Skala Likert Menurut Sugiyono



Hubungan Minat Dan Potensi Diri Dengan Pemilihan Program

skala likert dalam penelitian l sugiyono 2009 para ahli

silahkan pasang iklan anda di sini SKALA LIKERT
  • Paling banyak digunakan untuk pengukuran perilaku
  • Skala yang terdiri dari pernyataan dan disertai jawaban setuju-tidak setuju, sering-tidak pernah, cepat-lambat, baik-buruk dsb. (tergantung dari tujuan pengukuran).
  •  Bird menyebutnya Method of Sumated Ratings Sam/PSP/Likert
KAPAN PAKAI SKALA LIKERT
  • Ingin menggambarkan secara kasar posisi individu dalam kelompoknya (posisi relatif)
  • Ingin membandingkan skor subyek dengan kelompok normatifnya
  • Ingin menyusun skala pengukuran yang sederhana dan mudah dibuat Sam/PSP/Likert
LANGKAH PENYUSUNAN (1)
  • Menentukan dan memahami dengan baik apa yang akan diukur
  • Menyusun Blue Print untuk memandu penyusunan alat ukur
  1. Indikator yang secara teoritis-logis memberi kontribusi yang lebih besar harus diberikan
  2. pernyataan yang lebih banyak
  3. Pernyataan dibuat Favorable dan Unfavorable Sam/PSP/Likert

LANGKAH PENYUSUNAN (2)

  • Membuat Item sesuai dengan kaidah
  • Uji coba item
  • Memilih item yang baik
  • Menyusun item terpilih menjadi satu set alat ukur Menginterpretasikan hasil pengukuran Sam/PSP/Likert

MEMILIH PERNYATAAN

  • Memilih dengan nilai t, dengan langkah:
  • Menghitung dan menjumlahkan skor tiap subyek
  • Mengelompokkan subyek menjadi dua.
  • Menggunakan mean atau median jika subyek sedikit, dan menggunakan percentil 25 75 atau 30 70 apabila subyek banyak
berikut ini adalah contoh penggunaan skala likert :

SKALA LIKERT KELAYAKAN ALAT PERAGA MATEMATIKA

Kelompok                                                       :..... Nama Alat Peraga                                           ;..... Jenjang Sekolah                                               ;..... Topik Bahasan                                                ;..... Sub Topik (Konsep-abstraksi yang dituju) :        ;..... Gasasan/konsep yang diperagakan                    ;..... Mohon beri tanda silang (X) atau cek (√) pada kolom yang dianggap sesuai.

Skala dan Skor Penilaian yang digunakan :

ST T C R

SR

Keterangan:

ST= Sangat Tinggi ; T = Tinggi; C = Cukup; R= Rendah; SR= Sangat Rendah

APM = Alat Peraga Matematika

Aspek Pedagogi & Konseptual

  1. pentingnya Alat Peraga Matematika (APM) dalammembantu pembelajaran tentang konsep/idematematika yang dituju dibanding bila tidakmenggunakan alat peraga apapun
  2. keakuratan konsep yang dideskripsikan ataudihasilkan dari peragaan APM tersebut
  3. Kemudahan dan kejelasna dari siswa untuk menangkap konsep/gagasan matematika yang dituju dari peragaan
  4. Daya tarik APM tersebut dalam membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran konsep/ide matematika
  5. Tingkat variabilitas penggunaan APM dari segi
  6. variabilitas konsep/ide matematika ketepatan landasan/pijakan yang digunakan oleh APM untuk kegiatan abstraksi
  7. rangsangan yang dapat diberikan APM kepada siswa untuk melakukan kegiatan refleksi
  8. kemungkinan siswa menemukan konsep dengan bantuan APM
  9. pentingnya konsep/ide yang muncul dari peragaan APM tersebut 
  10. kemungkinan siswa melakukan kegiatan ketrampilan yang terpadu (berpikir, berbicara, bergerak)dengan APM tersebut

Aspek Fisik

  1. Kekuatan (tidak mudah patah, lepas, atau berubah bentuk/hancur) bila digunakan
  2. Kesalahan konseptual yang mungkin muncul dari ukuran atau warna APM tersebut
  3. Daya tarik fisik APM tersebut bagi siswa yang menggunakannya 
  4. Kualitas desain (Presisi/keakurantan bentuk, ukuran, jumlah) APM tersebut berdasarkan konsep yang dituju
  5. Kesederhanaan pengoperasian APM berdasarkan konsep/ide matematika yang dituju
  6. Kesederhanaan desain APM (tidak rumit, mudah diduplikasi, dan lain-lain) 
  7. Kemudahan APM untuk dipindah-pindahkan
  8. Kesesuaian gisik APM dengan kompetensi fisik siswa (dapat dilihat, diperagakan, atau dipindah oleh siswa)
  9. Kemudahan APM tersebut untuk disimpan Resiko APM dapat mencelakakan siswa (tajam, mudah roboh, berat, dan lain-lain)
  10. Pengeruh zat kimia yang berbahaya atau radiasi sinar dari APM (mudah terbakar, bau menyengat,iritasi, dan lain-lain)
  11. Keterjangkauan harga APM oleh kalangan umum

Penilai

tanda tangan penila (………………………… …….)

Respon Alternatif Tengah pada skala likert

Mengapa Responden Memilih Kategori Tengah?

Alternatif

responden tidak hanya memilih kategori ini untuk menunjukkan traitnya yang moderat (Hofacker, 1984), namun dipengaruhi oleh banyak faktor.  Beberapa ahli telah meneliti mengapa responden memilih alternatif tengah kategori. Shaw dan Wright (1967) mengemukakan tiga kemungkinan responden kategori tengah, yaitu : (1) mereka tidak memiliki sikap atau pendapat, (2) mereka ingin memberikan penilaian secara seimbang, atau (3) mereka belum memberikan sikap atau pendapat yang jelas. Kulas & Stachowski (2009) menjelaskan faktor lain seperti ragu, tidak memahami pernyataan dalam butir, respons mereka kondisional, atau mereka memiliki berdiri netral, moderat, atau rata‐rata. Ahli lain menjelaskan bahwa pemilihan kategori tengah menunjukkan keengganan responden untuk memilih arah tanggapan terhadap pernyataan. Bisa jadi mereka memilih respons tengah karena kesulitasn menginterpretasicenderung memilih kategori tengah ketika mendapati butir yang sulit dipahami. 

Kesimpulan. Skor skala bisa menjadi bias jika responden yang cenderung memilih kategori tengah, dikarenakan tidak memahami butir dan merasa tidak nyaman dengan pernyataan yang diberikan. Oleh karena itu bagi penyusun skala psikologi diharapkan untuk menyusun butir yang mudah dipahami dan membangun interaksi \yang hangat dengan responden agar mereka merasa tidak terintervensi.

Dampak Penyediaan Kategori Tengah Andrews (1984) menemukan bahwa keberadaan alternatif tengah eksplisit dalam kategori jawaban tidak memiliki efek yang signifikan pada kualitas data. Rerata respon terhadap butir akan meningkat secara linear dan varians item meningkat kurvelinier dengan meningkatnya jumlah kategori jawaban. Peningkatan rerata adalah wajar dan tidak menjadi masalah karena jumlah alternatif menjadi bertambah yang diiringi dengan peningkatan varians. Peningkatan varians inilah yang banyak menjadi ketertarikan kita, karena menunjukkan informasi yang kita miliki semakin bervariasi.  Di sisi lain, nilai konsistensi internal (alpha) tidak berubah secara sistematis dengan meningkatnya jumlah kategori respon (Aiken, 1983). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jumlah kategori jawaban tidak membuat perbedaan dalam mean dan varians respon item dan skor total skala. Kulas et al. (2008) menemukan bahwa korelasi skor antar variabel yang dihitung antara skala yang menyediakan alternatif titik tengah maupun tidak menyediakan memiliki korelasi yang tinggi, bergerak antara 0.94 hingga 1.0. Artinya, skornya yang dihasilkan sama saja sehingga validitas kriteria yang didapatkan dari korelasi dengan skor kriteria dipastikan akan tetap tidak berubah. Mattel dan Jacoby (1971)  menemukan bahwa reliabilitas pengukuran dan validitas skala independen terhadap jumlah alternatif respons. 

Kesimpulan. Skor skala yang menyediaan kategori tengah dengan yang tidak memiliki kategori tengah, tidak memiliki perbedaan yang berarti. Reliabilitas pengukuran dan validitas butir tidak mengalami perbedaan. Yang berbeda adalah varian skor. Dengan adanya kategori tengah, variasi data lebih tinggi dibanding dengan yang tidak. Oleh karena itu menyediakan kategori tengah akan menghasilkan data yang lebih bervariasi.

Jumlah Alternatif Ganjil dan Genap Beberapa penulis secara eksplisit telah membahas masalah jumlah alternatif respon kategori yang ganjil versus genap. Kalton, Roberts, dan Holt (1980) menunjukkan bahwa ketika inves tigators memutuskan untuk tidak menawarkan alternatif tengah eksplisit, mereka biasanya menganggap bahwa kategori tengah terdiri sebagian besar tanggapan dari orang‐orang yang bersandar terhadap satu atau kutub alternatif lain, meskipun mungkin dengan sedikit intensitas. 

Klopfer (1980) berpendapat bahwa penyelidik yang menawarkan alternatif yang mungkin tengah berasumsi bahwa responden benar‐benar mendukung posisi tengah. Akibatnya, jika responden dipaksa untuk memilih alternatif yang ada, pilihan ini akan memberikan kontribusi kesalahan pengukuran sistematis.

Kesimpulan : Jumlah opsi genap akan memaksa responden untuk memilih sikap yang jelas terhadap pernyataan yang diberikan sedangkan jumlah opsi ganjil memfasilitasi responden yang belum memiliki sikap yang jelas. Pemaksaan tersebut dapat menimbulkan eror pengukuran, karena skor yang dihasilkan tidak benar‐benar menggambarkan diri responden.  Menyediakan Alternatif tengah Memang akan Meningkatkan Jumlah Pemilihnya, tapi ... Kalton, Roberts, dan Holt (1980) melaporkan bahwa pilihan kategori respon tengah berkisar antara 15 dan 49 persen ganjil. Di sisi lain Presser dan Schuman (1980) menemukan jumlah yang lebih sedikit yaitu antara 10 dan 20  persen. Hal ini menunjukkan bahwa penyediaan alternatif respon tengah meningkatkan proporsi responden  yang menyatakan pandangan netral secara substansial. Kecenderungan ini bahkan mungkin meningkat ketika  isu‐isu sensitif pertanyaan perhatian (Kalton & Schuman, 1982). DuBois dan Burns (1975) berargumen bahwa responden memilih alternatif tengah karena merasa ambivalen (tidak dapat memutuskan apakah akan setuju atau tidak setuju), indiferen (tidak peduli) atau  tidak merasa cukup kompeten atau cukup informasi untuk mengambil sikap. Kesimpulan : Menyediakan alternatif tengah memang akan meningkatkan jumlah pemilihnya, tapi kecenderungan itu meningkat tajam jika pernyataan yang tertulis dalam butir kurang mudah dipahami, membingungkan atau mengurangi kenyamanan/keamanan responden. Untuk mengatasi hal ini penulis butir diharapkan menulis butir dengan pernyataan yang jelas dan tidak mengintervensi responden.

  2 | Pengembangan Skala Psikologi  |  Wahyu Widhiarso 2010

 “Netral” dan “Tidak Yakin”, Apakah Beda? Presser dan Schuman (1980) memberikan kuesioner yang menyediakan kategori “tidak tahu” (don’t know) secara eksplisit, kemudian memberikan lagi kuesioner yang melibatkan kategori tidak tahu dan netral. Hasilnya, dengan menambahkan kategori netral, jumlah responden yang memilih tidak tahu menjadi berkurang. Beberapa dari mereka yang menanggapi tidak tahu di kuesioner tanpa kategori netral, menjadi memilih kategori netral  ketika pilihan netral disediakan. Apakah penelitian ini menunjukkan bahwa kategori netral dan tidak tahu dimaknai sama oleh responden, belum tentu. Bishop et al. (1988, dikutip dari DeMars & Erwin, 2005) memberikan dua jenis kuesioner kepada responden. Satu kuesioner menyediakan opsi tengah dan satunya lagi menyediakan tidak berpendapat (no opinion). Hasilnya proporsi responden memilih kedua jenis opsi tersebut tidak sama. Hal ini menunjukkan bahwa responden memaknai kedua jenis opsi itu sebagai hal yang berbeda. DeMars dan Erwin (2005)  melakukan penelitian mengenai penyediaan respons tengah yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu netral (neutral) dan tidak yakin (unsure). Responden diminta untuk merespon survei yang  mengukur perkembangan identitas dengan menggunakan skala Likert 4‐poin dengan dua opsi tambahan:  netral dan tidak yakin. Jumlah responden yang memilih netral dibandingkan dengan yang memilih tidak yakin  pada butir yang sama. Dari sisi rata‐rata didapatkan bahwa skor kedua kelompok siswa adalah sama. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa alternatif respons netral dan tidak yakin menunjukkan sesuatu berbeda dari.  Kesimpulan :
  1.  Opsi netral dan tidak tahu memiliki makna yang berbeda. Opsi netral menunjukkan bahwa
  2. responden belum mampu menentukan sikap, dengan syarat pernyataan di dalam butir sangat jelas atau tidak
  3. ambigu. Opsi tidak tahu menunjukkan bahwa responden tidak mengetahui bagaimana dia bersikap yang
  4. sehingga dapat dimungkinkan opsi tidak tahu memfasilitasi kebingungan responden terhadap pernyataan.
  5. Penggunaan opsi netral lebih disarankan dibanding dengan opsi tidak tahu.
Penutup Penulis kuesioner harus memutuskan apakah memasukkan titik tengah atau tidak sesuai dengan pernyataan  yang diberikan kepada responden (Brace, 2004). Meskipun penggunaan respon kategori tengah tidak  mempengaruhi reliabilitas dan validitas dalam penelitian ini, namun direkomendasikan bahwa penilaian  . pengembang kuesioner untuk memasukkan alternatif tengah (Kulas, et al., 2008). Ahli lain bahwa menyediakan kategori tengah memungkinkan responden untuk menunjukkan respon yang netral dan lebih  diskriminatif dalam respon mereka, membuat nilai skala yang lebih handal dan skala yang lebih disukai oleh  responden (Cronbach, 1950).

Banyak peneliti menyimpulkan bahwa berapa jumlah optimal kategori skala tergantung dari spesifik isi dan  fungsi dari kondisi pengukuran (e.g. Friedman, Wilamowsky, & Friedman, 1981). Misalnya dalam konteks  seleksi karyawan, penggunaan skala tanpa kategori tengah lebih mampu mereduksi kepatutan sosial (social desirability) dibanding dengan yang menggunakan kategori tengah (Garland, 1991). 

Menurut penulis, jenis pernyataan dalam butir juga menjadi pertimbangan untuk memasang opsi tengah  ataukah tidak. Untuk menanyakan masa lalu atau perilaku responden, kita tidak mungkin memberikan opsi  kategori tengah. Sulit sekali bagi responden ketika menemui pernyataan yang merefleksikan masa lalu  misalnya “Saya pernah berurusan dengan polisi“atau yang memfokuskan pada perilaku misalnya “Saya akan  menegur orang yang merokok di depan saya”.  REFERENSI

Aiken, L. R. (1983). Number of Response Categories and Statistics on a Teacher Rating Scale. Educational and Psychological Measurement, 43(2), 397‐401. Brace, I. (2004). Questionnaire design. London: Kogan Page Ltd. Cronbach, L. J. (1950). Further evidence on response sets and test design. educational and psychological measurement, 10, 3‐31. DeMars, C. E., & Erwin, T. D. (2005). Neutral or Unsure: Is there a Difference?, Poster presented at the annual meeting of the American Psychological Association.

Washington, DC.

Post under : #mate matika

Gallery Skala Likert Menurut Sugiyono

Untitled

Pen S Disu Ngaruh T Tudi Kasus Sun Sebagai Jurus Prog F

Bab 1 Populasi Dan Sampel

35 Bab Iii Objek Dan Metode Penelitian 3 1 Objek Penelitian

Metodologi Penelitian Kuliah Manajemen

Ibuuge Kuesioner Angket

Bab Iii Metode Penelitian

Bab 2 Landasan Teori 2 1 Teori Umum Dalam Teori Umum

Page 78 Motivasi Kerja Karyawan Seksi

Cara Menyajikan Data Skor Hasil Angket Yang Efektif Dalam

Pdf Pengembangan Instrumen Vivi Fauziah Academia Edu

Pdf Akbar Maulana Bab Iii Agam Samba Academia Edu

Skala Prioritas Pemeliharaan Jalan Provinsi Jawa Tengah

Bab Iii Metode Penelitian 3 1 Metode Penelitian Yang

Jurnal Lontar Vol 6 No 1 Januari Juni 2018 43 57

Bab Iii Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan Terhadap

Implementasi Penerangan Jalan Umum Pju Sebagai Suatu

Contoh Kuesioner Penelitian Skala Likert 6lkven47x204

Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Toko Roti

Jurnal Governansi Issn 2442 3971 Volume 2 Nomor 1 April 2015

Pen S Disu Ngaruh T Tudi Kasus Sun Sebagai Jurus Prog F

Pengaruh Harga Ulasan Produk Kemudahan Dan Keamanan

Jurnal Lontar Vol 6 No 1 Januari Juni 2018 43 57

Menurut Sugiyono 2014167 Skala Pengukuran Merupakan

Cara Menyususun Instrumen Penelitian Skripsi Bisa

Cara Membaca Dan Mencari R Tabel Product Moment Spss Statistik


0 Response to "Skala Likert Menurut Sugiyono"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel