Puisi Cinta Tanah Air



10 Puisi Cinta Tanah Air Indonesiaku Yang Menginspirasi Dan

Kumpulan Puisi Bertema Cinta Tanah Air terbaru

Berikut ini merupakan berbagai kumpulan puisi bertema cinta tanah air yang saya kumpulkan dari internet. Maaf ya, kalau berantakan karna gak sempet edit. :D hehe . Semoga bermanfaat . ^_^

Potret Negeri Aku berdiri menatap langit bangsaku…biru, abu-abu…lalu menghitam Lukisan indah alam negeri berubah menjadi pemandangan penuh haru Di setiap sudut bumi pertiwi menangis…sedu sedan.. Perut membuncit, raga hanya belulang yang sesaat lagi akan patah Ibu pertiwi…aku tak pernah lagi melihat senyummu

Tak jua kembali aku mendengar petuah-petuahmu

Yang ada kini kau membisu diantara keluh kesah anak negeri Semakin hari semakin membuatmu nelangsa Tanah airku tak lagi punya belantara, laut melepas, atau gunung menjulang Panas, datar, bah, api, kerontang, hitam mengabu, semuanya kini jadi warnamu Menangisku hampir membakar pelupuk mata…sendu…pilu… Sementara sanubariku terpekur, tak sanggup menatap dunia Ibu pertiwi tiba-tiba menamparku, berkali-kali, bertubi-tubi ! Sakit, perih, tapi aku merasakan kasih yang selama ini hilang ditelan kesombongan Mataku terbelalak saat hutanku terbakar, lautku tercemar, dan gunungku meletus Bah menelan tempat tinggal kami, asap membumbung menyesakkan dada Rasanya tak ada lagi waktu untukku terisak kembali Menatap negeri tercinta dalam lahat kehancuran Indonesia, aku tak ingin kehilangan tanah kelahiranku Tanah yang akan dan selamanya menjadi tumpah darahku

Kurajut asa lukisan negeri ini hanya sepintas lalu

Berlalu..berlalu..dan berganti potret abadi bersama Indonesia sejati Biarlah nanti lukisan pedih tanah air terbingkai dalam kenangan Karena cinta akan membawa kedamaian dan kebaikan Kapanpun…dimanapun…siapapun…dan selamanya…

judul puisi : * kami pewaris negeri ini *

kami disini… menatap langit membelah cakrawala tanah air kami tak apa, bersandal jepit kami bersekolah kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru melewati tanah basah kaki-kaki kami dimana tersiram hujan sawah padi menguning menelusuri ngarai sungai berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku sesekali menyeka peluh pada wajah peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri

karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami

tak gentar kami bila badai hujan menghadang dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia gunung krakatau menampakan kegagahanya karang dihantam deburan ombak mengila tetap kokoh ia berdiri jiwa semangat ditempa sang guru agar tak menjadi generasi cengeng lihat…! matahari mulai menampakan sinar cahayanya berlari kita bersama menuju indonesia bangkit karena kami pewaris negeri ini. sidoarjo april* 2008……… # By paundra NB : berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutan negeri kami ( maaf bukan hutanku..,terimaksih) # oleh: paundra

judul puisi : ” selamat berjuang anak-anak’ku

kamu tahu apa itu cinta kepada tanah air? pegang ini buku dan pena, kau gali ilmu dari jiwa-jiwa para guru-gurumu.agar kau menjadi generasi cerdas bangsa yang besar tak akan ada ! bila kau berdiam pada kebodohan dirimu cinta kepada tanah air,tak akan ada dalam jiwamu, bila kau tak menghargai para jasa pahlawan bangsamu sekarang sudah tiba waktunya kau tumpahkan semangat dalam jiwa dan ragamu.untuk membangun tanah airmu sana..! berangkatlah..! sinsingkan lengan bajumu, doaku ada dalam dirimu

” selamat berjuang anak-anak’ku…

sidoarjo april*2008…….. # By Wendie Razif Soetikno, S.Si., MDM

NEGERI YANG TERLUKA

Ibu pertiwi seperti buku yang tergeletak, lupa tak tersentuh, dan membiarkan anak negeri berlari dengan senja, setelah lelah menantang mentari pagi. Ibu pertiwi seperti Durga yang terbelalak, melihat tugu yang runtuh, dan membiaskan rona yang berbusur seroja, menuju ke pusara yang diguyur doa dan sesaji, Visit Indonesia, Enjoy Jakarta, Stay with us ….. But what for ??? # By Febry abrar

Satu Buat Ibu Pertiwi

Negri Langit Biru Dalam dongeng Ibuku… Tentang Tanah harum Di Ujung Pulau Yang Kehilangan Bapa Sunyinya nyanyian Anak-anak seribu pulau Rataplah…. Senyum-senyum awan Yang Hampir Pudar Bunga-bunga indah Yang Berguguran Hilangnya Buaian-buaian angin Yang Lembut Tentang benang-benang Yang kusut Kaca-kaca yang retak Dalam keluh kesahnya Dekaplah… Seribu pulau yang sedang piatu Taburkan Bunga-bunga Yang Kembali Mekar Rentangkan benang-benang yang kusut Satukan kaca-kaca yang retak Dalam Satu Ibu Agar Awan-awan Kembali Tersenyum Dalam persembahahan Nyanyian Anak-anak Seribu pulau Untuk Satu Ibu Pertiwi.

  Salam kemerdekaan INDONESIA, MERDEKA, ALLAHU AKBAR…! # By zie_noer surat untuk kawan seperjuangan ‘desaku yang kusinta’ ‘pujaan hatiku’ kawan,nyanyian itu masih kuingat betul beberapa generasi setelah kita sering menembangkannya nyanyian itu adalah ikrar cinta mereka pada ibu pertiwi sungguh sayang mengapa ikrar cinta yang sering mereka nyanyikan kini tak lagi terdengar apakah generasi setelahnya tak lagi mengenal kawan,mungkin aku salah mempermasalahkannya dunia ini telah berubah umat manusia sudah terlalu akrab dengan istilah globalisme tapi, apakah bangsa ini akan mampu hidup hanya dengan globalisme yang menurutku hanyalah istilah gombal belaka tidak kawan,globalisme tak akan mampu mencukupi kebutuhan bangsa ini bangsa ini butuh reinkarnasi bung karno dan bung hatta kita butuh proklamator handal bukan provokator yang sering kita saksikan dalam layar kaca kawan, hati ini sebenarnya menangis ketika menyaksikan pertikaian bangsa kita sekarang itukah penghargaan mereka terhadap jutaan kusuma bangsa yang berjuang angkat senjata kawanku,mungkin sudah bukan waktunya lagi kita mengurusi bangsa ini sudah banyak peluh mengucur demi sejengkal tanah air kita berbagai pangkat dan jabatan pernah kita duduki lebih baik kita duduk tentram bersama anak cucu kita menyaksikan kedurhakaan penghuni tanah ini kawanku,walaupun kita pernah berjuang untuk bangsa ini jangan sakit hati bila saat mati kita disebut pengkhianat ngayogyakarta hadiningrat

Bangun…!!!

Silam tangisku memecah sunyi bumi pertiwi Jadi hingar diantara bingar terdengar Seperti menjamu tamu anak negeri Dielu…dipuja…penuh selaksa harap Aku masih diam meski jiwa merayu Masih menggeleng tatkala kawan menyeru Turun ke jalan… Satu…dua sahabat masih setia padamu Yang lain sudah digerogoti kebebasan tak terbatas Lantang…tegap…katanya bela engkau Bakar mimpi-mimpi busuk yang terlanjur merasuk Rasanya tak usah tangisi langit negeri Tak perlu jua menantang mendung bergemuruh Karena sudah ada angin yang menghalau Pelangi terkembang memanjang, usai itu… Bangun saja dari tidur panjang dengan segepok pintalan mimpi Malu menelusup karena bangsa ini tak pernah terlelap Selalu terjaga untuk menjaga Menguntai bhineka menjadi satu asa Mematri cinta yang terlanjur dirasa Jauh dalam jiwa ragawi…tak terbalas…

   Indonesiaku………..

Kau Tak Lagi Harum Mewangi Hutan Mu Tak Lagi Perawan Sejati Karena Telah Di Jamah Di Kotori Dan Di Perkosa Oleh Tangan Manusia Yang Tak Bertanggung Jawab Mereka Tebangi, Mereka Bakar Dan Mereka Curi Tanahmu Telah Di Nodai Bumimu Yang Asri Kini Menangis Sedih Karena Mereka Sudah Di Cemari Lautmu Nan Indah telah Dikotori nanti kalau ada lagi bolehkan pak? #

By makaribi 

 SURAT BUAT GENERASI BERIKUTNYA. :Indonesia 11 April 2008 Dalam remang cahaya lampu, kutulis surat untukmu. Agar setiap kenangan terawetkan dalam tulisan. 1\ : Buat Anakku nanti jika kau telah mampu membaca tulisan ini mungkin saat itu kau mulai melawan hari Aku ingin ceritakan tentang hariku dan negeriku saat masih pagi dan langit biru sebiru hati ditengah udara kota bertuba Kupilih kupilah kenangan yang ada hingga kuingat saat tumbuh ditanah tercinta tanah yang hijau dengan langit seluas samuderanya. aku lahir disebuah pulau pulau terpadat dari puluhan ribu pulau tapi yang ingin kuceritakan bukan tentang keindahannya bukan tentang kekayaan alamnya, bukan pula tentang ramahtamah penduduknya, bukan pula tentang kesuburan dan kesejahteraannya cukuplah kiranya kaudapatkan cerita itu dari dongeng guru sejarahmu. 2\ : Janganjangan negeri kita telah digadaikan Hari ini utang kita menumpuk, sudah sangat menumpuk kuingin tahu darimu saat kau dewasa, utang itu berkurang atau bertambah berapa ? aku tak tahu bagaimana sebabnya negeri yang kaya kekayaan alamnya bisa miskin begini rupa seperti tikus mati dilumbung padi. tidak, aku tidak ingin ceritakan tentang rentenir yang sering datang kesini dan suka mencampuri urusan dalam negeri aku juga tak ingin ceritakan tentang tetangga kita diseberang samudera, yang menguras kekayaan alam kita dan hanya meninggalkan sampahnya dan suka pula mengintimidasi dengan senjata tidak, aku tidak ingin ceritakan itu semua aku juga tidak ingin menceritakan pejabat, pegawai atau temanteman yang suka korupsi dana APBD atau APBN, ditambah kolusi dan nepotisme disingkat KKN. aku tak ingin menceritakannya, karena bisabisa aku diseretnya juga aku ini bukan orang suci atau ulama jadi jangan paksa aku menghakiminya, tapi jangan cobacoba jadi koruptor jika tak ingin gelisah tidurmu, atau ketangkap dan tekor. tapi tenang jika kau dijebak atau menjebakkan diri dalam korupsi tidak akan kau dihukum mati, apalagi jika kau bisa negoisasi itu lebih bagus lagi, kau bisa dibebaskan atau setidaknya diringankan. ah sudahlah jangan diperpanjang. 3\ : hari ini kita makin susah aku hanya ingin ceritakan padamu kemarin ada ibuibu membunuh anakanaknya dan dirinya sendiri karena kabarnya sudah tak mampu lagi beli nasi. susah cari kerjaan maka banyak peminta dijalanjalan ingin kukasih setiap orang apa boleh buat, buat makan aja paspasan. ada juga kisah gadis diperkosa, banyak yang kira nafsu pemicunya tapi kukira juga karena nikah mahal biaya apalagi belum punya kerja ada lagi cerita, orangorang keluar negeri jadi tenaga kerja disana mereka disiksa, pulang hanya tinggal nama. yang paling mengerikan perampokan dengan pembunuhan tak bisa kubayangkan, dirimu hartaku satusatunya

dirampas dan diperbudak jaman.

warnanya biru langit luas dalam cengkraman awan gelap warnanya biru lautan dan ombak yang tak pernah mesra warnanya hitam tanah gersang dan batang pohon yang berderak rapuh warnanya hitam luapan lumpur rawa yang menghisap pepohonan negeri ini tak indah lagi tanah ini tak hangat lagi

jiwa

·

judul puisi : * kami pewaris negeri ini *

kami disini… menatap langit membelah cakrawala tanah air kami tak apa, bersandal jepit kami bersekolah kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru melewati tanah basah kaki-kaki kami dimana tersiram hujan sawah padi menguning menelusuri ngarai sungai berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku sesekali menyeka peluh pada wajah peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami tak gentar kami bila badai hujan menghadang dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu

karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia

gunung krakatau menampakan kegagahanya karang dihantam deburan ombak mengila tetap kokoh ia berdiri jiwa semangat ditempa sang guru

agar tak menjadi generasi cengeng

lihat…! matahari mulai menampakan sinar cahayanya berlari kita bersama menuju indonesia bangkit

karena kami pewaris negeri ini.

sidoarjo april* 2008………

NB : berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutan negeri kami ( maaf bukan hutanku..,terimaksih)

oleh: paundra

NEGERI YANG TERLUKA

Ibu pertiwi seperti buku yang tergeletak, lupa tak tersentuh, dan membiarkan anak negeri berlari dengan senja,

setelah lelah menantang mentari pagi.

Ibu pertiwi seperti Durga yang terbelalak, melihat tugu yang runtuh, dan membiaskan rona yang berbusur seroja, menuju ke pusara yang diguyur doa dan sesaji, Visit Indonesia, Enjoy Jakarta, Stay with us …..

But what for ???

Satu Buat Ibu Pertiwi

Negri Langit Biru Dalam dongeng Ibuku… Tentang Tanah harum Di Ujung Pulau Yang Kehilangan Bapa Sunyinya nyanyian

Anak-anak seribu pulau

Rataplah…. Senyum-senyum awan Yang Hampir Pudar Bunga-bunga indah Yang Berguguran Hilangnya Buaian-buaian angin Yang Lembut Tentang benang-benang Yang kusut Kaca-kaca yang retak

Dalam keluh kesahnya

Dekaplah… Seribu pulau yang sedang piatu Taburkan Bunga-bunga Yang Kembali Mekar Rentangkan benang-benang yang kusut Satukan kaca-kaca yang retak

Dalam Satu Ibu

Agar Awan-awan Kembali Tersenyum Dalam persembahahan Nyanyian Anak-anak Seribu pulau Untuk Satu

Ibu Pertiwi.

Febry abrar Banjarmasin 10 april 2008

antara aku,angin, dan bangsaku

kala itu aku tersindir oleh desir angin yang mengisyaratkan kegetiran kalau bukan karena firman tuhan aku tak akan sudi lagi menari di atas hamparan mega birumu tak sudi aku menyaksikan bangsamu

yang dipenuhi darah amarah

diamlah kau angin! jangan kau salahkan bangsaku kau hanya bisa mencibir menyebarkan kejelekan bangsaku kenegeri-negeri tetangga tidakkah kau ingat di negeri siapakah kau sedang menari negeriku negeri suci

bangsaku bangsa beradab!

kesucian negerimu hanyalah rekayasa belaka berapa juta galon darah tertumpahkan di negerimu atas nama kesucian menurut versi bangsamu kau kemanakan daftar orang-orang hilang yang sampai aku serenta ini tidak ada kabar yang jelas itupun atas nama keberadaban

menurut versi bangsamu

sindiran itu masih mengabut dalam kalbuku mengaburkan pandangan cintaku pada ibu pertiwi akankah kecintaanku pada negeri ini luntur

akankah kidung cinta yang senentiasa kudendangkan pada ibu pertiwi harus terhenti

tak mungkin aku memandang sebelah mata pada tanah airku yang kucinta wahai dunia tunggulah saatnya ketika bangsaku telah sembuh

mercusuar dunia akan berada dalam tangan kami!

sang angin tersenyum sinis dianggapnya aku bangsa bedebah yang membual ia berlalu sambil berkata

semoga tuhan memberimu keberuntungan

ngayogyakarta hadiningrat segaris dengan puncak merapi

Penyakit dan Bangkit

Badannya penuh borok mukanya penuh jerawat bernanah kulitnya ditumbuhi bisul beringas

semua menambah bebannya

Hamparan kulit mulus yang dulu ku lihat hancur tercabik-cabik luka luka durjana karena bakteri yang memiliki otak pintar

pintar membuat luka di dalam hatinya

Jantung yang tertusuk perasaan marah namun hanya gempa dan bencana yang dapat membalasnya walaupun sudah berjuang melepas cinta dalam tumbuhnya benih-benih pohon harapan namun yang ada masih saja polusi laknat

untuk kegemukan segelintir kuman penyakit

Biarkan aku menjadi ulat walaupun menjijikkan namun bisa menjadi kupu-kupu

yang memperindah parasmu

biarkan aku menjadi pohon yang akan tumbuh kokoh beranak pinak

yang menyembuhkan lukamu

biarkan aku menjadi diriku yang mencintaimu apa adanya karena hanya turut menanggung hutang

dari orang yang tidak merasa harus bertanggung jawab

biarkan doaku menyelimutimu biarkan cintaku membakar semua kelam sejarahmu sekarang kita akan bangkit bersama menyongsong hari esok yang cemerlang

yang tiada luka

matilah semua durjana perusak bangsa, penyakit semesta.

damailah bangsaku, puaslah rakyatku.

Alam Mengadu

Sayang… sayang… sayang… Keping uang menina-bobokan Tuan Kealpaan menghanyutkan penumpang Ketulian membutakan mata-hati Tuan

Tak hiraukan kanan-kiri kehancuran

Hijauku jadi abu Tanahku gersang Air bah pun menyerang

Menderai tangis alam

Merkuri ikut merajam lautku Istana biruku Jadi kelabu

Terlumuri limbah nistamu

Tuan… Tak cukup kau sematkan Racun itu dalam kehidupanku Tapi juga merasuk, menggerogoti Otak anak negeriku

Jadi pilu, dungu, sendu

Tak merindukah kau…?!! Bersitatap dengan keelokan nusantara kala itu Jernih, tersenyum indah Bak mutiara, yaqut dan marjan Berseri-seri seperti mentari pagi Menentramkan hati Tuan… Rangkul aku, peluk aku

Rawat aku, sayangi aku

Ar-Rahmaan*… Jerit pohonku mengadu Alun-isak bayuku mendayu merayu Pun Ayat-Ayat Kauniyah-Mu Tunduk di hadap-Mu Atas seruan Rabbul ‘Alamin ku Fabiayyi aalaa irabbikumaa tukadz dzibaan*… Tundukkan pula tangan, hati hamba-hamba-Mu Dari durja

Di atas nestapa alamku.

Biarkan aku bernafas Di sini Bersama angin-angin yang memenuhi langit Dan samudera yang siap mengalir Hari itu Adalah saat pertama kujejakkan kaki Maka kutetapkan untuk berdiri di sini Hingga akhir, hingga entah Di tempat darah para durjana pernah singgah Tempat raja-raja membangun singgasana

Tempat rempah-rempah bernaung dalam kerak bumi

Negeriku adalah surga dunia Kucari tempat sempurna ke pelosok negeri Dimana tak ada korupsi, Tak ada kejahatan, Tak ada kelalaian, Tak ada dusta, Tak ada kemunafikan, Namun entah Ada sesuatu di hati ini berbisik,

Tanah airku adalah surgaku

Negeriku

Di negeri ini tangisan pertamaku menggema disambut seutas senyum dan belaian lembut

ibu pertiwi

Aku menjelma jadi bocah ceria dari asupan gemah ripah bumi pertiwi masih kurasakan hangat dekapannya dan segarnya hembusan angin

disela-sela hijau dedaunan

aliran sungai menebar aroma rempah-rempah kebanggan negeri dan nyanyian burung-burung di pagi hari

pertanda damainya jiwa menyongsong hari

kini……….. air mata membanjiri lorong-lorong hati menyaksikan ibu pertiwi tak lagi tersenyum belantara tak lagi hijau dan sungai-sungai hitam pekat

menjadi saksi pancaroba negeri ini

Aku yang tertegun………. bukan saatnya mencari kambing hitam tapi, bangkit bersama

kembalikan negeriku yang nyaman

·  By enno' purwa

Pertiwiku

kelam abu menerpa semestaku raut senja tak elakkan senyap membisu ketika pertiwiku tidur nyanyian tangis mengiringi do’a pilu terlontar ahh ……… kandung jiwa telahir darah kandung raga terlahir noda bunda, jangan kau pergi bangunlah bersama sajak harapku bangkitlah bersama rinduku nafasku, rohku untukmu pangkulah aku

tuk indahnya pertiwiku

Tanya kami padamu Karya : Shanty

apa yang kau beri selain utang di negeri asing apa yang kau wariskan selain tingkat ekonomi yang bikin pusing apa yang kau ceritakan saat ini hanyalah koalisi

konglomerasi, perbudakan politik yang buat rakyat mati berdiri

negeriku, disini dulu ku tumpahkan darahku disini dulu kami bersatu disini dulu kami saling membahu

melupakan perbedaan ras, agama dan suku

negeriku, mengapa wajahmu bermuram durja kenapa tanahmu tak lagi indah kenapa bumimu kini porak poranda

kenapa manusiamu hanya berebut kekuasaan dan harta

di setiap sudut desa di setiap sudut kota masih ada anak-anakmu yang berjuang

berpikir dan mencoba bangkit dari kemelaratan

kau tahu kami disini masih cinta kami disini masih suka negeriku satu bernama Indonesia

bhineka ika tunggal ika

Judul : Dear Ibu pertiwi

Maafkan Kami…, Ibu

Keluh lidah kami, Ibu

Hanya untuk mengucapkan sepenggal kalimat tulus

Permintaan maaf pun

Kami sungguh kesusahan

Pedih mata ini…, Ibu

Hingga mata kami tak sanggup mengerjap

Kami telah lupa bagaimana cara menangis

Sungguh, dimana letak telaga air mata?

Kami tak pernah tahu

Apa yang harus kami perbuat…, Ibu?

Untuk dapat merobek daftar panjang dosa kami

Untuk mengganti segala kesadisan kami

Yang tanpa segan mencoretkan warna nista

Kepada realita bangsa

Kami khilaf…, Ibu

Kami telah menghancurkan peradaban!

Kami mulai porak-porandakan tanpa iba!

Kepada suatu dinasti Negara

Yang masih tertatih-tatih belajar berjalan

Seperti bayi, Indonesia

Ibu Pertiwi…

Kami mohon, janganlah engkau menangis darah

Mungkin hanya inilah wujud pengakuan kami

Generasi tak kenal balas budi

Cacilah kami… Ibu

Karena kami pantas untuk dicaci

RAUT-RAUT WAJAH CINTA (Oleh : Siti Nur Hidayati)

Di sini…….. pada sebuah cermin tak berbingkai Sungguh tempatnya mengabarkan berita Dari raut-raut wajah berbaur makna

Bercerita tentang pergulatan antara hidup dan mati

Lihatlah…….. wahai siapapun yang sudi saksikan Ada raut-raut wajah cinta yang pucat bergurat letih Sorot mata nanap menerawang kosong

Menatapi kejauhan yang tak bertepi

Itu….. wajah cinta si bocah pengemis? Entah karena suasana apa…………….. Ia terdampar merayap dilembah kemiskinan Terbelit berbagai kesulitan yang tak bertepi

Dan kini letih menunggu uluran tangan sang dermawan

Itu….. wajah cinta si pemuda penganggur? Entah karena suasana apa…………….. Ia terapung dihempas sang mujur Terjerembab diantara kolusi dan nepotisme yang tak bertepi

Dan kini letih menggapai nasib baik

Itu….. wajah cinta si bocah narkoba? Entah karena suasana apa…………….. Ia tenggelam dalam buaian impian yang melupakan Lari dari carut marut hidupnya yang tak bertepi

Dan kini letih mencari tempat berpijak

Itu….. wajah cinta si bocah pemabok pencuri? Entah karena suasana apa…………….. Ia terjebak dalam lingkaran setan penyamun Terdampar ditandusan kasih yang tak bertepi

Dan kini letih menggapai nasib baik

Atau Itu….. wajah cinta sang koruptor? Entah karena suasana apa…………….. Ia bergelimang dalam perbuatan yang tak punya malu Terbuai dalam kesenangan diatas penderitaan kaum miskin

Dan kini letih menghadapi persidangan dunia

Lihatlah…….. wahai siapapun yang sudi saksikan Ada raut-raut wajah cinta yang pucat bergurat letih Sorot mata nanap menerawang kosong

Menatapi kejauhan yang tak bertepi

Melihat kepedihan ada diantero negeri Tapi…… semua hendak kabarkan cinta Meski entah karena apa …………………..

Ini cinta! Untuk Indonesiaku……..

CAHAYA CAHAYA (Oleh : Siti Nur Hidayati)

Kau hadir dikedalamanku Ketika gelap menyergap relungku Pengap tak tahu kemanapun arah Serasa ada sembilu menghujam Mengiris perih ke relung rasa Mengapa…………………………. ? Tak kuasa aku menolak

Tak sampai aku meraih

Kulihat nyalaMu abadi di singgasana tertinggi Berpijar hingga tembus di kegelapan penjuruku Aku terpana………………………… Ku lihat jelas batin yang keruh Di situ ada buih-buih kotor!

Mengalir keluar dari hati cela

Itu buih takabur ………….! Itu buih dusta ……………..! Itu buih ria …………………! Itu buih dengki ……………!

Itu buih dendam ………….!

Buih-buih itu terus berurai Nafasku telah tercekat sesak Penyakit hati itu meradang Aku tak berdaya

Terkapar di titik terendah

Lemah ………….! Papa ……………..!

Hina ……………..!

Jangan bicara salah Jangan bicara dosa Biarkan hening sunyi

Biarkan sendiri

Di situ ada taman kedamaian Tempat aku mencari aku Dalam pergulatan tanya berjawab Aku muncul hilang berganti aku Berjalan seiring denyut Detak-detak semakin cepat Hingga letih ronggaku k o s o n g

Aku sebut A S M A M U

A l l a h u A k b a r ………….. ! Bergama di seluruh penjuru ronggaku

A l l a h u A k b a r ………….. ! Berkumandang mengisi ruangku

A l l a h u A k b a r ………….. ! Cahayua itu terang benderang

A l l a h u A k b a r ………….. ! Cahaya itulah Cahaya

A l l a h u A k b a r ………….. ! Cahaya segala cahaya

Takkan kutukar cinta padamu, bunda pertiwi

Satu;

Hari ini

catatan cinta kueja tadi malam, bunda ketika terdampar pada resah tanahku seolah jerit bumi berteriak minta tolong pada penghuninya yang tak peduli tetap tergesa-gesa kesana kemari memperkosa dirimu yang semakin tua meratakan hutan jadi tanah kering menuangkan banjir, menyisakan kerontang bergantian asap kebakaran racun timbal tak cukup mencemari bertambah intensitas hari ke hari mereka menodai lautmu, sungaimu dengan racun kimia membotaki gunung-gunung melobangi tubuhmu seperti bopeng-bopeng bulan

mengerikan!

(sungguh aku tak ingin jadi mereka!)

mereka memperebutkan apa saja dengan loba tamak menginjak-injak yang kalah si miskin, si melarat, sengsara mengais-ngais sisa remah disudut-sudut kota yang sesak berhimpitan berbagi ruang sempit di desa petani-petani kehilangan sawah

menangis kalah

ada anak yang mati kelaparan, kata media “hanya sebuah kabar, tak perlulah dibesar-besarkan,” kata orang itu, entah siapa datang dalam mimpiku menjijikkan

melubangi lumbung pertiwi tercabik-cabik menyeramkan

aku terpelanting pada realita pening kuheningkan hati mencari jawab belum bisa banyak berbuat masih terbatas mencoba berbagi yang tak berlimpah, dan harapan, Tuhan pasti cukupkan untuk mereka tak sanggup kusaksikan bening mata bocah menangis

berkaca-kaca menahan lapar.

Dua;

Dulu

menelusuri jejak cinta padamu pertiwi apakah cinta mesti menuangkan darahku dalam perang? aku hanya punya perang melawan diri sejak dini walau hanya bertahan tak menyontek waktu ujian kala remaja biarlah nilaiku jeblok

tapi aku tak goblok, bunda

kubaca jejakku pada cinta:

dimana cinta diuji? ketika kau mampu menolak amplop tebal dihadapanmu mencoba membeli kejujuran

padahal kebutuhanmu menderu-deru

kapan kesetiaan terbukti? ketika nafsu memburu-buru ingin memiliki yang bukan milikmu

kau memilih siksa.

ketika perawan rela menukar cinta demi sekedar bedak lipstik menjual cinta pada bandot tua demi materi

kau memilih menderita.

kubaca lagi jejak dimana cinta pernah tertoreh di Aceh, di Aceh!

kutahankan cinta di tengah ledakan bom, hujan peluru menderu-deru ketakutan, darah dan trauma, takkan kutinggalkan bunda pertiwi mendesah di tiap doa, janganlah negeriku terpecah-pecah damai-damailah, jangan hanya dalam mimpi sampai aku lelah kehilangan kata. doa terhenti

dalam hening mengeja cintaNya

lalu ombak yang menghempas, mencipta neraka di hadapanku terpana membaca kehendakNya kucoba lagi menghayati cinta tetap kucinta kau sebab kurasakan tangismu bunda perih, perih menyayat hati dikhianati anak-anak sendiri

kekasih jiwa.

Tiga;

Di hati, sekarang

meski terbatas di pikir dan zikir kueja namamu dalam kasihNya semoga tetap bertahan dari perpecahan oleh tangan-tangan gergasi, siluman, manusia yang ingin membelah negeri yang ingin kau tak ada lagi menjadi serpihan-serpihan kecil tak berarti semoga kau bertahan sebab masih ada anak-anak bumi yang peduli tersenyum, tersenyumlah bunda pertiwi

meski pahit menggigit hati

Ratapan Senja

Apa yang diperjuangkan, kini dihancurkan Apa yang dimenangkan, kini dienyahkan Negeri tercintaku luruh dalam balutan nafas sang waktu Bar-bar menjadi identitas tersohor bagi bumiku Semerbak wewangingan damai, tercerabut oleh anyir permusuhan Etika moral bergelayut di titik nadir Menanti terperosok… Negeriku malang, negeriku jalang Tenggelam dalam kebobrokan mental yang kental Apa yang ku cinta, kini terbalur rancu Semua samar… Kemajuan yang kasat mata, Hanya bermuara pada barisan pelahap ilegal rupiah berjamaah Selebihnya, Tergeletak pasrah pada guratan takdir Hyang Jagat Bahkan lingkaran cahaya mentari hanya memantulkan semburat nestapa Tak terelakkan, Air mata menggantung di pipi bulan Menangisi alam yang menggerutu tak bersahabat Negeriku dipenuhi lubang-lubang borok yang tak sempat terjamah Perut membuncit menjadi pertanda derita, bukan makmur Sedih… Miris… Aku menyaksikan ratapan senja nan malang Adakah yang masih peduli? Kemana perginya sang pekerti? Bahkan seorang pahlawan kesiangan pun enggan turun tangan… Lakukan sesuatu!!! Jika kau tak sanggup menjadi sebongkah karang yang kokoh Jadilah kerikil yang tak bergeming terlindas zaman Jika kau tak sanggup menjadi khalayak yang bersatu padu Jadilah sekawanan lebah pekerja yang gencar membela sang ratu Kayuh seluruh roda cinta sang nurani Lalu tebarkan ke setiap sudut Ibu Pertiwi Berikan yang terbaik…

Demi Indonesia maju…

Negeri Sebatas Khayal

Sejauh mata memandang Tak Kulihat senyum Elok nan permai

Dari Sang Pertiwi…

Nyanyian-nyanyian alam Berubah menjadi tangisan

Yang tak berujung…

Ku rindu saat-saat berada Dalam pangkuanmu… Membelaiku dalam tidur panjangku… Memimpikan sebuah negeri

Yang kekal nan damai…

Tak kurasa kini, hanya ada jeritan-jeritan Membahana… Menyemarakkan hati Sekaligus mencengangkannya

Dalam satu euforia…

judul : aku? TKI

kubuka mata kubuka jendela kulihat indah wajahmu menghias hariku dengan senyum yang makin tak kumengerti

arti

hari ini hari terakhir aku melihatmu esok aku kan pergi

meninggalkanmu

bukan maksudku tinggalkanmu

inginku dustai cintamu

mungkin semua akan jadi indah jika aku mampu terimamu apa adanya

jangan jangan salahkan dirimu salahkan aku yang tak mampu berikan yang terbaik untukmu

salahkan aku yang tak mampu lakukan yang terbaik untukku

paling tidak kau masih punya hatiku paling tidak ku masih ingat kamu aku hanya coba teruskan hidup ini

mengais asa demi nikmat dunia

jika kau butuh hadirku pangil aku janjiku takkkan jadi orang yang mendurhakaimu aku akan datang seperti saat dulu saat aku masih bersamamu

membelamu dari sgala yang merusakmu

oh, negeriku maafkan aku

judul: Hijau kuning merah dan kelabu warnai bangsaku karya: Ichsan Gana

Hijau kuning merah dan kelabu warnai bangsaku

Seperti langit yang tak selalu biru

Awan mulai menghitam Menutup membuyarkan kesadaran

Suaramu masih riang Walo tak sedahulu

Kakimu terus melangkah Langkah lari

nyeri

Dinding rumahmu mulai buta Tuli Bisu

tak mampu berpetuah

Caya

Kau masih mampu memelukku

Judul : Bangga (Aku) Jadi Orang Indonesia

Penulis : Lalu Abdul Fatah

Boleh saja Taufik Ismail Merasa malu jadi orang Indonesia Merutuk-rutuk seribu dosa Berjamaah bangsa kita Namun, aku di sini berdiri Berikrar segenap-penuh hati

: Bangga aku jadi orang Indonesia.

Boleh saja kita akui Indonesia keadaannya memang begini Hancur di segala segi Namun, tak layak kita pesimis Berkicau mencela sampai menangis

Berharap Indonesia berhenti diguyur gerimis.

Optimis satu-satunya harapan yang tersisa ‘kan menjadi senjata pamungkas kita Menatap hari esok yang cerah

Bumi pertiwi yang cantik sumringah.

Lihatlah… Indonesia sepotong surgaloka nan jelita Terhampar di sepanjang khatulistiwa Kaya budayanya Subur tanahnya Makmur lautnya Laksana pelangi aneka rupa Itulah Indonesia

Membuat iri bangsa lain di dunia.

Boleh saja Taufik Ismail Merasa malu jadi orang Indonesia Namun, kita di sini Mari berjanji segenap-penuh hati Ikrarkan selalu tiap detak nadi

: Bangga aku jadi orang Indonesia.

Kursi kebatilan dihantam keriuhan batinku memporak-porandakan revolusi yang memuncak menghardik bumi pertiwi ini

bencana membuncah bak air yang tak bertepi

Indonesia…… Berteriaklah…. Hingga Riak air menggema memperkuat tali kemerdekaan

membanggakan tanah hijau yang lapang

Indonesia…. Berkaryalah Hingga gedung kesenian menjadi warna rupa yang terus terisi Kecintaan pada kebudayaanku

membuat semangat raksa terus mengepul

Indonesia…. Kibarrkan sang saka pada tiang keyakinan tertinggi bersorak bahwa kemerdekaan terus membahana membawa rakyat tuk trus

mencintai negara ini

Aku cinta Indonesia sebuah keyakinan yang trus terpatri di dada yang melekatkan Pancasila sebagai simbol tanah air… Proklamasi trus terngiang dimemoarku

membangkitkanku tuk hadapi masa depan…..

Cukup satu kata tuk raih keberhasilan

Aku Cinta Indonesia…..

Aku Cinta Indonesiaku…

Kursi kebatilan dihantam keriuhan batinku memporak-porandakan revolusi yang memuncak menghardik bumi pertiwi ini

bencana membuncah bak air yang tak bertepi

Indonesia…… Berteriaklah…. Hingga Riak air menggema memperkuat tali kemerdekaan

membanggakan tanah hijau yang lapang

Indonesia…. Berkaryalah Hingga gedung kesenian menjadi warna rupa yang terus terisi Kecintaan pada kebudayaanku

membuat semangat raksa terus mengepul

Indonesia…. Kibarrkan sang saka pada tiang keyakinan tertinggi bersorak bahwa kemerdekaan terus membahana membawa rakyat tuk trus

mencintai negara ini

Aku cinta Indonesia sebuah keyakinan yang trus terpatri di dada yang melekatkan Pancasila sebagai simbol tanah air… Proklamasi trus terngiang dimemoarku

membangkitkanku tuk hadapi masa depan…..

Cukup satu kata tuk raih keberhasilan

Aku Cinta Indonesia…..

Karya:Novicharullah Arkie

Namai Negara Ini Cinta

Katakan bahwa negara kami negara miskin.. Aku tak pernah malu Katakan bangsa kami bangsa bodoh… Aku takkan kecewa Katakan pemimpin kami tak bermoral..

Aku menerima kenyataan

Jika semua itu membuat kau tertawa Aku hanya tersenyum Ini negaraku… Bagaimanapun kalian mencacinya, sebenci apapun kalian terhadapnya Semua cermin kebencianmu…

merefleksikan kecintaanku padanya

Negaraku memang negara miskin.. Kemarin aku menatap bocah kecil lemah Yang kelaparan namun tertidur… Kadang ia terbatuk-batuk di sela tidurnya Dan ia juga menaruh mangkuk kecil di samping tubuhnya Yang diisikan oleh orang-orang dermawan yang melewatinya

Bukan oleh pelindungnya yang bersembunyi di gedung ber-AC

Bangsaku juga bodoh.. Tetanggaku tak melanjutkan sekolahnya sekalipun ia mampu Tanpa sadar betapa berharganya pendidikan itu Tanpa sadar bahwa tak berartinya ia tanpa ilmu Tanpa sadar betapa bodoh bangsanya…

Tanpa sadar ia menambah bodoh bangsanya itu

Pemimpinku tak bermoral… Ia yang tertidur di tengah membicarakan rakyatnya Kalu begitu, apa ia juga mendengar suara rakyatnya? Apa ia melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati? Atau hanya ingin mengangkat namanya, lalu korupsi?

Aku tak ingin peduli

Seburuk itukah negaraku? Tentu saja tidak Aku terpana melihat candi borobudur sang kejaiban dunia Aku bangga miliki Habibie yang brilian Aku senang bisa menari tradisional kala semua gila modern dance

aku bangga… kau mesti tahu itu

Tanya kami padamu Karya : Shanty

apa yang kau beri selain utang di negeri asing apa yang kau wariskan selain tingkat ekonomi yang bikin pusing apa yang kau ceritakan saat ini hanyalah koalisi

konglomerasi, perbudakan politik yang buat rakyat mati berdiri

negeriku, disini dulu ku tumpahkan darahku disini dulu kami bersatu disini dulu kami saling membahu

melupakan perbedaan ras, agama dan suku

negeriku, mengapa wajahmu bermuram durja kenapa tanahmu tak lagi indah kenapa bumimu kini porak poranda

kenapa manusiamu hanya berebut kekuasaan dan harta

di setiap sudut desa di setiap sudut kota masih ada anak-anakmu yang berjuang

berpikir dan mencoba bangkit dari kemelaratan

kau tahu kami disini masih cinta kami disini masih suka negeriku satu bernama Indonesia

bhineka tunggal ika

Ini negeriku

baru kemarin kita tertawa lalu kini kita berduka baru kemarin kita merdeka

lalu kini kita terjajah

mahasiswa berontak lalu berorasi wakil rakyat berteriak senang diatas kursi rakyat kecil menjerit kelaparan

para pejabat kenyang kemewahan

ini negeriku gemah ripah loh jinawi ini wakil rakyatku

demi kursi mati hati

Pertiwi

Selama darah masih mengalir, Selama jantung tetap berdetak, Di kala surya masih bersinar,

Selama itu pula hati tetap berkobar.

Pertiwi menangis, merintih menahan luka, Tergores oleh kenangan penyimpan duka, Di masa abdi tetap terlaksana,

Akan kujaga Ibu Pertiwiku.

Wahai….Putra bangsa…… Sudah tegarkah hatimu berjuang, Ku lihat malam semakin benderang,

Seiring jiwa yang tak tergoyahkan.

Ibu Pertiwi….. Tanahmu runtuh menahan derita, Airmu meluap melepaskan sengsara, Kini, tanah air berkata,

Dimana sang abdi negara.

judul puisi : * kami pewaris negeri ini *

kami disini… menatap langit membelah cakrawala tanah air kami tak apa, bersandal jepit kami bersekolah kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru melewati tanah basah kaki-kaki kami dimana tersiram hujan sawah padi menguning menelusuri ngarai sungai berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku sesekali menyeka peluh pada wajah peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami tak gentar kami bila badai hujan menghadang dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu

karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia

gunung krakatau menampakan kegagahanya karang dihantam deburan ombak mengila tetap kokoh ia berdiri jiwa semangat ditempa sang guru

agar tak menjadi generasi cengeng

lihat…! matahari mulai menampakan sinar cahayanya berlari kita bersama menuju indonesia bangkit

karena kami pewaris negeri ini.

Gallery Puisi Cinta Tanah Air

Ikss Launching Buku Antologi Puisi Cinta Tanah Air Karya

Diary Risma Hasria Puisi Indonesia

Pantun Cinta Tanah Air Katakatacinta Top

Kumpulan Puisi Cinta Tanah Air Docx

Pantun 3 Bait Tentang Cinta Tanah Air Katakatacinta Top

Gudang Ilmu Kumpulan Puisi Cinta Tanahair Terbaru

Puisi Cinta Tanah Air Youtube

20 Puisi Chairil Anwar Sang Bohemian Yang Menginspirasi

Juara 1 Puisi Cinta Tanah Air

Puisi Aku Cinta Tanah Air

Puisi

Puisi Puisi Para Pemenang Lomba Menulis Puisi Aku Cinta

Puisi Cinta Terindah Negeri Tanah Airku Wattpad

Contoh Pantun Cinta Tanah Air

Celoteh Bijak Puisi Cinta Tanah Air Chairil Anwar

Kumpulan Puisi Bertema Cinta Tanah Air Kt Puisi

Kumpulan Puisi Hari Pahlawan 10 November Membakar Semangat

Copas Dari Karya Sastrawan Tanah Air Puisi Cinta Puisi

Tingkatkan Rasa Cinta Tanah Air Dengan Lomba Musikalisasi

Puisi Tanah Dan Air Karya Anwari Wmk Anwari Wmk

Puisi Ppkn

13 Puisi Pahlawan Tak Dikenal Tanpa Tanda Jasa Terbaru

Kumpulan Puisi Tentang Cinta Tanah Air Dan Kritik Negri Ini

Cinta Tanah Air Dan Patriotisme Power Point

Cinta Tanah Air Sebuah Puisi Oleh Habib Muhammad Luthfi Bin

Alam Puisi در توییتر Siapa Cinta Anak Jangan Jual Tanah


0 Response to "Puisi Cinta Tanah Air"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel