Tarian Dari Sulawesi Selatan
Tarian Kipas Pakarena Dari Daerah Gowa Sulawesi Selatan Sma
Tarian Sulawesi Selatan – Daftar 11 Nama Tarian Daerah Sulawesi Selatan
Tarian Sulawesi Selatan. Negeri ini dihuni oleh suku-suku kreatif yang senantiasa berkesenian di sepanjang sejarah kebudayaan mereka. Di antara ragam produk seni yang ada, tari termasuk yang paling tua dan paling banyak macamnya. Fungsinya pun beragam, sebagian berfungsi ritual, sebagian yang lain dijadikan sarana hiburan.
Sama halnya dengan wilayah lain di Indonesia, Sulawesi Selatan juga kaya produk seni tari. Setidaknya ada 10 suku asli yang mendiami provinsi tersebut yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri dalam hal cipta seni. Dalam hal ini, Suku Bugis-Makassar yang jumlahnya mendominasi cukup mewakili corak kesenian di Sulawesi Selatan.
Meski demikian, Suku Toraja eksotis dalam banyak hal. Mereka memiliki banyak sekali tarian adat bersifat ritual. Sebagian Suku Mandar juga mendiami provinsi ini dan memiliki keunikan sendiri dalam berkesenian. Selebihnya ada suku Duri, Pattinjo, Maiwa, Endekan, Pattae, serta Ammatoa Kajang yang turut mewarnai seni khas Sulawesi Selatan.
Setelah sebelumnya ditulis perihal Tari di Sulawesi Tengah. Untuk melengkapi Daftar Tarian Daerah di Indonesia, artikel ini menyajikan ragam tarian daerah Sulawesi Selatan. Tentu, tidak mencakup semua tari. Setidaknya telah tersaji 11 nama tarian Sulawesi Selatan yang telah dilengkapi dengan gambar dan penjelasan singkatnya.
Daftar 11 Tarian Sulawesi Selatan
Tari Ma’Badong
Ma’Badong merupakan tarian khas Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu tarian adat Suku Toraja. Sebuah tarian ritual yang menjadi bagian dari Rambu Solo atau upacara kematian. Pa’badong (para peserta) menarikannya dalam formasi melingkar, saling berpegangan mengaitkan jari kelingkingnya.
Pa’badong yang umumnya pria dan wanita setengah baya itu dipimpin oleh Indo’ Badong (perempuan) dan Ambe’ Badong (laki-laki). Keduanya memimpin sambil melantunkan syair (Kadong Badong) yang nantinya juga diikuti oleh semua penari berbalas-balasan. Gerakan tari senada dengan lantunan syair tersebut.
Sebagai tarian ritual, Ma’Badong memiliki aturan baku. Salah satunya jumlah penari minimal harus lima orang, syairnya juga terstruktur ditambah dengan riwayat hidup dari orang yang meninggal dari lahir sampai wafatnya. Durasi tari sangat lama, bahkan ada yang sampai tiga hari tiga malam sambung menyambung di pelataran duka.
Tari Ma’Randing
Sama halnya dengan Ma’Badong, Ma’Randing juga masih berhubungan dengan Upacara Rambu Solo. Namun, tari ini umumnya disajikan pada pemakaman besar untuk orang yang memiliki kasta lebih tinggi (bangsawan). Istilah Ma’Randing berasal dari kata randing yang berarti memuliakan sambil menari.
Pada dasarnya, ini merupakan tarian patriotik atau perang. Para penari yang membawakannya mengenakan pakaian perang tradisional dengan membawa perisai besar, pedang, serta berhias sejumlah ornamen. Dalam Rambu Solo, tari ini disajikan untuk memuji keberanian dan kekuatan almarhum selama hidupnya.
Dalam Tarian Ma’Randing ditunjukkan bagaimana seseorang dalam memakai senjata tradisional. Selama menari, para penarinya juga berteriak salang menyemangati dan diikuti pula oleh para penontonnya. Makna asli tarian ini adalah penjagaan desa, juga melindungi pada gadis muda dari penculikan desa tetangga.
Tari Pakarena
Tari Pakarena atau Tari Kipas Pakarena adalah ekspresi kesenian suku Makassar yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Gowa. Rangkaian gerakannya mencerminkan karakter halus dan lembut wanita Sulawesi Selatan. Sementara kaum lelakinya yang keras dan tegas terwakili oleh hentakan musik yang mengiringi tarian ini.
Tarian yang selalu dikaitkan dengan etika perempuan Makassar ini banyak dijumpai di Kabupaten Gowa, Takalar, Bantaeng dan Kep. Selayar. Dibawakan oleh sekitar 4 penari perempuan. Gerakannya lembut dan halus sehingga terkesan kontradiktif dengan tabuhan musik yang bergemuruh bertalu-talu yang mengiringinya.
Para pemusik bermain dengan sangat kencang. Terlebih pemain gendang yang memainkan alat musik membranofon dengan sangat energik. Ia adalah pemimpin yang menentukan irama dan tempo. Selain gendang, ada juga alat musik lain yang mengiringi tarian ini, seperti gong, katto-katto, dan puik-puik.
Tari Pattennung
Patennung merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan yang menggambarkan aktivitas perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Secara keseluruhan dalam tarian ini ditunjukkan ketekunan dan kesabaran serta bagaimana gigihnya para perempuan Sulawesi Selatan dalam melakoni aktivitasnya tersebut.
Tarian Sulawesi Selatan inilah yang berhasil memecahkan rekor dunia MURI. Rekor tersebut didapat setelah tarian ini dipentaskan secara massal pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-58 Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam acara yang digelar pertengahan Februari 2018 yang lalu ini, Patennung dibawakan oleh 3.058 penari.
Tari Manimbong
Manimbong adalah satu di antara ragam tari tradisional Suku Toraja. Tarian adat yang secara khusus di tarikan oleh kaum pria ini merupakan bagian dari upacara Rambu Tuka’. Upacara adat yang dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur. Sehingga di dalamnya tidak ada kesedihan, yang ada hanyalah kegembiraan.
Sebagaimana maksud dari Rambu Tuka’, Tarian Manimbong seolah menjadi cara bagi kaum pria di Tana Toraja untuk mengungkapkan rasa syukur mereka. Sejumlah 20-30 penari yang umumnya pria dewasa menari dengan diiringi syair lagu khusus. Durasi tarian selalu bergantung pada variasi gerakannya, antara 7-10 menit.
Busana yang dipakai oleh para penari adalah Baju Pokko’ dan Seppa Tallu Buku, kain khas Toraja yang berselempang kain antik. Dilengkapi juga dengan la’bo’ penai (parang khas Toraja) serta sejenis tameng kecil bermotifkan ukiran Toraja yang disebut okkah-okkah.
Tari Gandrang Bulo
Tarian Sulawesi Selatan lainnya adalah Gandrang Bulo yang merupakan tarian tradisional khas Makassar. “Gandrang” berarti tabuhan dan “Bulo” berarti bambu. Dinamakan seperti itu karena tarian ini pengiring utama yang sekaligus menjadi ciri khasnya adalah tabuhan bambu dan gendang.
Tarian Gandrang Bulo merupakan tarian rakyat yang bernuansakan keceriaan. Di dalamnya biasanya diselingi dialog kritis namun dibungkus dengan kejenakaan. Kesenian ini sering digunakan masyarakat untuk merespon kondisi sosial. Tidak jarang kritikan begitu keras, namun dikemas dalam bentuk banyolan yang mengundang tawa.
Di masa penjajahan Jepang di Indonesia, rakyat Sulsel menderita karena diberlakukan kerja paksa. Sebagai hiburan di saat istirahat, mereka bermain-main menyanyikan lagu-lagu jenaka sambil beradegan lucu yang diambil dari gerakan tentara Jepang. Kurang lebih demikianlah awal kelahiran tarian ini.
Tari Bosara
Tari Bosara atau Tari Paduppa Bosara merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan dari suku Bugis-Makassar. Bosara sendiri adalah wadah khas Bugis Makassar untuk menyajikan kue dalam suatu hajatan atau pesta adat. Bosara terlihat unik dan indah karena memiliki penutup berhias warna-warna terang, merah, biru, hijau atau kuning.
Dalam Tari Bosara, ditunjukkan bagaimana cara orang-orang Bugis-Makassar menghormati tamu mereka karena Bosara sendiri telah menjadi semacam simbol adat Sulsel. Dari awal sejarahnya, tarian ini digunakan sebagai tari penyambutan tamu agung, selain juga disajikan untuk menjamu raja, serta di berbagai pesta adat.
Tari Pajoge
Pajoge merupakan salah satu jenis tarian hiburan dan kerakyatan dari suku Bugis Makassar Sulawesi Selatan. Ada dua macam tarian Pajoge, yakni Pajoge Makkunrai (perempuan) dan Pajoge Angkong (waria atau wadam). Karena mungkin ditarikan oleh wanita, Pajoge Makkunrai menjadi lebih berkembang.
Tari Pajoge Makkunrai dipertunjukkan dalam istana atau di kediaman ningrat. Penarinya adalah gadis dari kalangan rakyat biasa. Penari Pajoge menari sambil bernyanyi dan mencari salah satu dari penonton (umumnya laki-laki) yang melingkarinya untuk dijadikan pasangan menari.
Penari biasanya berjumlah genap, bisa 4, 8, 10, 12 dan seterusnya. Jumlah tersebut selalu disesuaikan dengan pementasan. Penari ini haruslah seorang gadis atau belum menikah dan wajib bisa menyanyi atau makkelong. Selain itu, harus cantik dan memiliki postur tubuh agak berisi (malebu-lebu/mabondeng).
Tari Alusu
Tari Alusu atau Sere Alusu merupakan tarian Sulawesi Selatan yang berasal dari Kabupaten Bone. Salah satu jenis tarian rakyat yang difungsi sebagai tari penyambutan tamu. Dalam sejarahnya, Alusu telah ada sejak abad ke-14, ketika Raja Bone I yakni Raja Tomanurung masih berkuasa.
Nama tarian ini berasal dari properti yang digunakan yang disebut lalosu. Lalosu berupa seruas bambu yang dibungkus anyaman daun lontar serta kain warna merah atau kuning. Ujungnya berbentuk seperti kepala burung, sementara pangkalnya diberi hiasan sebagai ekor burung tersebut.
Penari Alusu biasanya para bissu yang memang bertugas melaksanakan upacara-upacara, seperti pelantikan raja, penerimaan tamu agung, upacara kelahiran, kematian dan lain sebagainya. Mereka menari dengan mengenakan baju tokko dan sarung. Untuk pengiringnya digunakan gendang dan gong.
Pa’bitte Passapu
Pa’bitte Passapu (Bitte Passapu) merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan yang terinspirasi oleh tradisi adu ayam. Tarian yang namanya bermakna menyabung sapu tangan ini merupakan kesenian adat Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba. Tari ini lahir sebagai pengganti kebiasaan sabung ayam seiring dengan masuknya agama Islam.
Di masa awal, Pabitte Passapu sering kali dipertunjukkan saat pelantikan raja di Kajang dan pesta adat lainnya. Adapun saat ini lebih digunakan untuk menyambut tamu adat atau hiburan dalam acara pernikahan. Tarian Pa’bitte Passapu disajikan dengan diiringi nyanyian dan alat musik sembari menyabung sapu tangan atau pun ikat kepala.
Tari Pa’gellu
Pa’gellu atau ma’gellu dalam bahasa Toraja berarti menari dengan riang gembira sambil tangan dan badan bergoyang gemulai. Dari pengertian ini Tari Pa’Gellu merupakan tarian tradisional Toraja yang bernuansakan keceriaan yang biasa disajikan pada upacara adat di Tana Toraja yang bertemakan gembira (Rambu Tuka’).
Tersebutlah nama Nek Datu Bua’ yang pertama kali menciptakan tarian ini, yakni ketika kembali dari medan perang yang kemudian dirayakan dengan menari penuh kegembiraan. Waktu itu belum ada gendang sehingga digunakan lesung sebagai pengiring tari. Gerakan tari lebih merepresentasikan aktivitas keseharian gadis-gadis Toraja maupun tiruan gerakan hewan
Gallery Tarian Dari Sulawesi Selatan
Arsip Tarian Adat Sulawesi Selatan Blog Kulo
10 Karya Baru Tari Kreasi Dipentaskan Di Makassar Makassar
Tarian Maduppa Meriahkan Festival Seni Dan Budaya Nusantara
Sungguminasa Images Vacation Pictures Of Sungguminasa
Tari Paraga Di Makassar International Eight Festival 2019
Ragam Tari Nusantara Tampil Dalam Kibar Budaya V Hu Kabar
Inilah 10 Tarian Tradisional Dari Sulawesi Selatan Dan
Tari Pakarena Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas
Tari Pepeka Ri Makka Api Suci Dari Mekah Tarian Yang Ber
Tribunwiki Ada 8 Bahasa Daerah Di Sulawesi Selatan Ini
Tari Kipas Pakarena Dari Makassar Sulawesi Selatan Www
Anging Mammiri Dan Tarian Pa Duppa Hangatkan Australia Fajar
Tari Padduppa Bosara Tari Tradisional Sulawesi Selatan
12 Tarian Sulawesi Selatan Lengkap Gambar Dan Penjelasanya
Tari Kipas Pakarena Tarian Tradisional Dari Sulawesi Selatan
Gelar Tari Remaja 2019 Sulawesi Selatan Tari Karaeng Pattingallong Smkn 2 Gowa
Kembangkan Seni Tari Tradisional 4 Etnis Di Sulawesi Selatan
Tari 4 Etnis Sulawesi Selatan Olymppia2015
Tarian Tradisional Dari Sulawesi Selatan Dan Penjelasannya
Tari Kipas Sulawesi Selatan Di 2019 Budaya Dan Penari
Representasi Perempuan Bugis Dalam Tari Pakarena Kesenian
10 Tari Tradisional Sulawesi Selatan Tradisikita
Distributor Alat Peraga Edukatif Mb Tarian Adat Sulawesi Selatan
Tarian Pa Jaga Dari Sulsel Jadi Pembuka Nusantara
0 Response to "Tarian Dari Sulawesi Selatan"
Post a Comment