut Malayu S. P. Hasibuan (2006:2) adalah sebagai berikut :
”Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan tertentu”.
Pengertian Manajemen menurut Henr y Simamora (2004:4), ” manajemen merupakan proses pendayagunaan bahan baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuanyang ditetapkan”.
Adapun pengertian manajemen menurut G. R. Terry dalam buku Malayu S. P. Hasibuan (2006:2) adalah sebagai berikut :
”Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performend to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and resources”.
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untu mengatur semua kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintah, dan lain-lain sebagainya.
2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen terdiri dari 6 unsur (6 M) yaitu : man, Money, methode, material, machines, dan market. Unsur man (manusia) ini berkembang menjadi satu bidang ilmu pengetahuan manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari man power management. Manusia selalu berperan aktif dan dominaan dalam setiap kegiatan organisasi, kerana manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.
Manajemen kepegawaian dan sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antar a kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Dengan peraturan manajemen sumber daya manusia secara profesional, diharapkan pegawai bekerja secara pr oduktif. Pengelolaan pegawai secara professional ini harus dimulai sejak perekrutan pegawai, penyeleksain, pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, penataran, dan pengembangan kariernya.
Pengertian MSDM menurut A. A. Anwar Prabu
Mangkunegara (2002:2) adalah sebagai berikut :
“Manajemen sumber daya manusia mer upakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Menurut Henry Simamora (2004 : 4) “ Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa , dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan”.
Sedangkan pengertian MSDM menurut Malayu S. P. Hasibuan (2005:10) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Fungsi-fungsi MSDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Tujuannya ialah agar perusahaan mendapatkan rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase tingkat bunga bank. Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya. Masyar akat bertujuan memperoleh bar ang atau jasa yang baik dengan har ga yang wajar dan selalu tersedia di pasar, sedang pemerintah selalu berharap mendapatkan pajak. Manajemen sumber daya manusia terdiri dari tiga komponen yaitu pengusaha, karyawan, dan pimpinan atau manajer.
2.2 Pimpinan dan Kepemimpinan
Pemimpin merupakan salah satu intisari manajemen, sumber daya pokok dan titik central dari setiap aktivitas yang terjadi dalam perusahaan. Bagaimana dinamika dan dunamikanya seorang pemimpin dalam menjalankan wewenang kepemimpinannya akan Sangat menentukan apakah tujuan perusahaan dapat dicapai atau tidak. Pemimpin yang dinamis dan kreatif maka organisasi yang dipimpinnya juga semakin dinamis dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan akan semakin banyak.
Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendor ong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pelaksanaan kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaa, partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Hal ini semua akan diperoleh kerana kecakapan, kemampuan, dan perilakunya.
Pengertian pemimpin menurut Malayu S. P. Hasibuan (2005:169) adalah sebagai berikut :
”Pemimpin (leader = head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi”.
Sedangkan menurut Robert Tanembuan dalam buku Malayu S. P. Hasibuan (2006:43) adalah sebagai berikut :
”Pemimpin adalah mer eka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi, mengarahkan, dan mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan”.
Menurut Gibson et al. (1991, p. 364) dalam buku Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:152) Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok .
Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik berikut :
1. Tanggung jawab yang seimbang
2. Model peranan yang positif
3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik
4. Memiliki pengaruh positif
5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain
Selain karakteristik seorang pemimpin yang baik harus dapat memainkan peranan pentingnya dalam melakukan tiga hal berikut, yaitu:
1. Mengatasi penolakan terhadap perubahan
2. Menjadi perantara bagi kebutuhan kelompok-kelompok di dalam dan di luar organisasi
3. Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar operasi setiap karyawan dan perusahaan secara keseluruhan.
2.3 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Cara/gaya/tipe/style kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis berbeda, tetapi makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, keputusan kerja, dan produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal.
Menurut Malayu S. P. Hasibuan ( 2005:170) gaya kepemimpinan ada tiga yaitu :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang.
Pengambilan keputusan dan kebijakan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Falsafah pimpinan ialah ”bawahan adalah untuk pemimpin/atasan”. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling cakap. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi perintah, ancaman hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan.
Pimpinan menganut sistem menajemen tertutup ( closed management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada bawahannya. Pengkaderan kurang mandapat perhatiannya.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Falsafah pemimpin ialah ”pemimpin (dia) adalah untuk bawahan”. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran dan ide yang diberikan bawahannya. Pemimpin menganut sistem menajemen terbuka (open management) dan desentralisasi wewenang.
Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pemimpin akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijakan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan menger jakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan, dan mengatakan kepada bawahan ”inilah perkerjaan yang harus Saudara kerjaan, saya tidak peduli, terserah Saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik”. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelasaikan pekerjaan tersebut. Bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan.
2.4 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin, Mavere yang berarti dorongan atau dan penggerak. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan per usahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi hanya dapat diberikan kepada orang-orag yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Bagi orang-orang yang tak mampu mengerjakan pekerjaan tersebut tidak perlu dimotivasi karena percuma. Memotivasi ini sangat sulit, karena pimpinan sulit untuk mengetahui kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaanya itu. Dalam memotivasi ini pimpinan hanya berdasarkan perkiraan-perkiraan mengenai kebutuhan atau keinginan-keinginan yang dapat merangsang gairah kaerja bawahannya. Manajer dalam menotivasi ini harus manyadari, bahwa orang akan mau bekerja keras dengan harapan, ia akan dapat memenuhi kebutuhan dan keingina-keinginannya dari hasil peker jaannya.
Malayu S.P. Hasibuan (2006:219) ”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala dan upayanya untuk mencapai kepuasan.”
Haroold Koontz dalam Hasibuan (2006:219) menyatakan ”motivation refers to the drive and fort to satisfy a want or goal”.
Artinya : ” motivasi mengacu pada porongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan”.
Wayne F. Cascio dalam Hasibuan (2006:219) menyatakan ”Motivation is a force that results from an individuals desire to satisfy their needs (e.g. hunger, thirst, socialaprooval)”.
Artinya: ”Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya ( misalnya: rasa lapar, haus dan bermasyarakat)”.
Stephen P. Robbine dalam Hasibuan (2006:219) menyatakan:
”We will define motivation as the willingness to exert high level of efford toward organization goals, conditional by efforts ability to satisfy some individual need”.
Artinya:
”Kita akan mendefenisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu”.
American Encyclopedia dalam Hasibuan (2006:219)
”Motivation: That pr edisposition (it self the subject of much controvency) within the individual which arouses sustain and direct his behavior. Motivation involve such factor as biological and emotional needs that can only be inferred from observation behavior”.
Artinya:
”Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam drii seseorang yang membangkittopangan dan mengarahkan tindak-tanduknya.
Motivasi meliputi faktor kebutuahan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia”.
Merle J. Moskowits dalam Hasibuan (2006:220) menyatakan ”motivation is usually defined the initiation and direction of behavior and the study of motivation is in effect the study of course of
behavior”.
Artinya: ”Motivasi sevara umum didefenisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya mer upakan pelajaran tingkah laku”.
2.4.1. Aspek dan pola motivasi
Aspek motivasi di bedakan antara aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis. Dalam aspek aktif atau dinamis, motivasi akan tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang di inginkan.
Dalam aspek pasif atau statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang di inginkan.
Keinginan dan kegairahan kerja dapat di tinggkatkan berdasarkan pertimbangan tentang danya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu :
1. Aspek motivasi statis yang tampak sebagi keinginan dan kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya tujuan organisasi.
2. Aspek motivasi statis yang berupa alat perangsang atau insentif yang di harapkan agar dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pokok yang di harapkan.
Dr. David McClellan dalam Hasibuan (2006:220) mengem ukakan pola motivasi sebagai berikut:
3. Achievment motivation. Adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan. Untuk kemajuan dan pertumbuhan.
4. Affiliation motivation. Adalah dorongan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan orang lain.
5. Competence motivation. Adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan dengan pekerjaan yang ber mutu tinggi.
6. Power motivation. Adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil risiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.
Tujuan pemberian motivasi:
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
4. Memperthankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absendi karyawan
6. Mengefektifkan pengadaan karyawan
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
10. Mempertinggi r asa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
11. Meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
12. Dan lain sebagainya
Asas-asas motivasi:
1. Asas mengikutsertakan
2. Asas komunikasi
3. Asas pengakuan
4. Asas wewenang yang didelegasikan
5. Asas adil dan layak
6. Asas perhatian timbal balik
Alat-alat motivasi:
1. Material insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa uang dan atau barang yang mempunyai nilai pasar.
2. Nonmaterial insentif, yaitu alat motivasi yang memberikan kepuasan atau kebanggaan rohani saja.
3. Kombinasi mater ial dan nonmaterial insentif, yaitu motivasi yang diberkan berupa material (uang dan barang) dan nonmaterial (medali-piagam) jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau kebanggaan rohani.
Jenis-jenis motivasi:
1. Motivasi positif (insentif positif) manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berpr estasi bail. Dengan positif ini semangat kerja bawahan akan meingkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan memerikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kerang bail (prestasinya rendah).
Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, kerena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh manajer suatu perusahaan. Penggunannya harus tepat dan seimbang, supaya meningkatkan semangat kerja karyawan. Yang menjadi masalah ialah kapan motivasi positif atau motivasi negatif itu efektif merangsang gairah kerja bawahan. Motivasi positif efektif untuk jangka waktu panjang, sedang motivasi negatif efektif untuk jangka waktu pendek saja.
Tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.
Metode-metode motivasi:
- metode langsung (direct motivation), adalah motivasi (material dan non material) yang diberikan secara kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
- motivasi tidak langsung ( indirect motivation), adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas yang mendukung serta yang menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
Model-model motivasi
1. Model tradisional, mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat dilakukan dengan sistem insentif yaitu memberikan insentif material kepada karyawan yang berprestsi baik. Semakin berprestasi maka semakin banyak balas jasa yang diterimanya. Jadi motivasi bawahan untuk mendapatkan insentif (uang-barang) saja.
2. Model hubungan manusia, mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairahnya kerjanya meningkat, dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna serta penting. Sebagai akibatnya karyawan mendapatkan beberapa kebebasan membuat keputusan dan kretivitias dalam melakukan pekerjaannya. Dengan memperhatikan kebutuhan material dan nonmaterial karyawan maka motivasi bekerja akan mengingkat pula. Jadi motivasi karyawan adalah untuk mendapatkan kebutuhan material dan nonmaterial.
3. Model sumber daya manusia, mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang atau keinginan akan kepuasan saja, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini karyawan cenderung memperolah kepuasan dari prestasi kerjanya yang bail. Karyawan bukanlah berprestasi baik karena merasa puas, melainkan termotivasi oleh rasa tanggung jawab yang lebih luas untuk membuat keputusan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
2.4.2. Teori-Teori Motivasi
Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2006:223) teori motivasi dikelompokan atas :
1. Teori Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berprilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya. Hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan material maupun nonmaterial yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya.
Jika kebutuhan dan kepuasannya semakin terpenuhi maka semangat bekerjanya pun akan semakin baik pula.
Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan berindak (bersemangat bekerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (inner needs) dan kepuasannya. Semakin tinggi satandar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan maka semakin giat orang itu bekerja.
Tinggi atau rendahnya tingkat kebutuhan dan kepuasan yang ingin dicapai seseorang mencerminkan semangat bekerja orang tersebut. Salah satu teori kepuasan yaitu ”Maslow’s Need Hierarch Theory”.
Dasar Maslow’s Need Hierarch Theory :
a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan; ia selalu menginginkan lebih banyak; Keinginan ini ter us- menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskam tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya; hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi.
c. Kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat (hierarchy) sebagai berikut:
1) Physiological needs (kebutuhan fisik = biologis) Yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara perumahan dan lain-lain.
2) Safety and security needs (keamanan dan keselamatan) Adalah kebutuhan akan keamanan dari nacaman, yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan.
a) kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat pekerjaan pada saat mengerjakan diwaktu jam-jam kerja.
b) Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu jam-jam kerja, misalnya keamanan kendaraan.
3) Affiliation or acceptance needs (Belongingness)
Adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorang pun manusia yang ingin hidup menyendiri di tempat terpencil. Karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari empat kelompok, yaitu :
a. kebutuhan akan perasaaan diter ima oleh orang lain di lingkungan ia hidup dan bekerja (sense of belonging)
b. kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance)
c. kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement)
d. kebutuhan akan perasaan ikut serta ( sense of participation).
4) Esteem or status needs
Adalah kebutuhan akan penghar gaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.
5) Self actualization Adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi seorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda satu dengan lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan oleh para pimpinan perusahaan dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Kebutuhan aktulaisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu :
a. kebutuhan aktulaisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya hanya berdasarkan keinginan atau usaha individu itu sendiri.
b.Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan denagn meningkatkan jenjang karier seorang individu.
Maslow’s Need Hier arch Theo ry ini mempunyai kelemahan dan kebaikan sebagai kerikut:
Kebaikannya:
1) teori ini memberi informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
2) Manajer mengetahui bahwa seseorang berpr ilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang akan memberikan kepuasan kepadanya.
3) Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya.
4) Manajer akan lebih mudah memeberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
Kelemahannya:
1) menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarkis, tetapi kenyataannya manusia menginginkannya tercapai sekaligus, sepeti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi-dan seterusnya.
2) Walaupun teori ini sangat popular, tetapi belum pernah di coba kebenar annya karena Maslow mengembangkannya hanya atas dasar pengamatannya saja.
2.5 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance ( prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya dicapai oleh seseorang).
Defenisi kinerja karyawan yang dikemukakan Bambang Kusriayanto (1991:3) dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2009:9) adalah: ”Perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya perjam)”
Pengertian kinerja menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:67) adalah sebagai berikut :
”Pengertian kinerja (pr estasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Pengertian prestasi kerjas Menurut Malayu Hasibuan (2005:87) adalah:
”prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.”
Menurut Veithzal Rivai (2009:549) mengemukakan bahwa ”Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan”.
Penilaian prestasi pegawai dikenal dengan istilah ”Performance rating, perfor mance apprisal, performance assessment, epmloyment evaluation, merit rating, effeciency rating, service rating.”
Pengertian penilaian prestasi karyawan menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:69) dari berbagai pendapat adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan keduanya. Pemimpin perusahaan yang menilai prestasi kerja pegawai, yaitu atasan, pegawai langsung, dan atasan tak langsung. Disamping itu pula, kepala personalia ber hak pula memberikan penilaian prestasi terhadap semua pegawainya sesuai data yang ada di bagian personalia.
2.5.1. Aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja
Dari hasil studi Lazer dan Wikstrom (1997) yang dikutip dalam buku Veithzal Rivai (2008:324) bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja dapat dikelompokkan menjadi :
1. kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnnya.
2. kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing kedalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
3. kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi dan lain-lain.
Sedangkan menurut hasibuan (2005:95) unsur-unsur yang dinilai didalam prestasi kerja adalah:
1. kesetiaan
penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.
2. prestasi kerja
penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya
3. kejujuran
penilai menilai kejujuran dalam melaksanakn tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada bawahannya.
4. kedisiplinan
penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.
5. kreativitas
penilai menilia kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna,
6. kerja sama
penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan berkerja sama dengan karyawan lainnya secara vertical atau horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik
7. kepemimpinan
penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara
efektif.
8. kepribadian
penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
9. prakarsa
penilai menilai kemampuan berpikir orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.
10. kecakapan
penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat didalam penyusunan kebijaksanaandan didalam situasi manajemen.
11. tanggung jawab
penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. Unsur pr estasi karyawan yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yan dinilai itu mencakup seperti hal-hal di atas.
2.5.2. Tujuan Dan Kegunaan Penilaian Kinerja
Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan pokok yaitu:
1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang.
2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karir dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan karyawan.
Selain itu penilaian kinerja dapat digunakan untuk:
1. mengetahui perkembangan, yang meliputi;
a. identifikasi kebutuhan pelatihan
b. umpan balik kinerja
c. menentukan transfer dan penugasan
d. identifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan
2. pengambilan keputusan administrative, yang meliputi;
a. keputusan untuk menetukan gaji, pr omosi, mempertahankan dan memberhentikan karyawan
b. pengakuan kinerja karyawan
c. pemutusan hubungan kerja
d. mengidentifikasi yang buruk
3. keperluan perusahaan, yang meliputi;
a. perncanaan SDM, menentukan kebuuhan pelatihan
b. evaluasi terhadap sistem SDM
c. penguatan terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan
4. dokumentasi, yang meliputi;
a. kriteria untuk validasi penelitian
b. dokumentasi keputusan-keputusan tentang SDM
c. membantu untuk memenuhi persyaratan hukum
Kegunaan penilaian kinerja ditinjau dari berbagai perspektif pengembangan perusahaan, hususnya manajemen SDM, yaitu:
1. Posisi tawar. Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan rasional dengan serikat buruh atau langsung dengan karyawan.
2. Perbaikan kinerja. Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan unutk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan
3. Penyesuaian kompensasi. Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan dalam penyesuaian ganti-rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikan upah, bonus atau kompensasi lainnya.
4. Keputusan penempatan. Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan dan penurunan pangkat.
5. Pelatihan dan pengembangan, kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan.
6. Perencanaan dan pengembangan karir. Umpan balik penilaian kinerja dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan dan pengembangan karir karyawan.
7. Evaluasi proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur Staffing departemen SDM.
8. Defesiensi proses penempatan karyawan. Kinerja yang baik atau buruk mencer minkan kekuatan atau kelemahan dalam prosedur penempatan karyawan di departemen SDM.
9. Ketidak akuratan informasi. Kinerja lemah menandakan adanya kesalahan didalam sistem informasi manajemen SDM.
10. Kesalahan dalam merancang pekerjaan. Kinerja yang lemah mungkin merupakan suatu gejaladari rancangan pekerjaan yang kurang tepat.
11. Kesempatan kerja yang adil. Penilaian kinerja yang akurat terkait dengan pekerjaan dapat memastikan bahwa keputusanpenempatan internal tidak bersifat diskriminatif.
12. Mengatasi tantangan eksternal. Kadang kinerja diperanguhi oleh faktor diluar lingkungan pekerjaan, seperti keluarga,keuangan, kesehatan atau hal lain seperti ahl pribadi.
13. Elemen-elemen pokok sistem penilaian kinerja. Departemen SDM biasanya mengembangkan penilaian kinerja bagi karyawan di semua departemen.
14. Umpan balik ke SDM. Kinerja baik atau jelek di selur uh perusahaan, mengindikasikan seberapa baik departemen SDM berfungsi.
2.5.3. Faktor-Faktor Penghambat Penilaian Kinerja Penyelia sering kali tidak berhasil untuk meredam emosi dalam menilai prestasi kinerja karyawan, hal ini menyebabkan penilaian menjadi bias. Bias adalah distorsi pengukuran yang tidak akurat. Bias ini mungkin terjadi sebagai akibat ukuran-ukuran yang digunakan bersifat subjektif. Berbagai bentuk bias yang umum terjadi:
1. Kendala hukum/legal
Penilaian kinerja har us bebas dari diskriminasi tidak sah atau tidak legal.
2. Bias oleh penilai (penyelia)
Bentuk-bentuk bias yang biasanya terjadi adalah:
a. Hallo effect. Terjadi ketika pendapat pribadi penilai mempengaruhi pengukuran kinerja baikdalam artim positif maupun negatif.
b. Kesalahan kecenderungan terpusat. Beberapa penilai tidak suka menempatkan karyawan keposisi ekstrim.
c. Bias karena terlalu lunak dan ter lalu keras. Bias ini terjadi ketika penilai cenderung begitu mudah atau terlalu ketat dalam mengevaluasi kinrja karyawan.
d. Bias karena penyimpangan lintas budaya. Setiap penilai mempunyai harapan tentang tingkah laku manusia yang didasarkan pada kulturnya.
e. Prasangka pribadi. Siakp tidak suka seorang penilai terhadap sekelompok orang tertentu dapat mengaburkan hasil penilaian seorang karyawan.
f. Pengaruh kesan terakhir. Kiner ja karyawan dinilai berdasarkan penampilan kar yawan saat sekarang yang masih diingat oleh penilai.
3. Mengurangi bias penilaian Pelatihan untuk penilai perlu melibatkan tiga hal berikut:
a. Penyimpangan dan penyebab mereka harus diterangkan;
b. Peran penilai kinerja dalam pengambilan keputusan terhadap karyawan harus diterangkan untuk menjaga kenetralan dan objektivitas;
c. Dengan bantuan departemen SDM menemukan dan menggunakan teknik penilaian yang dipandang paling tepat, baik yang berorientasi pada prestasi kerja di masa lalu maupun yang ditujukan kepada kepentingan perusahaan dimasa depan.
Selain faktor-faktor diatas yang menyebabkan terjadinya dalam penilaian kinerja, dalam praktiknya pendekatan penilaian harus dapat mengidentifikasi standar kinerja, mengukur criteria, dan kemudian memberi umpan balik kepada karyawan dan departemen SDM.
2.5.4. M etode-M etode Penilaian Kinerja
Metode atau teknik penilaian kinerja karyawan dapat digunakan dengan pendekatan yang berorientasi masa lalu dan masa depan.
1. Metode penilain berorientasi masa lalu
Ada beberapa metode untuk penilaian prestasi kinerja diwaktu yang lalu, dan hampir semua teknik tersebut mer upakan suatu upaya untuk meminimumkan berbagai masalah tertentu yang dijumpai dalam pendekatan ini.Teknik penilaian ini meliputi:
a. skala peringkat (rating scale)
b. daftar pertanyaan (checklist)
c. metode dengan pilihan terarah ( forced choice methode)
d. metode peristiwa kritis (critical incident methode)
e. metode catatan prestasi
f. skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku (behaviorally anchored rating scale=BARS)
g. methode peninjauan lapangan (fiel review methode)
h. tes dan observasi pr estasi kerja (performance test and observation)
i. pendekatan evaluasi komaratif (comparative evalPENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARAWANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Singaperbangsa Karawang
Oleh:
IIS YASIROH
NPM : 0641173402029
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2010
ABSTRAK
Iis Yasiroh, 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan. Skripsi Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Singaperbangsa Karawang.
Gaya kepemimpinan dan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam hal ini adalah karyawan. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dengan gaya kepemimpian dan motivasi pemimpin yang baik pula. Kinerja merupakan cara yang diper oleh dari kedua hal tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian terapan, yang berdasarkan metode penelitian evaluasi dengan tingkat eksplanasi besifat assosiatif dan analisis yang digunakan adalah data kuantitatif, dengan menggunakan analisis skala likert, rentang skala, hipotesis dengan
analisis jalur (Path Analysis). Path Analysis digunakan untuk menguji besarnya pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan. Langkah-langkah yang digunakan adalah merumuskan persamaan struktural, menghitung koefesien berdasarkan pada koefesien regr esi, gambar diagr am lengkap, menghitung koefesien regresi disetiap struktur, menghitung koefesien jalur (simultan dan individual), merangkum dalam tabel, dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan yang ada pada kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan yang cenderung digunakan pimpinan adalah adalah gaya kepemimpinan parsitipatif.
2. Motivasi yang cenderung digunakan pada kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
3. Kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan adalah adalah karyawan yang bertanggung jawab dan memiliki kinerj yang baik.
4. Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan (X1) yang secara langsung mempengar uhi kinerja karyawan (Y) adalah 0.3382 = 0,114244 atau 11.42%.
5. Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh motivasi (X2) yang secara vi langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y) adalah 0,5092 = 0,259081 atau 25,91%
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan ( X1) dan motivasi ( X2) berpengaruh secara simultan yang langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y) adalah 0,338 = 33,8%. Sisanya sebesar 66,2% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..…………………………..…………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ……………………………….. iii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………………. iv
ABSTRAK …………………………………………………………….. vi
ABSTRACT …………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR …………….…………………………………….. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL ………………...…………………………………….. xv
DAFTAR GAMBAR …………….…………………………………….. xxiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah …..…………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………….….. 4
1.4 Kegunaan Penelitian …...……………………………………. 5
1.5 Hipotesis ………………………………………………………. 6
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian ….…………………………. 7
BAB II LANDASAN TEORI .......……………………………………. 8
2.1 Manajemen Dan Manajemen Sumber Daya Manusia ...…. 8
2.2 Pimpinan dan Kepemimpinan ……...……………………. 11
2.3 Pengertian Gaya Kepemimpinan …………………………… 13
2.4 Pengertian Motivasi …………………………… ..……….…... 16
2.4.1 Aspek dan Pola Motivasi ………..…………………….. 18
2.4.2 Teori-teori Motivasi …………………………………….. 24
2.5 Pengertian Kinerja ...….………………..…………….……… 29
2.5.1 Aspek-aspek Yang Dinilai Dalam Kinerja …..……….. 30
2.5.2 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Kinerja …………….. 34
2.5.3 Faktor-faktor Penghambat Penilaian Kinerja ……….. 37
2.5.4 Metode-metode Penilaian Kinerja …………..……….. 39
BAB III M ETODE PENELITIAN ……………………..………………. 41
3.1 Desain Penelitian …….……………………………………. 41
3.2 Variabel Penelitian …...……………………………………. 42
3.3 Metode Pengumpulan Data …………………………………. 45
3.3.1 Populasi dan sample …….……………………….. 45
3.3.2 Jenis data ….……………………………………... 46
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data …….…………..…... 50
3.4 Metode Analisis Data .……………………………………... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………. 54
4.1 Profil Perusahaan ……..……………………………………. 54
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .……………………. 54
4.1.2 Struktur Organisasi…………………………………. 56
4.1.3 Aktivitas Perusahaan ………………....….……….. 57
4.2 Hasil dan Pembahasan ..…….…………….………………. 72
4.2.1 Analisa Validitas …………....……….……………. 72
4.2.2 Bagaimana Gaya Kepemimpinan Yang Ada Pada
Kantor Pelayanan Pajak Karawang Selatan …….. 75
4.2.3 Bagaimana motivasi Yang Ada Pada Kantor
Pelayanan Pajak Karawang Selatan ………..…… 115
4.2.4 Bagaimana kinerja Yang Ada Pada Kantor
Pelayanan Pajak Karawang Selatan …………..... 158
4.2.5 Bagaimana Hubungan Gaya Kepemimpinan dan
Motivasi Ker ja Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Kantor Pelayanan Pajak Karawang Selatan ……. 209
BAB V PENUTUP …………………..………………………………. 217
5.1 Kesimpulan …………………………...……………………. 217
5.2 Saran ..…………..……..……………………………………. 221
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini didorong oleh kemajuan per adaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing produksi barang dan jasa yang dihasilkan.
Perkembangan ini dimulai sejak adanya kerjasama dan pembagian kerja diantara dua orang atau lebih. Pengelolaan Sumber Daya ini sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi melalui manajemen yang merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen yang baik akan memudahkan ter wujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.
Dalam pencapaian tujuan perusahaan banyak unsur-unsur yang menjadi hal penting dalam pemenuhannya, diantaranya adalah unsur kepemimpinan atau pemimpin. Sumber Daya yang telah tersedia jika tidak dikelola dengan baik maka tidak akan memperoleh tujuan yang telah direncanakan, sehingga peranan pemimpin sangat penting yang dapat mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mencapai suatu tujuan. Dasarnya kepemimpinan merupakan gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya, dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin ini yang akan digunakan untuk bisa mengarahkan Sumber Daya Manusia dapat menggunakan semua kemampuannya dalam mencapai kinerja yang baik.
Selain dari hal gaya kepemimpinan yang ditujukan seorang pemimpin untuk memberikan arahan kepada bawahan, hal penting lain yang harus dipahami oleh seorang pemimpin bahwa mengatur karyawan adalah hal yang sulit dan kompleks, karena mereka mempunyai pikiran. Perasaan, status, keinginan dan latar belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi. Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenunhnya seperti mengatur mesin, modal atau gedung, karyawan merupakan assets yang sangat berharga yang dimiliki oleh perusahan. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfatnya bagi perusahaan, jika peran aktif karyawan tidak diikutsertakan. Sehingga untuk bisa memadukan antara kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan seorang pemimpin harus mengintegrasikan kedua hal tersebut, salah satunya dengan pember ian motivasi. Dengan motivasi ini pemimpin dapat mendorong atau menggerakan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secar a produktif berhasil dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, perusahaan bukan saja menghar apkan karyawan mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan jika mereka tidak mau bekerja dengan giat.
Kecanggihan peralatan yang didukung Sumber Daya Manusia yang terampil dan berkualitas akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh ter hadap kinerja bawahan dalam hal ini adalah karyawan. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dengan gaya kepemimpian dan motivasi pemimpin yang baik pula. Kinerja merupakan cara yang diperoleh dari kedua hal tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian pada kantor pelayanan pajak, untuk mengetahui gaya kepemimpian yang dilakukan oleh pemimpin, motivasi yang dilakukan atasan kepada bawahan (karyawan), serta mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan, untuk selanjutnya penelitian ini teruang dalam sebuah judul yaitu ”Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi kerja terhadap Kinerja Karyawan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam hal ini penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gaya kepemimpinan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
2. Bagaimana motivasi kerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
3. Bagaimana kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
4. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang?
5. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang?
6. Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian skripsi di fakultas Ekonomi Program Studi manajemen Universitas Singaperbangsa Karawang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan gaya kepemimipinan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
2. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan motivasi kerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
3. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
4. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan pengaruh gaya kepimpinan ter hadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
5. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
6. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan hubungan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri, pihak lembaga pendidikan dan pihak-pihak lain yang kiranya berkepentingan dengan masalah ini.
Berikut ini penulis sampaikan mengenai kegunaan penelitian :
1. Bagi Peneliti
a. Untuk memenuhi salah satu tugas akhir perkuliahan dalam mencapai gelar sarjana.
b. Untuk mengaplikasikan dan membandingkan antara teori-teori yang didapat dari bangku perkuliahan dengan realitas yang ada dilapangan, dan untuk lebih memahami serta memperluas tentang manajemen pemasaran.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Kegunaan penelitian bagi lembaga pendidikan adalah sebagai bahan untuk evaluasi bagi mahasiswa, serta kinerja lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam menghadapi era globalisasi yang sangat kompleks sekali dan penuh dengan persaingan.
3. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian dihar apkan mahasiswa dapat memberikan ide atau saran dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada perusahaan tersebut bersifat membangun bagi kemajuan perusahaan.
1.5 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah “gaya kepemimpinan dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak pratama karawang selatan”. Hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis)
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan dari bulan Maret 2010 sampai bulan Juli 2010 untuk mempermudah dalam penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Dan Manajemen Sumber Daya M anusia
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan atau laba (profit).
Walaupun menajemen dan organisasi hanya perupakan ”alat dan wadah” saja tetapi harus diatur dengan sebaik-baiknya. Karena jika manajemen dan oerganisasi ini baik maka optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat.
Pengertian manajemen menurut Malayu S. P. Hasibuan (2006:2) adalah sebagai berikut :
”Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan tertentu”.
Pengertian Manajemen menurut Henr y Simamora (2004:4), ” manajemen merupakan proses pendayagunaan bahan baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuanyang ditetapkan”.
Adapun pengertian manajemen menurut G. R. Terry dalam buku Malayu S. P. Hasibuan (2006:2) adalah sebagai berikut :
”Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performend to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and resources”.
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untu mengatur semua kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintah, dan lain-lain sebagainya.
2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen terdiri dari 6 unsur (6 M) yaitu : man, Money, methode, material, machines, dan market. Unsur man (manusia) ini berkembang menjadi satu bidang ilmu pengetahuan manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari man power management. Manusia selalu berperan aktif dan dominaan dalam setiap kegiatan organisasi, kerana manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.
Manajemen kepegawaian dan sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antar a kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Dengan peraturan manajemen sumber daya manusia secara profesional, diharapkan pegawai bekerja secara pr oduktif. Pengelolaan pegawai secara professional ini harus dimulai sejak perekrutan pegawai, penyeleksain, pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, penataran, dan pengembangan kariernya.
Pengertian MSDM menurut A. A. Anwar Prabu
Mangkunegara (2002:2) adalah sebagai berikut :
“Manajemen sumber daya manusia mer upakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Menurut Henry Simamora (2004 : 4) “ Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa , dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan”.
Sedangkan pengertian MSDM menurut Malayu S. P. Hasibuan (2005:10) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Fungsi-fungsi MSDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Tujuannya ialah agar perusahaan mendapatkan rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase tingkat bunga bank. Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya. Masyar akat bertujuan memperoleh bar ang atau jasa yang baik dengan har ga yang wajar dan selalu tersedia di pasar, sedang pemerintah selalu berharap mendapatkan pajak. Manajemen sumber daya manusia terdiri dari tiga komponen yaitu pengusaha, karyawan, dan pimpinan atau manajer.
2.2 Pimpinan dan Kepemimpinan
Pemimpin merupakan salah satu intisari manajemen, sumber daya pokok dan titik central dari setiap aktivitas yang terjadi dalam perusahaan. Bagaimana dinamika dan dunamikanya seorang pemimpin dalam menjalankan wewenang kepemimpinannya akan Sangat menentukan apakah tujuan perusahaan dapat dicapai atau tidak. Pemimpin yang dinamis dan kreatif maka organisasi yang dipimpinnya juga semakin dinamis dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan akan semakin banyak.
Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendor ong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pelaksanaan kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaa, partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Hal ini semua akan diperoleh kerana kecakapan, kemampuan, dan perilakunya.
Pengertian pemimpin menurut Malayu S. P. Hasibuan (2005:169) adalah sebagai berikut :
”Pemimpin (leader = head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi”.
Sedangkan menurut Robert Tanembuan dalam buku Malayu S. P. Hasibuan (2006:43) adalah sebagai berikut :
”Pemimpin adalah mer eka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi, mengarahkan, dan mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan”.
Menurut Gibson et al. (1991, p. 364) dalam buku Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:152) Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok .
Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik berikut :
1. Tanggung jawab yang seimbang
2. Model peranan yang positif
3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik
4. Memiliki pengaruh positif
5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain
Selain karakteristik seorang pemimpin yang baik harus dapat memainkan peranan pentingnya dalam melakukan tiga hal berikut, yaitu:
1. Mengatasi penolakan terhadap perubahan
2. Menjadi perantara bagi kebutuhan kelompok-kelompok di dalam dan di luar organisasi
3. Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar operasi setiap karyawan dan perusahaan secara keseluruhan.
2.3 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Cara/gaya/tipe/style kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis berbeda, tetapi makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, keputusan kerja, dan produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal.
Menurut Malayu S. P. Hasibuan ( 2005:170) gaya kepemimpinan ada tiga yaitu :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang.
Pengambilan keputusan dan kebijakan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Falsafah pimpinan ialah ”bawahan adalah untuk pemimpin/atasan”. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling cakap. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi perintah, ancaman hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan.
Pimpinan menganut sistem menajemen tertutup ( closed management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada bawahannya. Pengkaderan kurang mandapat perhatiannya.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Falsafah pemimpin ialah ”pemimpin (dia) adalah untuk bawahan”. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran dan ide yang diberikan bawahannya. Pemimpin menganut sistem menajemen terbuka (open management) dan desentralisasi wewenang.
Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pemimpin akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijakan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan menger jakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan, dan mengatakan kepada bawahan ”inilah perkerjaan yang harus Saudara kerjaan, saya tidak peduli, terserah Saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik”. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelasaikan pekerjaan tersebut. Bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan.
2.4 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin, Mavere yang berarti dorongan atau dan penggerak. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan per usahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi hanya dapat diberikan kepada orang-orag yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Bagi orang-orang yang tak mampu mengerjakan pekerjaan tersebut tidak perlu dimotivasi karena percuma. Memotivasi ini sangat sulit, karena pimpinan sulit untuk mengetahui kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaanya itu. Dalam memotivasi ini pimpinan hanya berdasarkan perkiraan-perkiraan mengenai kebutuhan atau keinginan-keinginan yang dapat merangsang gairah kaerja bawahannya. Manajer dalam menotivasi ini harus manyadari, bahwa orang akan mau bekerja keras dengan harapan, ia akan dapat memenuhi kebutuhan dan keingina-keinginannya dari hasil peker jaannya.
Malayu S.P. Hasibuan (2006:219) ”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala dan upayanya untuk mencapai kepuasan.”
Haroold Koontz dalam Hasibuan (2006:219) menyatakan ”motivation refers to the drive and fort to satisfy a want or goal”.
Artinya : ” motivasi mengacu pada porongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan”.
Wayne F. Cascio dalam Hasibuan (2006:219) menyatakan ”Motivation is a force that results from an individuals desire to satisfy their needs (e.g. hunger, thirst, socialaprooval)”.
Artinya: ”Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya ( misalnya: rasa lapar, haus dan bermasyarakat)”.
Stephen P. Robbine dalam Hasibuan (2006:219) menyatakan:
”We will define motivation as the willingness to exert high level of efford toward organization goals, conditional by efforts ability to satisfy some individual need”.
Artinya:
”Kita akan mendefenisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu”.
American Encyclopedia dalam Hasibuan (2006:219)
”Motivation: That pr edisposition (it self the subject of much controvency) within the individual which arouses sustain and direct his behavior. Motivation involve such factor as biological and emotional needs that can only be inferred from observation behavior”.
Artinya:
”Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam drii seseorang yang membangkittopangan dan mengarahkan tindak-tanduknya.
Motivasi meliputi faktor kebutuahan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia”.
Merle J. Moskowits dalam Hasibuan (2006:220) menyatakan ”motivation is usually defined the initiation and direction of behavior and the study of motivation is in effect the study of course of
behavior”.
Artinya: ”Motivasi sevara umum didefenisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya mer upakan pelajaran tingkah laku”.
2.4.1. Aspek dan pola motivasi
Aspek motivasi di bedakan antara aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis. Dalam aspek aktif atau dinamis, motivasi akan tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang di inginkan.
Dalam aspek pasif atau statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang di inginkan.
Keinginan dan kegairahan kerja dapat di tinggkatkan berdasarkan pertimbangan tentang danya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu :
1. Aspek motivasi statis yang tampak sebagi keinginan dan kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya tujuan organisasi.
2. Aspek motivasi statis yang berupa alat perangsang atau insentif yang di harapkan agar dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pokok yang di harapkan.
Dr. David McClellan dalam Hasibuan (2006:220) mengem ukakan pola motivasi sebagai berikut:
3. Achievment motivation. Adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan. Untuk kemajuan dan pertumbuhan.
4. Affiliation motivation. Adalah dorongan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan orang lain.
5. Competence motivation. Adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan dengan pekerjaan yang ber mutu tinggi.
6. Power motivation. Adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil risiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.
Tujuan pemberian motivasi:
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
4. Memperthankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absendi karyawan
6. Mengefektifkan pengadaan karyawan
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
10. Mempertinggi r asa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
11. Meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
12. Dan lain sebagainya
Asas-asas motivasi:
1. Asas mengikutsertakan
2. Asas komunikasi
3. Asas pengakuan
4. Asas wewenang yang didelegasikan
5. Asas adil dan layak
6. Asas perhatian timbal balik
Alat-alat motivasi:
1. Material insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa uang dan atau barang yang mempunyai nilai pasar.
2. Nonmaterial insentif, yaitu alat motivasi yang memberikan kepuasan atau kebanggaan rohani saja.
3. Kombinasi mater ial dan nonmaterial insentif, yaitu motivasi yang diberkan berupa material (uang dan barang) dan nonmaterial (medali-piagam) jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau kebanggaan rohani.
Jenis-jenis motivasi:
1. Motivasi positif (insentif positif) manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berpr estasi bail. Dengan positif ini semangat kerja bawahan akan meingkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan memerikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kerang bail (prestasinya rendah).
Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, kerena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh manajer suatu perusahaan. Penggunannya harus tepat dan seimbang, supaya meningkatkan semangat kerja karyawan. Yang menjadi masalah ialah kapan motivasi positif atau motivasi negatif itu efektif merangsang gairah kerja bawahan. Motivasi positif efektif untuk jangka waktu panjang, sedang motivasi negatif efektif untuk jangka waktu pendek saja.
Tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.
Metode-metode motivasi:
- metode langsung (direct motivation), adalah motivasi (material dan non material) yang diberikan secara kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
- motivasi tidak langsung ( indirect motivation), adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas yang mendukung serta yang menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
Model-model motivasi
1. Model tradisional, mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat dilakukan dengan sistem insentif yaitu memberikan insentif material kepada karyawan yang berprestsi baik. Semakin berprestasi maka semakin banyak balas jasa yang diterimanya. Jadi motivasi bawahan untuk mendapatkan insentif (uang-barang) saja.
2. Model hubungan manusia, mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairahnya kerjanya meningkat, dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna serta penting. Sebagai akibatnya karyawan mendapatkan beberapa kebebasan membuat keputusan dan kretivitias dalam melakukan pekerjaannya. Dengan memperhatikan kebutuhan material dan nonmaterial karyawan maka motivasi bekerja akan mengingkat pula. Jadi motivasi karyawan adalah untuk mendapatkan kebutuhan material dan nonmaterial.
3. Model sumber daya manusia, mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang atau keinginan akan kepuasan saja, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini karyawan cenderung memperolah kepuasan dari prestasi kerjanya yang bail. Karyawan bukanlah berprestasi baik karena merasa puas, melainkan termotivasi oleh rasa tanggung jawab yang lebih luas untuk membuat keputusan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
2.4.2. Teori-Teori Motivasi
Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2006:223) teori motivasi dikelompokan atas :
1. Teori Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berprilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya. Hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan material maupun nonmaterial yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya.
Jika kebutuhan dan kepuasannya semakin terpenuhi maka semangat bekerjanya pun akan semakin baik pula.
Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan berindak (bersemangat bekerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (inner needs) dan kepuasannya. Semakin tinggi satandar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan maka semakin giat orang itu bekerja.
Tinggi atau rendahnya tingkat kebutuhan dan kepuasan yang ingin dicapai seseorang mencerminkan semangat bekerja orang tersebut. Salah satu teori kepuasan yaitu ”Maslow’s Need Hierarch Theory”.
Dasar Maslow’s Need Hierarch Theory :
a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan; ia selalu menginginkan lebih banyak; Keinginan ini ter us- menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskam tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya; hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi.
c. Kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat (hierarchy) sebagai berikut:
1) Physiological needs (kebutuhan fisik = biologis) Yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara perumahan dan lain-lain.
2) Safety and security needs (keamanan dan keselamatan) Adalah kebutuhan akan keamanan dari nacaman, yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan.
a) kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat pekerjaan pada saat mengerjakan diwaktu jam-jam kerja.
b) Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu jam-jam kerja, misalnya keamanan kendaraan.
3) Affiliation or acceptance needs (Belongingness)
Adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorang pun manusia yang ingin hidup menyendiri di tempat terpencil. Karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari empat kelompok, yaitu :
a. kebutuhan akan perasaaan diter ima oleh orang lain di lingkungan ia hidup dan bekerja (sense of belonging)
b. kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance)
c. kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement)
d. kebutuhan akan perasaan ikut serta ( sense of participation).
4) Esteem or status needs
Adalah kebutuhan akan penghar gaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.
5) Self actualization Adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi seorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda satu dengan lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan oleh para pimpinan perusahaan dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Kebutuhan aktulaisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu :
a. kebutuhan aktulaisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya hanya berdasarkan keinginan atau usaha individu itu sendiri.
b.Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan denagn meningkatkan jenjang karier seorang individu.
Maslow’s Need Hier arch Theo ry ini mempunyai kelemahan dan kebaikan sebagai kerikut:
Kebaikannya:
1) teori ini memberi informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
2) Manajer mengetahui bahwa seseorang berpr ilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang akan memberikan kepuasan kepadanya.
3) Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya.
4) Manajer akan lebih mudah memeberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
Kelemahannya:
1) menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarkis, tetapi kenyataannya manusia menginginkannya tercapai sekaligus, sepeti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi-dan seterusnya.
2) Walaupun teori ini sangat popular, tetapi belum pernah di coba kebenar annya karena Maslow mengembangkannya hanya atas dasar pengamatannya saja.
2.5 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance ( prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya dicapai oleh seseorang).
Defenisi kinerja karyawan yang dikemukakan Bambang Kusriayanto (1991:3) dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2009:9) adalah: ”Perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya perjam)”
Pengertian kinerja menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:67) adalah sebagai berikut :
”Pengertian kinerja (pr estasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Pengertian prestasi kerjas Menurut Malayu Hasibuan (2005:87) adalah:
”prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.”
Menurut Veithzal Rivai (2009:549) mengemukakan bahwa ”Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan”.
Penilaian prestasi pegawai dikenal dengan istilah ”Performance rating, perfor mance apprisal, performance assessment, epmloyment evaluation, merit rating, effeciency rating, service rating.”
Pengertian penilaian prestasi karyawan menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:69) dari berbagai pendapat adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan keduanya. Pemimpin perusahaan yang menilai prestasi kerja pegawai, yaitu atasan, pegawai langsung, dan atasan tak langsung. Disamping itu pula, kepala personalia ber hak pula memberikan penilaian prestasi terhadap semua pegawainya sesuai data yang ada di bagian personalia.
2.5.1. Aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja
Dari hasil studi Lazer dan Wikstrom (1997) yang dikutip dalam buku Veithzal Rivai (2008:324) bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja dapat dikelompokkan menjadi :
1. kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnnya.
2. kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing kedalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
3. kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi dan lain-lain.
Sedangkan menurut hasibuan (2005:95) unsur-unsur yang dinilai didalam prestasi kerja adalah:
1. kesetiaan
penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.
2. prestasi kerja
penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya
3. kejujuran
penilai menilai kejujuran dalam melaksanakn tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada bawahannya.
4. kedisiplinan
penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.
5. kreativitas
penilai menilia kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna,
6. kerja sama
penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan berkerja sama dengan karyawan lainnya secara vertical atau horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik
7. kepemimpinan
penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara
efektif.
8. kepribadian
penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
9. prakarsa
penilai menilai kemampuan berpikir orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.
10. kecakapan
penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat didalam penyusunan kebijaksanaandan didalam situasi manajemen.
11. tanggung jawab
penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. Unsur pr estasi karyawan yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yan dinilai itu mencakup seperti hal-hal di atas.
2.5.2. Tujuan Dan Kegunaan Penilaian Kinerja
Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan pokok yaitu:
1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang.
2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karir dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan karyawan.
Selain itu penilaian kinerja dapat digunakan untuk:
1. mengetahui perkembangan, yang meliputi;
a. identifikasi kebutuhan pelatihan
b. umpan balik kinerja
c. menentukan transfer dan penugasan
d. identifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan
2. pengambilan keputusan administrative, yang meliputi;
a. keputusan untuk menetukan gaji, pr omosi, mempertahankan dan memberhentikan karyawan
b. pengakuan kinerja karyawan
c. pemutusan hubungan kerja
d. mengidentifikasi yang buruk
3. keperluan perusahaan, yang meliputi;
a. perncanaan SDM, menentukan kebuuhan pelatihan
b. evaluasi terhadap sistem SDM
c. penguatan terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan
4. dokumentasi, yang meliputi;
a. kriteria untuk validasi penelitian
b. dokumentasi keputusan-keputusan tentang SDM
c. membantu untuk memenuhi persyaratan hukum
Kegunaan penilaian kinerja ditinjau dari berbagai perspektif pengembangan perusahaan, hususnya manajemen SDM, yaitu:
1. Posisi tawar. Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan rasional dengan serikat buruh atau langsung dengan karyawan.
2. Perbaikan kinerja. Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan unutk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan
3. Penyesuaian kompensasi. Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan dalam penyesuaian ganti-rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikan upah, bonus atau kompensasi lainnya.
4. Keputusan penempatan. Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan dan penurunan pangkat.
5. Pelatihan dan pengembangan, kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan.
6. Perencanaan dan pengembangan karir. Umpan balik penilaian kinerja dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan dan pengembangan karir karyawan.
7. Evaluasi proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur Staffing departemen SDM.
8. Defesiensi proses penempatan karyawan. Kinerja yang baik atau buruk mencer minkan kekuatan atau kelemahan dalam prosedur penempatan karyawan di departemen SDM.
9. Ketidak akuratan informasi. Kinerja lemah menandakan adanya kesalahan didalam sistem informasi manajemen SDM.
10. Kesalahan dalam merancang pekerjaan. Kinerja yang lemah mungkin merupakan suatu gejaladari rancangan pekerjaan yang kurang tepat.
11. Kesempatan kerja yang adil. Penilaian kinerja yang akurat terkait dengan pekerjaan dapat memastikan bahwa keputusanpenempatan internal tidak bersifat diskriminatif.
12. Mengatasi tantangan eksternal. Kadang kinerja diperanguhi oleh faktor diluar lingkungan pekerjaan, seperti keluarga,keuangan, kesehatan atau hal lain seperti ahl pribadi.
13. Elemen-elemen pokok sistem penilaian kinerja. Departemen SDM biasanya mengembangkan penilaian kinerja bagi karyawan di semua departemen.
14. Umpan balik ke SDM. Kinerja baik atau jelek di selur uh perusahaan, mengindikasikan seberapa baik departemen SDM berfungsi.
2.5.3. Faktor-Faktor Penghambat Penilaian Kinerja Penyelia sering kali tidak berhasil untuk meredam emosi dalam menilai prestasi kinerja karyawan, hal ini menyebabkan penilaian menjadi bias. Bias adalah distorsi pengukuran yang tidak akurat. Bias ini mungkin terjadi sebagai akibat ukuran-ukuran yang digunakan bersifat subjektif. Berbagai bentuk bias yang umum terjadi:
1. Kendala hukum/legal
Penilaian kinerja har us bebas dari diskriminasi tidak sah atau tidak legal.
2. Bias oleh penilai (penyelia)
Bentuk-bentuk bias yang biasanya terjadi adalah:
a. Hallo effect. Terjadi ketika pendapat pribadi penilai mempengaruhi pengukuran kinerja baikdalam artim positif maupun negatif.
b. Kesalahan kecenderungan terpusat. Beberapa penilai tidak suka menempatkan karyawan keposisi ekstrim.
c. Bias karena terlalu lunak dan ter lalu keras. Bias ini terjadi ketika penilai cenderung begitu mudah atau terlalu ketat dalam mengevaluasi kinrja karyawan.
d. Bias karena penyimpangan lintas budaya. Setiap penilai mempunyai harapan tentang tingkah laku manusia yang didasarkan pada kulturnya.
e. Prasangka pribadi. Siakp tidak suka seorang penilai terhadap sekelompok orang tertentu dapat mengaburkan hasil penilaian seorang karyawan.
f. Pengaruh kesan terakhir. Kiner ja karyawan dinilai berdasarkan penampilan kar yawan saat sekarang yang masih diingat oleh penilai.
3. Mengurangi bias penilaian Pelatihan untuk penilai perlu melibatkan tiga hal berikut:
a. Penyimpangan dan penyebab mereka harus diterangkan;
b. Peran penilai kinerja dalam pengambilan keputusan terhadap karyawan harus diterangkan untuk menjaga kenetralan dan objektivitas;
c. Dengan bantuan departemen SDM menemukan dan menggunakan teknik penilaian yang dipandang paling tepat, baik yang berorientasi pada prestasi kerja di masa lalu maupun yang ditujukan kepada kepentingan perusahaan dimasa depan.
Selain faktor-faktor diatas yang menyebabkan terjadinya dalam penilaian kinerja, dalam praktiknya pendekatan penilaian harus dapat mengidentifikasi standar kinerja, mengukur criteria, dan kemudian memberi umpan balik kepada karyawan dan departemen SDM.
2.5.4. M etode-M etode Penilaian Kinerja
Metode atau teknik penilaian kinerja karyawan dapat digunakan dengan pendekatan yang berorientasi masa lalu dan masa depan.
1. Metode penilain berorientasi masa lalu
Ada beberapa metode untuk penilaian prestasi kinerja diwaktu yang lalu, dan hampir semua teknik tersebut mer upakan suatu upaya untuk meminimumkan berbagai masalah tertentu yang dijumpai dalam pendekatan ini.Teknik penilaian ini meliputi:
a. skala peringkat (rating scale)
b. daftar pertanyaan (checklist)
c. metode dengan pilihan terarah ( forced choice methode)
d. metode peristiwa kritis (critical incident methode)
e. metode catatan prestasi
f. skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku (behaviorally anchored rating scale=BARS)
g. methode peninjauan lapangan (fiel review methode)
h. tes dan observasi pr estasi kerja (performance test and observation)
i. pendekatan evaluasi komaratif (comparative evaluation approach)
2. Metode penilaian berorientasi masa depan Metode penilaian berorientasi masa depan menggunakan asumsi bahwa karyawan tidak lagi sebagai objek penilaian yang tunduk dan tergantung pada penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses penilaian. Inilah yang membedakan perusahaan moder n dengan yang lainnya dalam memandang karyawan (SDM).
a. penilaian diri sendiri (self appraisal)
b. manajemen berdasarkan sasaran (management by objectice)
c. penilian secara psikologis
d. pusat penilaian (assessment center)uation approach)
2. Metode penilaian berorientasi masa depan Metode penilaian berorientasi masa depan menggunakan asumsi bahwa karyawan tidak lagi sebagai objek penilaian yang tunduk dan tergantung pada penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses penilaian. Inilah yang membedakan perusahaan moder n dengan yang lainnya dalam memandang karyawan (SDM).
a. penilaian diri sendiri (self appraisal)
b. manajemen berdasarkan sasaran (management by objectice)
c. penilian secara psikologis
d. pusat penilaian (assessment center)
Gallery Skripsi Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Pengaruh Motivasi Dan Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di
Pengaruh Motivasi Dan Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap
Proposal Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Pt Mas
Pengaruh Motivasi Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja
Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Di Pt Pln
Pdf Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor
Endah Noerhayati Pengaruh Motivasi Dan Komitmen Organisasi
Pengaruh Motivasi Dan Pelatihan Kerja Terhadap
Power Point Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Kinerja
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja
Pengaruh Motivasi Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Pt
Pengaruhnya Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Ppt Download
Pengaruh Motivasi Kerja Kepuasan Kerja Budaya Organisasi
Pengaruh Motivasi Dan Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja
Pengaruh Motivasi Kerja Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja
Pengaruh Komunikasi Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Analisis Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt
Pengaruh Motivasi Kompetensi Dan Kompensasi Terhadap
Pengaruh Kompensasi Finansial Kompensasi Non Finansial Dan
0 Response to "Skripsi Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan"
Post a Comment