Raja Pertama Kerajaan Kutai



Lokasi Dan Sumber Sejarah Kerajaan Kutai

Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap

Sejarah kerajaan kutai kartanegara tidak akan pernah lekang dimakan waktu, karena kerajaan ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh di Indonesia. Kerajaan kutai adalah kerajaan bercorak hindu yang merupakan kerajaan yang memiliki bukti sejarah tertua di Indonesia. Kerajaan kutai berlokasi di  Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di tepi sungai Mahakam. Kerajaan ini di ketahui keberadaannya atas di temukannya tujuh buah prastasi dengan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India. Ketujuh prastasi tersebut dikenal dengan nama prastasi Yupa.

Para Ahli sejarah memperkirakan umur prastasi itu dari perbandingan usia huruf yang sama dan telah ditemukan di India sekitar 400 Masehi. Selain itu nama Kutai mengambil dari nama tempat ditemukannya ketujuh prastasi tersebut.

Sumber Sejarah Pertama yaitu Prastasi Yupa

Yupa merupakan tiang batu sebagai peringatan yang dibuat oleh para Brahmana untuk mengikat korban hewan atau manusia yang akan dijadikan persembahan untuk dewa-dewa. Prasasti yupa merupakan sumber sejarah dari di dirikannya sebuah kerajaan di Kalimanta

Isi Prasasti Yupa:

Diketahui dari salah satu Yupa bahwa raja pertama di Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Salah satu Yupa yang lain juga menyebutkan tentang sejarah masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai.

Isi prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja Kudungga digantikan kekuasaannya dengan putranya yaitu Raja Aswawarman, kemudian digantikan lagi dengan cucunya yaitu Raja Mulawarman yang berhasil membawa Kutai ke puncak kejayaan.

Yupa menyebutkan   bahwa pada masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai pernah diadakan upacara Aswamedha, yaitu upacara yang dilakukan ketika sebuah kerajaan ingin memperluas wilayahnya dengan cara melakukan ritual melepas kuda untuk mengetahui batas wilayahnya.

Menurut isi prasasti Yupa selanjutnya, bahwa masyarakat Indonesia sudah banyak yang menerima pengaruh ajaran Hindu sejak 400 Masehi di kerajaan Kutai. Hal ini berdampak positif, jadi pada saat itu  kerajaan pun sudah mulai mendirikan bangunan yang terstruktur seperti  pemerintahan kerajaan-kerajaan di India. Karena kerajaan-kerajaan di India yang membawa ajaran Hindu ke Indonesia.

Mata pencarian yang utama di zaman kerajaan Kutai adalah beternak sapi, bercocok tanam dan berdagang. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai mahakan sangat subur untuk pertanian. Bahkan telah diperkirakan pernah terjadi hubungan dagang dari kerajaan Kutai ke beberapa wilayah yang ada di luar. Pada abad ke 4 M telah ada jalur perdagangan internasional dari India (melewati selat makassar), sampai terus ke Filiphina hingga Cina. Diduga dalam pelayaran tersebut para pedagang singgah di kerajaan Kutai untuk melakukan jual beli barang dagangan dengan sekaligus beristirahat untuk pelayaran selanjutnya. Hal seperti inilah yang menjadikan kerajaan Kutai ramai, dan rakyat hidupnya makmur.

Raja di Kerajaan Kutai

1. Maharaja Kudungga

Adalah raja pertama di Kerajaan Kutai. Kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku, dengan masuknya pengaruh Hindu maka ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan menjadikan dirinya sebagai raja, dan pergantian kekuasaan dengan keturuanan-keturunannya.

Raja Kudungga merupakan penduduk asli Indonesia yang belum terpengaruh dengan ajaran Hindu pada zamannya. Oleh karena itu, Raja Kudungga tidak dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan, melainkan anaknya yaitu Raja Aswawarman, karena pada masa pemerintahannya sudah masuk pengaruh agama Hindu dana Raja Aswawarman menjadi pemeluk Hindu hingga keturunan berikut-berikutnya.

2. Maharaja Aswawarman

Raja Aswawarman adalah putra Raja Kudungga. Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut kepercayaan Hindu. Sebelumnya pada masa pemerintahaan Raja Kudungga, kerajaan Kutai menganut kepercayaan animisme.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Aswawarman

  • Tersingkirnya kepercayaan animisme

Animisme berasal dari kata Anima yang latinnya berarti Roh. Kepercayaan ini mempercayai bahwa segala benda hidup ataupun benda mati mempunyai roh-roh yang wajib di hormati dan di puja. Seperti gunung, laut, pohon, danau, batu besar dan sebagainya. Benda-benda tersebut dipercaya dapat membantu kelangsungan hidup manusia.

Selain itu animisme juga mempercayai bahwa roh-roh orang yang telah meninggal, akan berpindah roh ke tubuh hewan yang masih hidup seperti babi, harimau dan hewan buas lainnya. Dipercaya bahwa roh orang yang telah meninggal itu akan membalas dendam kepada musuhnya ketika hidup melalui hewan itu. Sekilas kepercayaan ini hampir mirip dengan reinkarnasi, ajaran pada agama Hindu dan Buddha.

Namun ada perbedaan yang mendalam, reinkarnasi diartikan kelahiran baru. Jadi ajaran Hindu dan Buddha mempercayai bahwa orang yang telah meninggal akan lahir kembali ke raga yang baru, tidak ke tubuh hewan seperti pemeluk animisme.

Sejak Raja Aswawarman naik tahta, kepercayaan ini pelan-pelan tersingkir dan terganti dengan ajaran yang dibawa oleh para Brahmana yaitu agama Hindu.

Asal – usul masuknya agama Hindu ke Indonesia:

Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut agama Hindu. Pada saat itu di Kalimantan ada Brahmana yang ingin menyebarkan ajaran Hindu ke Indonesia, lalu Brahmana ini di angkat menjadi Parohita (penasihat Raja) sekaligus pemimpin upacara-upaca kerajaan oleh Raja Kudungga karena dipercaya mempunyai kesaktiaan.

Namun saat itu ajaran Hindu yang dibawa oleh Brahmana hanya dapat di pelajari dan di mengerti oleh golongan kerajaan dan golongan tertentu, karena ajaran yang dibawa para Brahmana sangat tinggi.

Sampai pada akhirnya ajaran Hindu sudah mempengaruhi kerajan Kutai pada masa pemerintahan Raja Aswawarman hingga terus di turunkan sampai ke putranya yaitu Raja Mulawarman yang dikenal sebagai penganut Hindu-Syiwa yang taat.

  • Mendapat gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman:

Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti Kerajaan Kutai, sehingga mendapat gelar Wangsakerta yang artinya sebagai pembentuk keluarga raja. Pemberiaan gelar ini juga disebutkan pada stupa, selain itu stupa itu juga menjelaskan bahwa Raja Aswawarman mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman (Dewa Matahari).

3. Maharaja Mulawarman

Raja Mulawarman merupakan Raja ketiga, setelah ayahnya di Kerajaan Kutai. Kerajaan kutai mencapai puncak kejayaannya sejak masa pemerintahan raja yang mempunyai nama lengkap Mulawarman Nala Dewa dan dikenal sebagai raja yang tersohor pada abad ke 4 Masehi.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Mulawarman :

  • Semakin luasnya wilayah kerajaan Kutai

Raja Mulawarman berhasil mencapai puncak kejayaan Kutai hingga terus menerus memperluas wilayahnya, hingga menguasai Kalimantan bagian Timur. Hampir semua daerah di Kalimantan berhasil pula di taklukan. Dengan semakin luasnya wilayah kerjaan Kutai, nama Raja Mulawarman semakin tersohor.

  • Kehidupan rakyat makmur dan tentram

Kehidupan rakyat pada masa pemerintahan Raja Mulawarman sangat makmur, tentram dan terjamin sehingga seluruh rakyat dapat melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik. Keamanan juga terjamin pada waktu itu, sehingga semua rakyat bangga dengan Raja Mulawarman.

  • Terkenal sebagai raja yang dermawan

Sejarah menyebutkan bahwa pada suatu hari Raja Mulawarman memberikan sekitar 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana di dalam tanah yang suci yang dikenal dengan nama Waprakeswara, sebagai bentuk terimakasih dan peringatan acara kurban. Raja Mulawarman terkenal sebagai raja besar yang mulia.

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman banyak di dirikan bangunan suci untuk ibadah, seperti bangunan suci untuk menyembah Dewa Trimurti. Trinurti adalah tiga bentuk kekuatan Brahman dalam menciptakan, memelihara dan meleburkan alam.

Dewa Trimurti adalah tiga dewa tertinggi di agama Hindu. Ketiga nama dewa tertinggi tersebut adalah:

  1. Dewa Brahma yang fungsinya sebagai Pencipta,
  2. Dewa Wisnu yang fungsinya sebagai Pemelihara
  3. Dewa Siwa yang fungsinya sebagai Pelebur

Selain ketiga dewa tertinggi, agama Hindu juga meyakini keberadaan dewa lainnya antara lain:  Dewa Chandra (Dewa Bulan), Dewa Ganesha (Dewa kebijaksanaan), Dewa Indra (Dewa hujan dan perang), Dewa Kuwera (Dewa kekayaan), Dewi Laksmi (Dewi kemakmuran dan kesuburan), Dewa Maruta (Dewa petir), Dewi Saraswati (Dewi pengetahuan), Dewi Sri (Dewi pangan), Dewa Surya (Dewa matahari), Dewa Waruna (Dewa air,laut,samudra), Dewa Bayu (Dewa angin), Dewa Yama (Dewa maut), Dewa akhirat(hakim yang mengadili roh) dan Dewa Kartikeya (Dewa pembunuh iblis) dan masih banyak dewa-dewa lainnya.

Nama-Nama Raja di Kerajaan Kutai

  • Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman
  • Maharaja Aswawarman, gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman
  • Maharaja Mulawarman
  • Maharaja Marawijaya Warman
  • Maharaja Gajayana Warman
  • Maharaja Tungga Warman
  • Maharaja Jayanaga Warman
  • Maharaja Nalasinga Warman
  • Maharaja  Nala Parana Tungga
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa
  • Maharaja Indra Warman Dewa
  • Maharaja Sangga Warman Dewa
  • Maharaja Candrawarman
  • Maharaja Sri Langka Dewa
  • Maharaja Guna Parana Dewa
  • Maharaja Wijaya Warman
  • Maharaja Sri Aji Dewa
  • Maharaja Mulia Putera
  • Maharaj Nala Pandita
  • Maharaja Indra Paruta Dewa
  • Maharaja Dharma Setia

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia (Raja ke-21) tewas di medan perang melawan Raja Kutai Kartanegara ke-13, yaitu Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerjaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara adalah dua kerajaan yang berbeda. Kutai Kartanegara mempunyai ibukota di Tanjung Kute, dan disebutkan juga ke dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara inipun selanjutnya menjadi kerajaan Islam yaitu, Kesultanan Kutai Kartanegara. Setelah menajadi kerajaan Islam, nama pemimpin yang semulanya Raja berubah menjadi Sultan.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Berikut ini beberapa peninggalan sejarah dari keajaan Kutai :

Prasasti Yupa

Prasasti yupa adalah peninggalan sejarah dari kerajaan Kutai yang tertua. Dari prastasi inilah terdapat sumber sejarah tentang kerajaan Hindu yang terdapat di Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan.

Secara garis besar isi prastasi Yupa menceritakan tentang aspek kehidupan politik, sosial, budaya di kerajaan Kutai saat itu. Prastasti yupa diyakini menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India.

Ketopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang dipakai oleh Sultan di kerajaan Kutai yang terbuat dari emas dilengkap dengan hiasan batu-batu permata, motif bungan, kijang dan burung. Ketopong sultan ini memiliki berat emas sekitar 2kg.

Ketopong Sultan di temukan di Muara Kamai, Kutai Kartanegara pada tahun 1890.Kita dapat melihat replika atau tiruan dari ketopong sultan ini di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, masih diabadikan sampai saat ini sebagai sumber sejarah yang langka.

 Kalung Ciwa

Kalung ciwa merupakan benda sejarah yang ditemukan ketika masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ciwa dinilai unik dan sangat mahal, karena terbuat dari emas. Kalung ciwa pada awalnya ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890, lalu diserahkan kepada Sultan.

Sejak saat itu kalung ciwa digunakan sebagai perhiasan kerajaan Kutai dan juga digunakan setiap ada pesta penobatan sultan baru.

Kura-kura emas

Kura-kura emas yang berukuran sekepalan tangan ini ditemukan di Long Lalang, daerah yang berada di sekitar hulu Sungai Mahakam. Dari sumber sejarah diketahui informasi, bahwa kura-kura emas ini merupakan persembahan atau lamaran dari seorang pangeran di Cina untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih.

Benda bersejarah yang menjadi saksi awal pernikahan putri raja kutai ini masih tersimpan di Museum Mulawarman dalam bentuk replika atau tiruannya.

Pedang sultan kutai

Pedang ini mempunyai ukiran yang unik, terdapat gambar harimau di gagang pedang dan gambar buaya di ujung pedangnya. Seperti melambangkan, kegagahan dan keberanian sultan kutai. Pedang sultan kutai sering menemani sultan dalam perperangan dan juga merupakan pedang kesayangan sultan.

Sampai saat ini benda sejarahnya ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta dalam bentuk replika atau tiruannya yang masih diabadikan sebagai sumber sejarah.

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh istri raja yaitu Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri dari Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan sejarah, permaisuri ini merupakan bayi yang ditemukan dalam sebuah gong yang terhanyut di atas bambu.

Di dalam gong yang ditemukan tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering inilah diyakini oleh kebanyakan orang sebagai Keris Bukit Kang.

Singgasana Sultan

Singgasana Sultan merupakan benda sejarah yang masih terjaga sampai saat ini dan diletakkan di Museum Mulawarman. Singgasana yang dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja sebelumnya di kerajaan Kutai.

Di Museum Mulawarman, singgasana sultan ini dibentuk dan di modifikasi ulang dalam bentuk replika atau tiruan yang masih tetap di abadikan.

Kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia Lainnya

Berikut ini sejarah singkat tentang kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha lainnya:

[accordion] [toggle title=”Kerajaan Tarumanegara” state=”opened”]

Menurut sumber, kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu setelah kerajaan Kutai yang berdiri sekitar abad ke 5 Masehi hingga abad ke 7 Masehi. Kerajaan yang dulu membelang sungai citarum ini merupakan kerajaan yang berkuasa di Jawa Barat.

Puncak Kejayaan Tarumanegara

Mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Purnawarman (395-434M). Raja Purnawarman adalah Raja ketiga yang memerintah setelah Dharmayawarman (382-395 M). Pada masa Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mamu memperluas wilayahnya hingga menakhlukkan beberapa kerajaan disekitar Jawa Barat.

Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Runtuhnya kerajaan Tarumanegara disebabkan pengalihan kekuasaan, dari Raja ke- 12 Linggawarman kepada menantunya, Tarusbawa. Pada masa pemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanegara di pindahkan ke kerajannya sendiri, yaitu kerajaan Sunda. Yang pada akhirnya Kerajaan Tarumanegara diganti nama dengan kerajaan Sunda.

[/toggle] [toggle title=”Kerajaan Mataram Lama”]

Sumber sejarah mendapatkan informasi tentang keberadaan ini dari beberapa prasasti, antara lain prasasti canggal, prasasti belitung, prasasti kelurak, dan prasasti tengah. Pendiri kerajaan mataram adalah sanjaya, tertulis dalam prasasti canggal. Kerajaan Mataram Lama berlokasi di Jawa Tengah, beribukota Medang Kamulan.

Pada prastasi belitung disebutkan nama-nama raja mataran dari dinasti sanjaya. Setelah Raja Sanjaya wafat dan digantikan kekuasannya oleh anaknya yaitu Panangkaran. Di masa pemerintahan Raja Panangkaran, agama Budha mulai masuk ke Kerajaan Tarumanegara. Sehingga keturunan selanjutnya adalah keturunan syailendra yang beberapa mememluk agama Budha.

Kerajaan Mataram terpecah menjadi 2 dinasti, setelah meninggalnya Raja Panangkaran, yaitu:

  1. Dinasti sanjaya, beragama Hindu  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah bagian utara (peninggalan sejarahnya adalah candi – candi hindu, antara lain di kompleks candi dieng).
  2. Dinasti syeilendra, beragama Budha  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah  bagian selatan. (peninggalan sejarahnya adalah candi budha antara lain, candi pawon, mendut, kalasan, sari, borobudur).

Menurut sejarah, kerajaan Mataram yang terpecah ini menjadi bersatu melalui perkawinan antara dinasti sanjaya dan dinasti syeilendra. Yaitu perkawinan Rakaipikatan (Sanjaya) dan Pramudhawardani (Syeilendra).

[/toggle] [toggle title=”Kerajaan Sriwijaya “]

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Dibuktikan dengan adanya sumber sejarah berupa prasasti kedukan Bukit di Palembang pada tahun 682 Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera, sesuai dengan arti namanya dari bahasa Sansekerta “Sri” yaitu bercahaya, “Wijaya” yaitu kemenangan.

Kerajaan Sriwijaya mempunyai pusat kerajaan di kawasan Candi Muara Takut (Yang saat ini menjadi provinsi Riau), dan di pimpin oleh Dapunta Hyan Sri Jayanasa sebagai raja pertama saat ini.

Puncak Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berhasil meraih puncak kejayaan pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya pada saat itu sudah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Selain itu Kerajaan Sriwijaya juga menguasai Selat Sunda dan Malaka.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13, sejak penyerangan yang dilakukan oleh Raja Rajendra Chola, penguasa kerajaan Cholamandala berhasil meruntuhkan armada Sriwijaya sejak tahun 1007 Masehi. Sampai penyerangan kedua dilakukan kembali di tahun 1023 Masehi. Peperangan ini pun membuat ekonomi kerajaan Sriwijaya terus melemah dan pedagang yang berjualan pun terus menipis, di tambah pula dengan kekuatan militer yang semakin tidak bertahan hingga akhirnya runtuhlah kerajaan yang sudah berjaya hingga satu abad ini.

[/toggle] [toggle title=”Kerajaan Kediri”]

Kerajaan Kediri adalah kerajaan Hindu yang berlokasi di hulu Sungai Brantas, Jawa Timur sejak abad ke 12. Kerajaan Kediri termasuk bagian kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya adalah Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu.

Puncak Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri berhasil mencapi puncak kejayaannya ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Wilayah kekuasaan kerajaan Kediri saat itu meluas hingga hampir ke seluruh daerah di Pulau Jawa dan pengaruh kerajaan Kediri juga sampai ke Pulau Sumatera. Selain itu kerajaan Kediri mempunyai seni sastra yang menjadi pusat perhatian banyak orang.

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh sejak abad ke 12 Masehi pada masa pemerintahan Raja Kertajaya yang dikalahkan oleh Ken Arok. Pada saat itu banyak perdebatan antara raja dengan kaum Brahmana. kaum Brahmana menganggap bahwa Raja Kertajaya sudah melanggar agama, dengan memaksa rakyat untuk menyembanya sebagai Dewa. Akhirnya para Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan pemimpin daerah Tumapel. Ken Arok berhasil membunuh Raja Kertajaya dan mengambil alih kekuasaan kerajaan Kediri.

[/toggle] [toggle title=”Kerajaan Singasari”]

Kerajaan Singasari terletak di Kota Malang, Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok yang bercorak Hindu. Menurut prasasti Kudadu, nama resmi kerajaan Singasari yang sebenernya adalah kerajaan Tumapel, yang di dirikan pada abad ke 12 Masehi dengan ibu kota bernama Kutaraja. Raja Kertanegara mengganti nama Kutaraja menjadi Singasari, dan tersebebar luas dan lebih terkenal nama singasari sebagai ibukota daripada nama Tumapel. Akhirnya kerajaan Tumapel pun terkenal dengan nama kerajaan Singasari.

Puncak kejayaan Kerajaan Singasari

Puncak kejayaan kerajaan Singasari ketika masa pemerintahan Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara, atau biasa dengan nama Raja Kertanegara. Raja Kertanegara berhasil mengatur kembali struktur pejabat kerajaan sesuai dengan tugasnya, dan tidak segan mengganti pejabat yang tidak berkualitas. Ditambah lagi raja juga menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan besar hingga akhirnya kerajaan Singasari berkembang dan menjadi kerajaan terkuat di Nusantara.

Runtuhnya kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari mengalami masa keruntuhan disebabkan oleh dua sebab, yaitu mengalami tekanan dari luar dan dalam negeri. Dari luar negeri, kerajaan Singasari mendapat tekanan dari Kekaisaran Mongol yang menginginkan kerajaan Singasara di taklukan oleh Cina. Dari dalam negeri kerajaan Singasari juga mendapat pemberontakan dari penguasa daerah Kediri yaitu besannya sendiri, Raja Jayakatwang. Pada akhirnya di tahun 1292 Raja Jayakatwang berhasil membunuh Raja Kertanegara, dan runtuhlah kerajaan Singasari.

[/toggle] [/accordion]

Peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha

  1. Prasasti (Batu tertulis)
  2. Candi
  3. Patung (Arca)
  4. Seni Ukir
  5. Kesustraan
  6. Bahasa dan Tulisan

Ditemukannya bukti-bukti peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha, menjadi bukti bahwa agama Hindu Budha sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 4 Masehi yang pertama berdiri adalah Kerjaan Kutai.

[accordion] [toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle] [toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third] [one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle] [/accordion]

Gallery Raja Pertama Kerajaan Kutai

Sejarah Kerajaan Kutai Wattpad

Kerajaan Kutai Sejarah Raja Sistem Pemerintahan

Kerajaan Kutai Pengertian Sejarah Dan Raja Rajanya Itms

Kerajaan Kutai Presentasi

Raja Raja Kerajaan Kutai Office1 Co Id

Sejarah Kerajaan Hindu Budha Kerajaan Kerajaan Hindu Budha

Kerajaan Kerajaan Di Nusantara Dan Raja Rajanya 1

Kerajaan Kutai Sejarah Dan Budaya Nusantara

Kerajaan Kutai Sejarah Nama Nama Raja Masa Kejayaan

Sejarah Kerajaan Kutai

Tokoh Tokoh Sejarah Pada Masa Hindu Budha Dan Islam Di

Ketika Raja Mulawarman Memeluk Hindu Sejarah Besar Pun

Sejarah Kerajaan Kutai Kerajaan Hindu Tertua Dari Kalimantan

Sejarah Kerajaan Kutai Raja Prasasti Serta Peninggalan

Sejarah Dan Peninggalan Penting Kerajaan Kutai Seruni Id

Serba Serbi Kerajaan Kutai

Pdf Kegemilangan Kerajaan Kutai Pada Masa Pemerintahan Raja

Sejarah Lengkap Kerajaan Kutai Jenny Docx Sejarah Lengkap

Letak Kerajaan Kutai Ibukota Dan Peta Wilayah Kekuasaannya

Kerajaan Kutai Dan Tarumanegara

Sejarah Kerajaan Kutai Pendiri Peninggalan Beserta Gambarnya


0 Response to "Raja Pertama Kerajaan Kutai"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel