Kode Diagnosa Post Sc
Icd 10 Cm 2019 The Complete Official Codebook
asuhan keperawatan maternitas SC ( sectio caesarea )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalamkeadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data di Indonesia dengan pengawasan antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Rustam mochtar, 1992).
Menurut data dari rumah sakit putri hijau dalam satu tahun terakhir dari 200 ibu hamil hampir 70% melahirkan melalui pembedahan atau section caesarea dengan indikasi masalah dalam persalinan mulai dari masalah ibu seperti panggul sempit sampai masalah pada bayi seperti letak lintang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkangambaran umum tentang “ asuhan keperawatan pada klien dengan post sectio caesarea“ di RUMKIT PUTRI HIJAU TK II
2. Tujuan Khusus
a Mampu mengidentifikasi pasien post sactio caesarea
b Mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan post sactio caesarea,kemudian dianalisa dan ditentukan masalah keperawatan
c Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
d Mampu menerapakan rencana keperawatan yang nyata
e Mampu menilai dan mengevaluasi dari hasil keperawatan yang telah dilakukan pada pasien post sectio caesarea.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar medik
1. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
2. Etiologi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a Pada Ibu :
· disproporsi kepala panggul
· Disfungsi uterus
· Distosia jaringan lunak
· Plasenta previa
· His lemah / melemah
b Pada Anak :
· Janin besar
· Gawat janin
· Letak lintang
· Hydrocephalus
3. Jenis- jenis sectio caesarea
1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
− Mengeluarkan janin lebih cepat
− Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria
− Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.
Kekurangan :
− Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak ada retroperitonealisasi yang baik.
− Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.
b) Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen bawah rahim, kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
- Penutupan luka lebih mudah.
- Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
- Perdarahan kurang.
- Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil dari pada cara klasik.
Kekurangan:
- Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan arteri Uterina putus sehingga terjadi pendarahan hebat.
- Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.
c) Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdomen.
2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
− Sayatan memanjang ( longitudinal )
− Sayatan melintang ( transversal )
− Sayatan huruf T ( T incision )
4. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
− Fetal distress
− His lemah / melemah
− Janin dalam posisi sungsang atau melintang
− Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
− Plasenta previa
− Kalainan letak
− Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
− Rupture uteri mengancam
− Hydrocephalus
− Primi muda atau tua
− Partus dengan komplikasi
− Panggul sempit
5. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1.Infeksi puerperal ( Nifas )
-Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
-Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
-Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2.Perdarahan
-Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
-Perdarahan pada plasenta bed
3.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
6. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
- Pemantauan EKG
- Elektrolit
- Hemoglobin/Hematokrit
- Golongan darah
- Urinalisis
- Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
- Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
- Ultrasound sesuai pesanan
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian
a Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
b Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
c Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.
d Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e Keamanan
- Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.
- Adanya defisiensi imun
- Munculnya kanker/adanya terapi kanker
- Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi
- Riwayat penyakit hepatic
- Riwayat tranfusi darah
- Tanda munculnya proses infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul\
a) Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
b) Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
c) Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
d) Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
e) Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.
f) Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a) DX 1 : Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
Tujuan : diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan terpenuhi
Kriteria Hasil :
• Conjunctiva tidak anemis
• Acral hangat
• Hb normal
• Muka tidak pucat
• Tidak lemas
• TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
Intervensi :
1) Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
R/ Pasien paham tentang kondisi yang dialami
2) Monitor tanda-tanda vital
R/ Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi darah
3) Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
R/ Mengantisipasi terjadinya syok
4) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
R/ Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan.
5) Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
R/ Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.
b) DX 2 : Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
• Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
• Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi:
1) Kaji kondisi status hemodinamika.
R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah
2) Ukur pengeluaran harian
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R/Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
4) Evaluasi status hemodinamika
R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
5) Pantau intake dan output
R/ dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
c) DX 3 : Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Kriteria Hasil :
• Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
• Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
• Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
• Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
• TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring selama masa akut
R/ Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3) Ajarkan teknik distraksi
R/ Pengurangan persepsi nyeri
4) Kolaborasi pemberian analgetika
R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
5) Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
R/ Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat
d) DX 4 : Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien
R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R/ Menilai kondisi umum klien.
e) DX 5 : Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan
Kriteria Hasil :
• Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1) Berikan perhatian dan perawatan pada kulit
R/ Jaringan kulit yang mengalami kerusakan dapat mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
2) Lakukan latihan gerak secara pasif
R/ Meningkatkan mobilisasi
3) Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
R/ maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit
4) jaga kelembaban kulit
R/ untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab
f) DX 6 : Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi
Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\
Kriteria Hasil :
• Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.
R/Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.
R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4) Lakukan perawatan luka
R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. BIODATA
a. Identitas passion
Nama : Ny. T
Jenis kelaminn : perempuan
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMU
Nama suami : Tn. D
Umur : 28 tahun
Alamat : jln samanhudi komplek asim kodim no 22 binjai
Pekerjaan : TNI AD
Pendidikan : SMU
b. Keluhan utama
Nyeri pada luka SC
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Gravida : G 1 P 0 A 1
2. HPHT : 5-5-2012
3. TTP : 12-2-2013
4. Umur kehamilan : 32 mgg
5. Jenis persalinan : sectio caesaria
6. Plasenta lahir : lahir
7. Penolong : dokter
d. Riwayat menstruasi
Haid bulan sebelumnya bulan mei
Lamanya : 7 hari
Siklus : 30 hari
e. Riwayat kesehatan ibu
1. Riwayat masuk rumah sakit : Ny. T telah dilakukan operasi sectio caesaria sito pada hari jumat tanggal 8 januari 2013. Ny. T post operasi SC jam 13:00 WIB. Pasien terbaring, tiduran terus dan mengalami nyeri. Nyerinya dirasakan setelah 4 jam operasi dan hilang timbul. Ny.T merasakan nyeri pada saat bergerak dengan skala 6. Nyeri dirasakan ketika Ny.T bergerak, Nyerinya seperti ditusuk tusuk selama 10 menitan, nyeri berada di sekitar abdomen.
2. Riwayat kesehatan yang lalu: klien mengatakan belum pernah hamil dan ini pertama kali klien hamil dan melahirkan.
3. Riwayat kesehatan keluarga: Di keluarga Ny. T dan Tn. D tidak mempunyai penyakit menular, seperti TBC, penyakit menurun seperti DM dan hipertensi.
f. Riwayat kontrasepsi
Klien mengatakan belum ada rencana dalam penggunaan alat KB.
g. Data kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Sebelum masuk RS : pasien makan 3 kali sehari, dengan lauk pauk dan sayuran, minum 4-6 gelas/hari
Saat dikaji : pasien baru makan ½ porsi dan minum 2 gelas setelah operasi pada jam 13.00 WIB
2. Pola eliminasi
Sebelum masuk RS : pasien mengatakan BAB 1 x/hari dan BAK 4-6 x/hari
Saat dikaji : Ny. T BAK melalui selang kateter dan belum BAB
3. Pola aktivitas
Sebelum masuk RS : pasien mengatakan saat dirumah dia bisa mengerjakan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga tanpa bantuan
Saat dikaji : pasien dapat beraktivitas dengan bantuan keluarga terbaring di tempat tidur belum ada mobilisasi
4. Pola istirahat
Sebelum masuk RS : pasien biasanya tidur selama 7-8 jam/hari tanpa gangguan Saat dikaji : pasien mengalami gangguan karena nyeri pada luka operasi dan lingkungan yang ramai serta panas.
5. Pola seksual
Sebelum sakit : pasien mengatakan biasanya pola seksual 2 hari sekali
Saat dikaji : pasien mengalami gangguan seksual karena nyeri pada luka operasi.
h. Adaptasi psikologis masa nifas
1) Pola interaksi klien dengan orang (tenaga kesehatan) menggunakan teknik wawancara
2) Ibu merasa senang bayinya lahir dengan selamat
3) Suasana hati klien gelisah, klien mengatakan selalu memikirkan bayinya dan selalu bertanya tentang keadaan luka operasinya.
4) Klien berharap cepat sembuh dan ingin berkumpul kembali lagi dengan bayi dan keluarganya
i. Riwayat social budaya
Hubungan klien :
a. Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat baik.
b. Selama di RS, interaksi klien dengan petugas kesehatan baik.
c. Yang paling berarti adalah suami, anak, dan keluarga.
j. Data spiritual
Klien seorang muslim, taat menjalankan sholat 5 waktu
k. Pengetahuan ibu tentang masa nifas
1.perawatan masa nifas: memberikan penjelasan agar mengetahui perawatan pada saat masa nifas dengan melakukan personal hygiene.
2.perawatan payudara
Dilakukan sambil memperagakan/memberikan penjelasan agar perawatan buah dada dilakukan setiap hari dengan cara masase dan puting susu ditarik keluar dan berikan HE setiap mandi harus membersihkan mamae.
3. Perawatan perineum
Setiap kali BAB / BAk perineum ibu harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya infeksi, apabila pakaian dalam basah perlu diganti dengan pakaian dalam yang kering.
l. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 89 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 37,8 oC
4. Pemeriksaan fisik
5. Kepala : rambut lurus, hitam, panjang sebahu, tidak beruban, tidak ada luka
6. Muka : simetris, tampak menahan nyeri
7. Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada gangguan dan alat Penglihatan
8. Hidung : lubang simetris, tidak ada sekret
9. Mulut : gigi masih utuh, lidah masih bersih, nafas tidak bau, bibir tidak kering, mukosa lembab
10. Telinga : letak simetris, tidak ada serumen, masih berfungsi dengan baik, tidak ada gangguan pendengaran
11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjaran tyroid
12. Dada : bentuk simetris, tidak ada retraksi dada, payudara menonjol besar, terapa hangat dan kencang, aerola hitam, putting menonjol, ASI belum keluar
13. Abdomen : terdapat luka jahitan SC ± 12 cm secara horizontal, masih dibalut (hari pertama)
14. ektremitas : tidak ada edema, pada ektremitas atas terpasang IVFD RL 20 gtt/i, bentuk simetris, tidak ada luka
15. kulit : turgor elastic
16. genetalia : terpasang DC 18
m. pemeriksaan laboratorium
tanggal 07-01-2013
No | Hasil | Nilai normal |
1 2 3 4 | HB =11,2 gr % HT = 34,0% Leukosit = 20.800/mm3 Trombosit= 321.000 | Pria 14-15. Wanita 12-16 gr% 40-50% 4000-10800/mm3 150000-450000/ microliter darah |
n. therapy
No | Nama obat | Dosis |
1 2 3 4 5 6 7 | IVFD RL Inj ketorolac Inj gentamycin Inj ceftriaxone Inj vit c Inj transamin Inj alinamin | 20 gtt/I 1 amp/ 12 jam 1 amp/12 jam 1 amp/12 jam 1 amp/12 jam 1 amp/12 jam 1 amp/12 jam |
DATA FOKUS
- Pasien mengatakan nyeri pada luka SC
- Skala nyeri 4-5 nyeri sedang,
- ekspresi wajah meringis
- Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm
- KU lemah
- Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawahnya
- Klien mengatakan panas pada luka post SC
- pada luka post SC tampak merah, bengkak
-T: 37,8ºC RR: 24x/I TD: 120/80 mmHg HR: 89 x/i
-HB =11,2 gr %
-HT = 34,0%
-Leukosit = 20.800/mm3
- Trombosit= 321.000
- kekuatan otot +3 dapat melawan gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan
ANALISA DATA
NO | DATA | ETIOLOGI | MASALAH | ||||||
1 | DS: Pasien mengatakan nyeri pada luka SC DO: - Skala nyeri 4-5 nyeri sedang, - Post op hari ke-1 - ekspresi wajah meringis - Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen - KU lemah | SC Insisi pada bagian depan dinding perut Terputuenya kontuinitas jaringan Nyeri | Nyeri | ||||||
2 | DS : Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawahnya DO : - Post op hari ke-1 - KU lemah - Nampak luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm. -kekuatan otot +3 dapat melawan gravitasi tetapi lemah | SC Insisi pada bagian depan perut Luka post operasi SC Kelemahan penurunan sirkulasi Gangguan mobilitas fisik | Gangguan mobilitas fisik | ||||||
3 | DS : Klien mengatakan panas pada luka post SC DO : - Ku lemah - Terdapat luka insisi pada daerah abdomen 12 cm - pada luka post SC tampak merah, bengkak T: 37,8ºC RR: 24x/I TD: 120/80 mmHg HR: 89 x/i HB =11,2 gr % HT = 34,0% Leukosit = 20.800/mm3 Trombosit= 321.000 | SC Pembedahan pada bagian depan perut Luka post operasi SC Resiko infeksi | Resiko infeksi |
o. diagnosa keperawatan
1. nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka SC, Skala nyeri 4-5 nyeri sedang, Post op hari ke-1, ekspresi wajah meringis, Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen, KU lemah.
2. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi SC ditandai dengan Klien mengatakan panas pada luka post SC, Ku lemah, Terdapat luka insisi pada daerah abdomen 12 cm, pada luka post SC tampak merah dan bengkak, T : 37,8ºC RR: 24x/I TD : 120/80 mmHg HR: 89 x/I, HB =11,2 gr % HT = 34,0%, Leukosit = 20.800/mm3, Trombosit= 321.000
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawah, Post op hari ke-1, KU lemah, Nampak luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm. kekuatan otot +3.
p. Intervensi keperawatan
No | diagnosa | Tujuan / kriteria | Intervensi | Rasionalisasi |
1 | Dx 1 | Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami Kriteria Hasil : -Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang -Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri -Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan -TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit | - Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri - Pertahankan tirah baring selama masa akut. -Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. -Ajarkan teknik distraksi -Kolaborasi pemberian analgetika | -Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat -Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi -Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri - Pengurangan persepsi nyeri - Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik |
2 | Dx 2 | Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\ Kriteria Hasil : • Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa | -Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. -Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. -Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. -Lakukan perawatan luka . -Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksiobat -kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy | -Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi. -Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka. -Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart. -Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi. -Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi. -mengurangi resiko infeksi pada klien |
3 | DX3 | Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri | ) - Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas 2) - Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum 3) - Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.. 4) - Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien 5) - Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas - - kolaborasidengan dokter dalam pemberian therapy obat | ) - Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk 2 Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi 3 - Mengistiratkan klilen secara optimal. 4) - Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan - Menilai kondisi umum klien. -membantu mempercepat mobilitas fisik klien |
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. T umur : 24 tahun
No RM : 29 24 34 diagnosa : post section caesaria
No | Tgl/hr/ dx | Implementasi | Evaluasi |
1 | Tgl 7 -2 2013 08:00 wib DX 1 | -mengkaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri - mempertahankan tirah baring selama masa akut. -menerangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. -mengajarkan teknik distraksi -berkolaborasi pemberian therapy obat H: - Inj ketorolac 1 amp / 8 jam | S= klien mengatakan nyeri sudah tidak ada O= klien tampak tenang A= masalah nyeri teratasi P= intervensi dihentikan |
Tgl 7-2-2013 10:00 wib DX 2 | -mengkaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. H: warna luka masih merah , bengkak dan panas -menerangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. -melakukan pemeriksaan biakan pada dischart. -melakukan perawatan luka H: perawatan luka dengan mengganti perban -menerangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi obat H: klien mengerti tanda – tanda infeksi dengan obat seperti merah, bengkak, bintik-bintik merah -berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy H: - Inj gentamycin 1 amp/ 8jam - Inj ceftriaxone 1gr/12 jam | S= klien mengatakan masih panas pada luka post SC O=pada luka post SC masih tampak merah A=masalah resiko infeksi teratasi sebagian P= -Kaji pengeluaran pada luka -kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy obat I= -mengkaji pengeluaran pada luka -berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy obat E=masalah resiko infeksi teratasi sebagian R= kaji kembali luka post SC | |
Tgl 7-2-2013 12: 00 wib DX 3 | -mengkaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas H: klien dapat melawan garvitasi tetapi lemah . kekuatan otot ROM +4 -mengkaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum - membantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. -membantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien H: klien mampu melakukan aktivitas dengan bantuan -mengevaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas H: tingkat kekuatan otot klien dapat melawan gravitasi tetapi lemah -berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy obat H: - IVFD RL 20 gtt/i | S= klien mengatakan sudah bisa mengankat tungkai bawahnya O=klien tampak tenang, tingkat kekuatan otot ROM : +5 A=masalah gangguan mobilisasi fisik sudah teratasi P=intervensi dihentikan | |
Tgl 8 -2-2013 08:00 wib DX 2 | -mengkaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. H: warna luka post operasi SC tidak merah dan tidak bengkak panas -menerangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. H: klien mengikuti apa yang diterangkan perawat -melakukan pemeriksaan biakan pada dischart. H: hasil pemeriksaan biakan tidak terdapat tanda adanya infeksi -melakukan perawatan luka H: perawatan luka dengan mengganti perban -menerangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi obat H : klien mengerti tentang tanda infeksi obat seperti merah, panas, dah bintik-bintik merah -berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy H: - Inj gentamycin 1 amp/ 8jam - Inj ceftriaxone 1gr/12 jam | S= klien mengatakan tidak panas pada luka post SC O=pada luka post SC sudah tidak ada merah dan bengkak T : 36,8ºC TD ; 120/80 mmHg HR: 80 x/I RR: 20 x/i A=masalah resiko infeksi teratasi P= intervensi dihentikan |
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ). Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, His lemah / melemah dan pada anak seperti Janin besar. Gawat janin, Letak lintang dan Hydrocephalus.
Jenis- jenis sectio caesarea
1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a. Sectio Caesarea Transperitonealis
b. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
c. Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdomen.
2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
− Sayatan memanjang ( longitudinal )
− Sayatan melintang ( transversal )
− Sayatan huruf T ( T incision )
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
− Fetal distress
− His lemah / melemah
− Janin dalam posisi sungsang atau melintang
− Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
− Plasenta previa
− Kalainan letak
− Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
− Rupture uteri mengancam
− Hydrocephalus
− Primi muda atau tua
− Partus dengan komplikasi
− Panggul sempit
Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik, dan resiko infeksi.
Gallery Kode Diagnosa Post Sc
Full Text Positive Predictive Value Of Icd 10 Diagnosis
Icd 10 International Statistical Classification Of Diseases
Understanding The Icd 10 Code Structure
Pdf Coding Uti To Sepsis In Icd 9 Cm And Icd 10 Cm
Doc Kode Diagnosa Docx Adi Silali Academia Edu
Icd 10 International Statistical Classification Of Diseases
Ehr Rcm Enrollment Company Practice Management Software
The Transition To Icd 10 Are You Ready Mpr
Full Text Positive Predictive Value Of Icd 10 Diagnosis
Countdown To Icd 10 10 Facts About Icd 10
Icd 10 Codes Have You Made These Diagnoses Medical Bag
Hia Coding Tip Hypertensive Crisis Urgency And Emergency
Icf Implementation In Poland And Egypt
Icd 10 Codes For The Cataract Family American Academy Of
Koding Icd 10 Icd 9 Neww Autosaved Urinary Bladder
0 Response to "Kode Diagnosa Post Sc"
Post a Comment