Amalan Di Bulan Rajab
Amalan Di Bulan Rajab Ukm Ldk Mpm Unhas
Amalan di Bulan Rajab

Segala puji bagi Allah Rabb Semesta Alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah Taâala karena pada saat ini kita telah memasuki salah satu bulan haram yaitu bulan Rajab. Apa saja yang ada di balik bulan Rajab dan apa saja amalan di dalamnya? Insya Allah dalam artikel yang singkat ini, kita akan membahasnya. Semoga Allah memberi taufik dan kemudahan untuk menyajikan pembahasan ini di tengah-tengah pembaca sekalian.
Rajab di Antara Bulan Haram
Bulan Rajab terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Syaâban. Bulan Rajab sebagaimana bulan Muharram termasuk bulan haram. Allah Taâala berfirman,
Ű„ÙÙÙÙ ŰčÙŰŻÙÙŰ©Ù Ű§ÙŰŽÙÙÙÙÙŰ±Ù ŰčÙÙÙŰŻÙ Ű§ÙÙÙÙÙÙ Ű§Ű«ÙÙÙۧ ŰčÙŰŽÙŰ±Ù ŰŽÙÙÙ۱Ùۧ ÙÙÙ ÙÙŰȘÙŰ§ŰšÙ Ű§ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù ŰźÙÙÙÙÙ Ű§ÙŰłÙÙÙ ÙۧÙÙۧŰȘÙ ÙÙۧÙÙŰŁÙ۱ÙŰ¶Ù Ù ÙÙÙÙÙۧ ŰŁÙ۱ÙŰšÙŰčÙŰ©Ù ŰÙ۱ÙÙ Ù Ű°ÙÙÙÙÙ Ű§ÙŰŻÙÙÙÙÙ Ű§ÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙۧ ŰȘÙŰžÙÙÙÙ ÙÙۧ ÙÙÙÙÙÙÙÙ ŰŁÙÙÙÙÙŰłÙÙÙÙ Ù
âSesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.â (Qs. At Taubah: 36)
Ibnu Rajab mengatakan, âAllah Taâala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal.
Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perpuataran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.â (Latho-if Al Maâarif, 202)
Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu âalaihi wa sallam bersabda,
ۧÙŰČÙÙÙ ÙۧÙÙ ÙÙŰŻÙ Ű§ŰłÙŰȘÙŰŻÙŰ§Ű±Ù ÙÙÙÙÙÙŰŠÙŰȘÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù ŰźÙÙÙÙÙ Ű§ÙŰłÙÙÙ ÙÙÙۧŰȘÙ ÙÙۧÙŰŁÙ۱ÙŰ¶Ù Ű Ű§ÙŰłÙÙÙÙŰ©Ù Ű§Ű«ÙÙÙۧ ŰčÙŰŽÙŰ±Ù ŰŽÙÙÙ۱Ùۧ Ű Ù ÙÙÙÙÙۧ ŰŁÙ۱ÙŰšÙŰčÙŰ©Ù ŰÙ۱ÙÙ Ù Ű Ű«ÙÙۧÙŰ«ÙŰ©Ù Ù ÙŰȘÙÙÙۧÙÙÙÙۧŰȘÙ Ű°ÙÙ Ű§ÙÙÙÙŰčÙŰŻÙŰ©Ù ÙÙŰ°ÙÙ Ű§ÙÙŰÙŰŹÙÙŰ©Ù ÙÙۧÙÙÙ ÙŰÙ۱ÙÙÙ Ù Ű ÙÙ۱ÙŰŹÙŰšÙ Ù Ù۶ÙŰ±Ù Ű§ÙÙÙŰ°ÙÙ ŰšÙÙÙÙÙ ŰŹÙÙ ÙۧۯÙÙ ÙÙŰŽÙŰčÙŰšÙۧÙÙ
âSetahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqoâdah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Syaâban.â (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)
Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqoâdah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab.
Di Balik Bulan Haram
Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Yaâla rahimahullah mengatakan, âDinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.â (Lihat Zaadul Maysir, tafsir surat At Taubah ayat 36)
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, âPada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.â (Latho-if Al Maâarif, 214)
Ibnu âAbbas mengatakan, âAllah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.â (Latho-if Al Maâarif, 207)
Bulan Haram Mana yang Lebih Utama?
Para ulama berselisih pendapat tentang manakah di antara bulan-bulan haram tersebut yang lebih utama. Ada ulama yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah bulan Rajab, sebagaimana hal ini dikatakan oleh sebagian ulama Syafiâiyah. Namun An Nawawi (salah satu ulama besar Syafiâiyah) dan ulama Syafiâiyah lainnya melemahkan pendapat ini. Ada yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah bulan Muharram, sebagaimana hal ini dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri dan pendapat ini dikuatkan oleh An Nawawi. Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa yang lebih utama adalah bulan Dzulhijjah. Ini adalah pendapat Saâid bin Jubair dan lainnya, juga dinilai kuat oleh Ibnu Rajab dalam Latho-if Al Maâarif (hal. 203).
Hukum yang Berkaitan Dengan Bulan Rajab
Hukum yang berkaitan dengan bulan Rajab amatlah banyak, ada beberapa hukum yang sudah ada sejak masa Jahiliyah. Para ulama berselisih pendapat apakah hukum ini masih tetap berlaku ketika datang Islam ataukah tidak. Di antaranya adalah haramnya peperangan ketika bulan haram (termasuk bulan Rajab). Para ulama berselisih pendapat apakah hukum ini masih tetap diharamkan ataukah sudah dimansukh (dihapus hukumnya). Mayoritas ulama menganggap bahwa hukum tersebut sudah dihapus. Ibnu Rajab mengatakan, âTidak diketahui dari satu orang sahabat pun bahwa mereka berhenti berperang pada bulan-bulan haram, padahal ada faktor pendorong ketika itu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sepakat tentang dihapusnya hukum tersebut.â (Lathoif Al Maâarif, 210)
Begitu juga dengan menyembelih (berkurban). Di zaman Jahiliyah dahulu, orang-orang biasa melakukan penyembelihan kurban pada tanggal 10 Rajab, dan dinamakan âatiiroh atau Rojabiyyah (karena dilakukan pada bulan Rajab). Para ulama berselisih pendapat apakah hukum âatiiroh sudah dibatalkan oleh Islam ataukah tidak. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa âatiiroh sudah dibatalkan hukumnya dalam Islam. Hal ini berdasarkan hadits Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu âalaihi wa sallam bersabda,
ÙŰ§Ù ÙÙ۱ÙŰčÙ ÙÙÙŰ§Ù ŰčÙŰȘÙÙ۱ÙŰ©Ù
âTidak ada lagi faroâ dan âatiiroh.â (HR. Bukhari no. 5473 dan Muslim no. 1976). Faroâ adalah anak pertama dari unta atau kambing, lalu dipelihara dan nanti akan disembahkan untuk berhala-berhala mereka.
Al Hasan Al Bashri mengatakan, âTidak ada lagi âatiiroh dalam Islam. âAtiiroh hanya ada di zaman Jahiliyah. Orang-orang Jahiliyah biasanya berpuasa di bulan Rajab dan melakukan penyembelihan âatiiroh pada bulan tersebut. Mereka menjadikan penyembelihan pada bulan tersebut sebagai âied (hari besar yang akan kembali berulang) dan juga mereka senang untuk memakan yang manis-manis atau semacamnya ketika itu.â Ibnu âAbbas sendiri tidak senang menjadikan bulan Rajab sebagai âied.
âAtiiroh sering dilakukan berulang setiap tahunnya sehingga menjadi âied (sebagaimana Idul Fitri dan Idul Adha), padahal âied (perayaan) kaum muslimin hanyalah Idul Fithri, Idul Adha dan hari tasyriq. Dan kita dilarang membuat âied selain yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam. Ada sebuah riwayat,
ÙÙۧÙÙ Ű§ÙÙÙÙŰšÙÙÙÙ Ű”ÙÙÙÙÙ Ű§ÙÙÙÙ ŰčÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ ŰłÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙÙ ŰčÙÙ Ű”ÙÙÙŰ§Ù Ù Ű±ÙŰŹÙŰšÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ű ÙÙۧÙÙÙ ÙŰ§Ù ÙÙŰȘÙÙŰźÙŰ°Ù ŰčÙÙÙŰŻÙۧ.
âNabi shallallahu âalaihi wa sallam melarang berpuasa pada seluruh hari di bulan Rajab agar tidak dijadikan sebagai âied.â (HR. âAbdur Rozaq, hanya sampai pada Ibnu âAbbas (mauquf). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Majah dan Ath Thobroniy dari Ibnu âAbbas secara marfuâ, yaitu sampai pada Nabi shallallahu âalaihi wa sallam)
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, âIntinya, tidaklah dibolehkan bagi kaum muslimin untuk menjadikan suatu hari sebagai âied selain apa yang telah dikatakan oleh syariâat Islam sebagai âied yaitu Idul Fithri, Idul Adha dan hari tasyriq. Tiga hari ini adalah hari raya dalam setahun. Sedangkan âied setiap pekannya adalah pada hari Jumâat. Selain hari-hari tadi, jika dijadikan sebagai âied dan perayaan, maka itu berarti telah berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunannya dalam Islam (alias bidâah).â (Latho-if Al Maâarif, 213)
Hukum lain yang berkaitan dengan bulan Rajab adalah shalat dan puasa.
Mengkhususkan Shalat Tertentu dan Shalat Roghoib di bulan Rajab
Tidak ada satu shalat pun yang dikhususkan pada bulan Rajab, juga tidak ada anjuran untuk melaksanakan shalat Roghoib pada bulan tersebut.
Shalat Roghoib atau biasa juga disebut dengan shalat Rajab adalah shalat yang dilakukan di malam Jumâat pertama bulan Rajab antara shalat Maghrib dan Isya. Di siang harinya sebelum pelaksanaan shalat Roghoib (hari kamis pertama bulan Rajab) dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Jumlah rakaâat shalat Roghoib adalah 12 rakaâat. Di setiap rakaâat dianjurkan membaca Al Fatihah sekali, surat Al Qadr 3 kali, surat Al Ikhlash 12 kali. Kemudian setelah pelaksanaan shalat tersebut dianjurkan untuk membaca shalawat kepada Nabi shallallahu âalaihi wa sallam sebanyak 70 kali.
Di antara keutamaan yang disebutkan pada hadits yang menjelaskan tata cara shalat Raghaib adalah dosanya walaupun sebanyak buih di lautan akan diampuni dan bisa memberi syafaâat untuk 700 kerabatnya. Namun hadits yang menerangkan tata cara shalat Roghoib dan keutamaannya adalah hadits maudhuâ (palsu). Ibnul Jauzi meriwayatkan hadits ini dalam Al Mawdhuâaat (kitab hadits-hadits palsu).
Ibnul Jauziy rahimahullah mengatakan, âSungguh, orang yang telah membuat bidâah dengan membawakan hadits palsu ini sehingga menjadi motivator bagi orang-orang untuk melakukan shalat Roghoib dengan sebelumnya melakukan puasa, padahal siang hari pasti terasa begitu panas. Namun ketika berbuka mereka tidak mampu untuk makan banyak. Setelah itu mereka harus melaksanakan shalat Maghrib lalu dilanjutkan dengan melaksanakan shalat Raghaib. Padahal dalam shalat Raghaib, bacaannya tasbih begitu lama, begitu pula dengan sujudnya. Sungguh orang-orang begitu susah ketika itu. Sesungguhnya aku melihat mereka di bulan Ramadhan dan tatkala mereka melaksanakan shalat tarawih, kok tidak bersemangat seperti melaksanakan shalat ini?! Namun shalat ini di kalangan awam begitu urgent. Sampai-sampai orang yang biasa tidak hadir shalat Jamaâah pun ikut melaksanakannya.â (Al Mawdhuâaat li Ibnil Jauziy, 2/125-126)
Shalat Roghoib ini pertama kali dilaksanakan di Baitul Maqdis, setelah 480 Hijriyah dan tidak ada seorang pun yang pernah melakukan shalat ini sebelumnya. (Al Bidaâ Al Hawliyah, 242)
Ath Thurthusi mengatakan, âTidak ada satu riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu âalaihi wa sallam melakukan shalat ini. Shalat ini juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu âanhum, para tabiâin, dan salafush sholeh âsemoga rahmat Allah pada mereka-.â (Al Hawadits wal Bidaâ, hal. 122. Dinukil dari Al Bidaâ Al Hawliyah, 242)
Mengkhususkan Berpuasa di Bulan Rajab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, âAdapun mengkhususkan bulan Rajab dan Syaâban untuk berpuasa pada seluruh harinya atau beriâtikaf pada waktu tersebut, maka tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu âalaihi wa sallam dan para sahabat mengenai hal ini. Juga hal ini tidaklah dianjurkan oleh para ulama kaum muslimin. Bahkan yang terdapat dalam hadits yang shahih (riwayat Bukhari dan Muslim) dijelaskan bahwa Nabi shallallahu âalaihi wa sallam biasa banyak berpuasa di bulan Syaâban. Dan beliau dalam setahun tidaklah pernah banyak berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari bulan Syaâban, jika hal ini dibandingkan dengan bulan Ramadhan.
Adapun melakukan puasa khusus di bulan Rajab, maka sebenarnya itu semua adalah berdasarkan hadits yang seluruhnya lemah (dhoâif) bahkan maudhuâ (palsu). Para ulama tidaklah pernah menjadikan hadits-hadits ini sebagai sandaran. Bahkan hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya adalah hadits yang maudhuâ (palsu) dan dusta.â(Majmuâ Al Fatawa, 25/290-291)
Bahkan telah dicontohkan oleh para sahabat bahwa mereka melarang berpuasa pada seluruh hari bulan Rajab karena ditakutkan akan sama dengan puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana hal ini pernah dicontohkan oleh âUmar bin Khottob. Ketika bulan Rajab, âUmar pernah memaksa seseorang untuk makan (tidak berpuasa), lalu beliau katakan,
ÙÙۧ ŰȘÙŰŽÙŰšÙÙÙÙÙÙÙ ŰšÙ۱ÙÙ Ù۶ÙۧÙÙ
âJanganlah engkau menyamakan puasa di bulan ini (bulan Rajab) dengan bulan Ramadhan.â (Riwayat ini dibawakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmuâ Al Fatawa, 25/290 dan beliau mengatakannya shahih. Begitu pula riwayat ini dikatakan bahwa sanadnya shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaâul Gholil)
Adapun perintah Nabi shallallahu âalaihi wa sallam untuk berpuasa di bulan-bulan haram yaitu bulan Rajab, Dzulqoâdah, Dzulhijjah, dan Muharram, maka ini adalah perintah untuk berpuasa pada empat bulan tersebut dan beliau tidak mengkhususkan untuk berpuasa pada bulan Rajab saja. (Lihat Majmuâ Al Fatawa, 25/291)
Imam Ahmad mengatakan, âSebaiknya seseorang tidak berpuasa (pada bulan Rajab) satu atau dua hari.â Imam Asy Syafiâi mengatakan, âAku tidak suka jika ada orang yang menjadikan menyempurnakan puasa satu bulan penuh sebagaimana puasa di bulan Ramadhan.â Beliau berdalil dengan hadits âAisyah yaitu âAisyah tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh pada bulan-bulan lainnya sebagaimana beliau menyempurnakan berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan. (Latho-if Maâarif, 215)
Ringkasnya, berpuasa penuh di bulan Rajab itu terlarang jika memenuhi tiga point berikut:
- Jika dikhususkan berpuasa penuh pada bulan tersebut, tidak seperti bulan lainnya sehingga orang-orang awam dapat menganggapnya sama seperti puasa Ramadhan.
- Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut adalah puasa yang dikhususkan oleh Nabi shallallahu âalaihi wa sallam sebagaimana sunnah rawatib (sunnah yang mengiringi amalan yang wajib).
- Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut memiliki keutamaan pahala yang lebih dari puasa di bulan-bulan lainnya. (Lihat Al Hawadits wal Bidaâ, hal. 130-131. Dinukil dari Al Bidaâ Al Hawliyah, 235-236)
Perayaan Isroâ Miâroj
Sebelum kita menilai apakah merayakan Isroâ Miâroj ada tuntunan dalam agama ini ataukah tidak, perlu kita tinjau terlebih dahulu, apakah Isroâ Miâroj betul terjadi pada bulan Rajab?
Perlu diketahui bahwa para ulama berselisih pendapat kapan terjadinya Isroâ Miâroj. Ada ulama yang mengatakan pada bulan Rajab. Ada pula yang mengatakan pada bulan Ramadhan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, âTidak ada dalil yang tegas yang menyatakan terjadinya Isroâ Miâroj pada bulan tertentu atau sepuluh hari tertentu atau ditegaskan pada tanggal tertentu. Bahkan sebenarnya para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini, tidak ada yang bisa menegaskan waktu pastinya.â (Zaadul Maâad, 1/54)
Ibnu Rajab mengatakan, âTelah diriwayatkan bahwa di bulan Rajab ada kejadian-kejadian yang luar biasa. Namun sebenarnya riwayat tentang hal tersebut tidak ada satu pun yang shahih. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau dilahirkan pada awal malam bulan tersebut. Ada pula yang menyatakan bahwa beliau diutus pada 27 Rajab. Ada pula yang mengatakan bahwa itu terjadi pada 25 Rajab. Namun itu semua tidaklah shahih.â
Abu Syamah mengatakan, âSebagian orang menceritakan bahwa Isroâ Miâroj terjadi di bulan Rajab. Namun para pakar Jarh wa Taâdil (pengkritik perowi hadits) menyatakan bahwa klaim tersebut adalah suatu kedustaan.â (Al Bidaâ Al Hawliyah, 274)
Setelah kita mengetahui bahwa penetapan Isroâ Miâroj sendiri masih diperselisihkan, lalu bagaimanakah hukum merayakannya?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, âTidak dikenal dari seorang dari ulama kaum muslimin yang menjadikan malam Isroâ memiliki keutamaan dari malam lainnya, lebih-lebih dari malam Lailatul Qadr. Begitu pula para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tidak pernah mengkhususkan malam Isroâ untuk perayaan-perayaan tertentu dan mereka pun tidak menyebutkannya. Oleh karena itu, tidak diketahui tanggal pasti dari malam Isroâ tersebut.â (Zaadul Maâad, 1/54)
Begitu pula Syaikhul Islam mengatakan, âAdapun melaksanakan perayaan tertentu selain dari hari raya yang disyariâatkan (yaitu idul fithri dan idul adha, pen) seperti perayaan pada sebagian malam dari bulan Rabiâul Awwal (yang disebut dengan malam Maulid Nabi), perayaan pada sebagian malam Rojab (perayaan Isroâ Miâroj), hari ke-8 Dzulhijjah, awal Jumâat dari bulan Rojab atau perayaan hari ke-8 Syawal -yang dinamakan orang yang tidak mengerti agama dengan Idul Abror (ketupat lebaran)-; ini semua adalah bidâah yang tidak dianjurkan oleh para salaf (sahabat yang merupakan generasi terbaik umat ini) dan mereka juga tidak pernah melaksanakannya.â (Majmuâ Fatawa, 25/298)
Ibnul Haaj mengatakan, âDi antara ajaran yang tidak ada tuntunan yang diada-adakan di bulan Rajab adalah perayaan malam Isroâ Miâroj pada tanggal 27 Rajab.â (Al Bidaâ Al Hawliyah, 275)
Catatan penting:
Banyak tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah riwayat dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan, âKetika tiba bulan Rajab, Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam biasa mengucapkan,
âAllahumma baarik lanaa fii Rojab wa Syaâban wa ballignaa Romadhon [Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaâban dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan]â.â
Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Suniy dalam âAmalul Yaum wal Lailah. Namun perlu diketahui bahwa hadits ini adalah hadits yang lemah (hadits dhoâif) karena di dalamnya ada perowi yang bernama Zaidah bin Abi Ar Ruqod. Zaidah adalah munkarul hadits (banyak keliru dalam meriwayatkan hadits) sehingga hadits ini termasuk hadits dhoâif. Hadits ini dikatakan dhoâif (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Maâarif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syuâaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Imam Ahmad.
Demikian pembahasan kami mengenai amalan-amalan di bulan Rajab dan beberapa amalan yang keliru yang dilakukan di bulan tersebut. Semoga Allah senantiasa memberi taufik dan hidayah kepada kaum muslimin. Semoga Allah menunjuki kita ke jalan kebenaran.
Alhamdulillahilladzi bi niâmatihi tatimmush sholihaat. Allahumma sholli âala Nabiyyina Muhammad wa âala alihi wa shohbihi wa sallim.
Selesai disusun di Wisma MTI, 5 Rajab 1430 H
*** Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
Gallery Amalan Di Bulan Rajab
Kumpulan Ilmu Dan Pengetahuan Penting Fadhilah Istighfar Rajab
Kajian Amalan Di Bulan Rajab 4 0 4 Apk Androidappsapk Co
Keutamaan Dan Amalan Amalan Di Bulan Rajab Pesankiai Com
Ini Amalan Bulan Rajab Yang Anda Butuhkan
Amalan Jumat Akhir Bulan Rajab Ahmad Rasulullah Muhammad
Amalan Jum At Akhir Pada Bulan Rajab Agar Mempunyai Bnyak
Keutamaan Puasa Rajab 1440 H Mulai Hari Ini Amalan
Doa Wirid Dan Amalan Bulan Rajab Untuk Mendapat Berkah Dan
Kajian Islam Amalan Di Bulan Rajab Bagian 03 Dari 06
Amalan Bulan Rajab Sya Ban By Imamstudio Books
Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab Guru Sekumpul Youtube
Doa Amalan Mustajab Bulan Rajab Sya Ban Ramadhan
Keistimewaan Amalan Di Bulan Rajab Keutamaan Menurut Islam
Amalan Hari Jum At Terakhir Di Bulan Koppontren Darul
Amalan Bulan Rajab Sya Ban By Imamstudio Books
Amalan Mudah Berpahala Surga Di Bulan Rajab Syaichona
Amalan Amalan Di Bulan Rajab Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
Amalan Bulan Rajab Perbanyak Istigfar Beepdo Com
Amalan Bulan Rajab Archives Radio Rodja 756 Am
Materi Tematik Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab
Buku Amalan Ampuh Bulan Rajab Syaban Dan Ramadhan Rz
5 Amalan Di Bulan Rajab Lengkap Dengan Fadhilah Dan Keutamaanya
Salah Satu Amalan Rasulullah Ketika Memasuki Bulan Rajab
Amalan Bulan Rajab Pondok Pesantren Al I Tishom Choblong
0 Response to "Amalan Di Bulan Rajab"
Post a Comment