Agama Pertama Di Dunia
Munculnya Agama-Agama Dunia, Hinduisme,Buddhisme dan Kekristenan
Kesadaran beragama agaknya telah berakar dalam fitrah
manusia. Bila kita selami lubuk hati manusia, dengan tiada
mengingat berbagai bentuk dan kelahiran dari bermacam-macam
agama, maka kita akan sampai kepada asal-muasal dari manakah
pertanyaan tentang keagamaan itu bermula. Para peneliti di bidang
psikologi ilmu bangsa-bangsa dan sosiologi telah sampai kepada
kesimpulan yang lebih mendasar lagi akan hadirnya sifat azali ini
dalam diri manusia. Dibalik sistem-sistem agama itu, dan
bersamaan dengan perbedaan di antara agama dengan agama yang
lain, maka ada suatu aturan sejarah yang tetap, yang selalu
menyelaraskan manusia dalam suatu tatanan tertentu dan cenderung
mengejawantahkan dalam bentuk keagamaan.
Gambaran tentang dimensi keagamaan ini dapat ditelusuri
melalui bermacam-macam sistem dan melalui berbagai
pembahasan. Di satu sisi, hal itu dapat dilihat pada gerak akal
fikiran manusia yang tiada henti mempertanyakan dirinya tentang
sumber dan asal-usulnya, keinginan jiwanya yang keras untuk
menemukan arti sejati dari hidup dan gerak-langkahnya di dunia ini
serta upaya untuk mengerti hubungannya dengan segala sesuatu. Di
sisi lain keinginan ter-sebut telah mendorongnya mencari sesuatu
yang azali dan setia memberikannya ‘kebajikan’ serta mengatur
segala sesuatunya.
Pembahasan
a. Agama-Agama Dunia
Agama yang pertama kali muncul adalah agama Hindu, agamaini merupakan agama tertua di Dunia. Dalam agama Hindu terbagi menjadi bebrapa agama lagi yaitu:
· Agama Weda
Para ahli sejarah menyatakan tentang pendatang baru ini
termasuk ras Indo-Eropah yang menyebut diri mereka sebagai
bangsa Arya. Untuk keterangan mengenai peradaban dari agama
bangsa Aria ini kami berpegang penuh kepada Kitab Weda yang
merupakan kumpulan puji-pujian yang termasyhur, terdiri dari
empat yang termasyhur, yakni Rig Weda, Yajur Weda, Sama Weda,
dan Atharwa Weda. Dari kesemuanya ini, Rig Weda adalah yang
paling awal dan yang paling penting serta berisikan 1028 puji pujian
Agama Indo-Aria sebagaimana ditemukan dalam Rig Weda
digambarkan sebagai penjelmaan alam. Dewa-dewi agama Weda
ini adalah penjelmaan lebih kurang sebagai pengejawantahan dari
daya-daya kekuatan alam. Agni adalah dewa api, Bayu adalah dewa
angin, Surya adalah dewa matahari, dan seterusnya. Mereka
dipandang sebagai makhluk yang lebih tinggi dari manusia, dan
kewajiban manusia untuk menyembah, mematuhi, dan memberi
sesaji kepada mereka. Jadi terdapat banyak tuhan dalam agama
bangsa Aria. Bentuk penyembahan yang utama dalam Kitab Weda adalah
Yajma, yakni upacara pengorbanan kepada dewa-dewa. Para
hadirin melingkari seputar api pengorbanan dan sesaji dikumpulkan
didalamnya. Sesaji itu terdiri dari men-tega, susu, minuman yang
memabukkan, dan barang-barang lain semacam itu. Binatang utama
yang dikorbankan adalah kambing, domba, sapi, dan seringkali juga
kuda. Kurban itu terutama dimaksudkan sebagai cara
menyenangkan hati para dewa untuk memperoleh keberuntungan
dari mereka.
· Agama Brahmana
Dengan berlalunya waktu, kaum Indo Arya maju melewati
Punjab dan memasuki Lembah Gangga dan Jamuna. Mereka
berhasil menindas penduduk asli dan diturunkan derajatnya menjadi
budak (Sudra). Selama periode ini juga berlangsung pertempuran di
dalam masyarakat Indo Arya sendiri, di antara para perwira
(kesatria) dan ulama (Brahmana). Tadinya para kesatria di atas
tetapi kini kaum Brahmana meningkat sebagai golongan paling
tinggi dan paling berkuasa. Mereka mendapat kesenangan dengan
berlalunya waktu, dan hampir-hampir mendekati tingkat ketuhanan
serta diberikan kepada mereka kehor-matan sebagai kasta yang
paling tinggi. Sistem kasta yang tidak adil, tepat bersamaan dengan
adanya agama baru di kalangan mereka dan ini ditunjukkan
sebagaimana adanya agama Brahmana
Kitab-kitab yang disucikan oleh Brahmana disusun oleh
pendeta agama Brahmana sekitar abad kedelapan sebelum masehi
untuk menjelaskan asal usul mukjizat dan daya kekuatan
pengorbanan. Kitab tersebut juga memberi rincian secara monoton dan tidak masuk akal bagaimana upacara suci itu dilangsung-kan.
Kitab itu juga dipenuhi dengan dongeng-dongeng yang aneh-aneh,
baik dari manusia maupun dewa-dewa
· Agama Upanishad
Tingkat selanjutnya dalam perkembangan fikiran keagamaan di
India membawa kita kepada revolusi pertama terhadap kaum
Brahmana. Buah fikiran dari para Rishi atau kisah-kisah
kepahlawanan dari orang-orang yang mendapat ilham Ilahi telah
mengakibatkan perkembangan yang menakjubkan dan ini
dikandung dalam Kitab Upanishad. Professor Hiriyanna menulis:
“Berbicara lebih luas lagi, ajaran Upanishad menandakan suatu
reaksi terhadap kaum Brahmana yang sebagaimana ditunjukkan
telah menanamkan suatu sistem upacara agama yang pelik. Lebih
dari satu tempat, kitab Upanishad mengutuk nilai-nilai upacara
pengorbanan”.
Kisah-kisah kepahlawanan yang terdapat dalam Upanishad
mengutuk para pendeta Brahmana dan upacara-upacara mereka
yang mengandung istilah tidak menentu.
“Terbatas dan sementaralah hasil dari upacara-upacara agama
orang-orang yang sesat dan menganggap itu sebagai tujuan
tertinggi, mereka hanya berada dalam ritual lahir dan mati saja.
Kehidupan mereka dalam jurang kebodohan namun merasa bangga
dan terus berputar-putar, ibarat orang buta menuntun orang buta
lagi.
b. Bangkitnya Hinduisme
India adalah tanah air dari berbagai suku bangsa, kebudayaan,
dan agama. Kami telah menggambarkan beberapa gerakan agama
ini pada halaman-halaman terdahulu. Sekarang kita mencapai tahap
di mana kita saksikan suatu usaha yang mengherankan dengan
memasukkan segenap kepercayaan agama, filsafat, dan praktiknya
ke dalam satu sistem yang kita namakan Hinduisme. Kita melihat
manifestasi semangat Hindu yang aneh – semangat untuk
mensintesis, kompromi. Hinduisme menyerap ke dalam dirinya
sendiri ide-ide keagamaan, gambaran dan praktik kehidupan dari
bangsa Drawida dengan Wedanya, Brahmana dengan
Upanishadnya, dan Bhagawat Gita dengan Sri Krishna, dan bahkan
praktik animisme dan primitif serta kegemaran dari bangsa asli
India. Hinduisme mengorganisasi keberanekaragaman yang jelasjelas
tidak serasi dalam satu sistem, namun mereka tidak
menghapuskan variasi ataupun mengambil keputusan yang ketat
terhadap satu golongan, satu konsepsi keagamaan, ataupun pada
cara penyembahan tertentu.
Bangsa Drawida telah menyumbangkan kepada Hinduisme
banyak dewa-dewa (termasuk Siwa dan dewa dewi), adat kebiasaan
keagamaan yang menyembah patung, kependetaaan, serta mandi
suci di sungai keramat, dan doktrin tentang reinkarnasi dan avtar.
Mula-mula Siwa dikenal sebagai dewa badai dalam Weda, yakni
Rudra, dan belakangan timbul sebagai satu dari tiga dewa utama.
Agama Weda telah menyumbangkan sistem pengorbanan dan
dewa-dewa alam. Dari agama Brahmana masuk kepercayaan
keabadian Weda, sistem kasta, dan sederetan upacara-upacara serta
ritual agama yang melelah-kan. Agama Upanishad yang awalnya
dibentuk untuk melawan dan mengutuk Brahmaisme pada akhirnya
dibuat kompromi dengan mensublimasikan kon-sepsi Realitas
Terakhir dan jalan bersatu dengan Tuhan ke dalam ajaran Hindu.
Sri Krishna yang telah mendirikan suatu agama tersendiri, akhirnya
juga dimasukkan dalam Hinduisme dengan membuat suatu avtar
atau inkarnasi dari tuhan agama Hindu Wishnu; kitab sucinya
Bhagawad Gita dimasukkan setelah direvisi seperlunya dalam epos
Hindu Mahabrata, dan monoteisme serta ajaran peningkatan moral
dijadikan bagian dari Hinduisme.
Di samping bangsa Drawida dan Arya terdapat pula sejumlah
besar penduduk asli. Mereka memiliki satu tingkat kebudayaan
yang sangat rendah. Mereka menyembah setan dan hantu serta juga
menyembah sungai, gunung, pepohonan, serta binatang. Tata cara
serta cara penyembahan mereka itupun masuk dalam Hinduisme.
Di antara dewa-dewa yang muncul dari budaya kaum pribumi asli
adalah dewa yang dahsyat, Kali, (yang digambarkan dalam mitologi
Hindu sebagai istri Siwa) dan Ganesha sebagai dewa setengah
gajah setengah manusia sebagai putera Siwa dengan dewi Parawati.
Seringkali dikatakan bahwa Hinduisme adalah gudang segala
macam percobaan keagamaan dan bukanlah satu agama yang
tunggal. Mengutip kata-kata Jawaharlal Nehru:
“Hinduisme sebagai suatu keimanan adalah samar-samar, tidak
berbentuk, banyak sekali sisinya, semua barang untuk semua orang.
Sangat sukar untuk mendefinisikan atau menyatakan secara pasti
apakah itu agama atau bukan dalam rasa bahasa yang biasa. Dalam
bentuk yang sekarang ini, dan bahkan di waktu yang lampau
Hinduisme merangkum banyak kepercayaan dan adat istiadat dari
tingkat tertinggi sampai ke tingkat terendah seringkali berlawanan
atau bertentangan satu dengan lainnya”.
Meskipun agama Hindu memberi kebebasan dalam meyakini
konsepsi ketuhanan (politeisme, pantaisme,atau monoteisme) dan
mempergunakan objek dan cara penyembahan apapun (dengan atau
tanpa patung), namun agama Hindu mengharuskan keseragaman
yang ketat dalam menjalankan aturan-aturan hidup tertentu
sebagaimana tercermin dalam hubungan masyarakat Hindu dan
sistem kasta. Tulis Mrs. Annie Besant:
“Kebebasan pandangan, namum kolot dalam kehidupan ini
telah menjadi ciri khas Hinduisme walaupun telah melalui evolusi
yang sangat panjang. Seorang Hindu boleh berfikir semaunya
tentang Tuhan – sebagai kesatuan atau terpisah dari alam semesta,
bahkan boleh menghapuskan Nya sama sekali – namun begitu tetap
kolot, yakni dia tidak boleh kawin dengan kasta lain ataupun
memakan makanan yang ternoda”.
Sepanjang ini, kami telah menelaah evolusi agama Hindu serta
asal-usul perkembangan bermacam kepercayaan yang akhirnya
terserap dalam Hinduisme. Sekarang kita akan mempelajari segisegi
yang berbeda dari aspek agama ini – teologi, filsafat, institusi
sosial, dan nilai moralnya.
- Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
- Aku bertekad akan melatih diri menghindari pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan.
- Aku bertekad akan melatih diri menghindari melakukan perbuatan asusila
- Aku bertekad akan melatih diri menghidari melakukan perkataan dusta
- Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran
Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip sebab akibat. Kamma (bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Jadi ada aksi atau karma baik dan ada pula aksi atau karma buruk. Saat ini, istilah karma sudah terasa umum digunakan, namun cenderung diartikan secara keliru sebagai hukuman turunan/hukuman berat dan lain sebagainya. Guru Buddha dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan secara jelas arti dari kamma:
”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”
Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano), yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala).
Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum alam yang berkerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai Kamma Vipaka. Aliran Buddha antara lain yaitu:
Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.
c. Yudaisme dan Kristenan
Yudaisme adalah kepercayaan yang dianut oleh bangsa Yahudi yaitu penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar negeri. Sejarah bangsa Yahudi bermula dari panggilan Allah terhadap Abraham. Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa diaspora (sejak tahun 734 SM), ketika puluhan ribu orang Yahudi di buang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati hukum dan taurat mereka.
Sebagian dari mereka yang di buang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak di cemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir.
Salah seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan ini terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan kitab-kitab PL. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan dewan Sanhedrin.
Ø Aliran-Aliran Dalam Yudaisme
Walaupun orang Yahudi memegang hukum agama yang sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran. Antara lain :
a. Kaum Farisi
Berasal dari kata parash, artinya “memisahkan”. Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir PL (Tanakh), yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat.
b. Kaum Saduki
Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran PL yang mereka terima hanyalah 5 kitab Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural, malaikat, atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat.
c. Kaum Zelot
Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pembrontakkan melawan pemerintah Romawi.
d. Kaum Esseni
Eseni artinya “saleh” atau “suci”. Keberadaan mereka diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.
e. Kaum Helenis
Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka.
Ø Persamaan Antara Yudaisme dengan Kekristenan
Jika di lihat dari segi sejarahnya, kekristenan berkaitan erat dengan Yudaisme. Sebab kekristenan dan Yudaisme sama-sama berasal dari “keturunan” Israel. Hingga pada akhirnya Yudaisme dengan Kekristenan tidak mungkin menjadi saru agama sebab terjadi diskontinuitas. Dibawah ini adalah penjabaran diskontinuitas tersebut ditinjau dari lima pilar penopang Yahudi.
Sejak awal sampai akhirnya, pencarian orang Yahudi untuk memperoleh makna dalam kehidupan ini berakar dalam pengertian mereka tentang Tuhan.[6] Konsep ke-Tuhanan dalam agama Yudaisme adalah monoteisme. Mereka sangat ekstrim dalam hal ini. Sehingga bagi mereka, konsep Tuhan yang mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bidat dalam Yudaisme. Sebab mereka sangat berpegang teguh pada apa yang tertulis dalam Kitab Torah. Misalnya “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa. Inilah yang membuat mereka sangat tidak setuju dengan Trinitas dalam Kekristenan.
Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan konsep yang mendasar antara Yudaisme dengan Kekristenan adalah mengenai Kristus. Yudaisme tidak percaya kepada Yesus, tetapi mereka sampai hari ini masih menantikan kedatangan Juruselamat yang dijanjikan. Bagi Yudaisme, kristologi dalam kekristenan telah melanggar monoteisme teologis yang dipertahankan kuat-kuat oleh Yudaisme. Dilihat dari sudut pandang Yahudi, dengan menyetarakan Yesus dengan Allah, kekristenan telah membuat diskontinuitas antara dirinya dengan Yudaisme, meskipun kekristenan tetap mempertahankan kepercayaan. Dalam Injil Yohanes terlihat tahap-tahap paling awal dari pemisahan kekristenan dari Yudaisme di dalam suatu kawasan lokal tertentu (di Galatia) serta permusuhan tajam yang ditimbulkan oleh pemisahan ini. Penyebab akar dari pemisahan ini adalah kristologi, menyangkut pertanyaan apakah Yesus itu sang Mesias Yahudi yang dinantikan. Orang Yahudi yang mengakui Yesus sebagai sang Mesias dikucilkan dari sinagog, sebab dalam pandangan otoritas Yahudi, Yesus sama sekali bukan sang Mesias Yahudi karena Yesus tidak memenuhi persyaratan sebagai seorang Mesias.
Ø Pemilihan Allah terhadap orang-orang Yahudi
Yudaisme sangat ekslusif, mereka mengklaim bahwa hanya bangsa Yahudi yang merupakan Umat Pilihan Tuhan. Mereka percaya bahwa mereka telah secara khusus dipilih oleh Allah di antara segala bangsa, bahwa Allah yang esa dan satu-satunya telah mengikatkan diri-Nya dengan Israel dan Israel dengan diri-Nya melalui suatu ikatan perjanjian. Namun dewasa ini orang Yahudi sendiri tidak sepaham dalam menafsirkan ajaran tentang bangsa yang Terpilih ini.
Bagi Kekristenan, etnosentrisme Yahudi yang dipertahankan Yudaisme perlu ditolak oleh kekristenan sebab umat Allah juga terdiri atas bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Allah tidak dipahami sebagai Allah yang lokal. Dalam hal ini, diskontinuitas antara kedua agama ini sangat tajam. Sebab dasar kekristenan dan Yudaisme itu sendiri sudah berbeda. Orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Mesias, sedangkan orang Yahudi tidak percaya. Bagi kekristenan, Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya untuk memberitakan Injil kepada semua orang.
Ø Perjanjian yang berpusat pada Taurat
Bagi orang-orang Yahudi, Allah Sang Pencipta dunia mengikat Perjanjian dengan umat Israel, bahwa Allah akan menjadi Allah mereka dan Israel akan menjadi umat-Nya dan bahwa Ia akan menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, serta menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka. Jadi salah satu bagian Perjanjian itu adalah pemberian Taurat. Sebagai respons orang Israel terhadap ikatan perjanjian itu, yang menjadikan mereka umat khusus kepunyaan Allah, mereka harus menaati Taurat dengan sepenuh hati mereka, dengan seluruh cara kehidupan mereka sebagai umat perjanjian.
Bagi Kekristenan, meskipun Rasul Paulus dalam Roma memberi tempat penting bagi Taurat, tetapi ia menyatakan bahwa Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Karena Kristus telah datang, maka hukum Taurat sudah digenapkan dalam diri Kristus. Selama orang masih berada di bawah hukum Taurat, dosa berkuasa atas dirinya; tetapi kalau orang sudah di bawah karunia Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, dia sudah dibebaskan dari dosa. Itulah yang menjadi diskontinuitas antara Yudaisme dengan kekristenan.
Ø Konsep Ibadah
Keputusan yang mengatur dalam Yudaisme bukanlah kepada seseorang ataupun kelompok orang dalam Yudaisme, akan tetapi hanya berasal dari tulisan-tulisan, hukum, dan tradisi. Demikian pula dengan mereka. Dalam hal ini Kekristenan sangat berbeda dengan Yudaisme. Sejak Yohanes Pembaptis muncul, maka selesailah fungsi Yudaisme. Oleh sebab itu simbol nama, simbol hari, dan simbol binatang korban, yang ada dalam tradisi Yudaisme sudah berlalu bagi orang percaya. Kemudian dimulailah masa ibadah yang rohaniah (Yoh.4:23). Di dalam ibadah Kristen, yang disembah bukan lagi simbol, melainkan Allah yang disembah. Kesucian yang ditekankan dalam ibadah adalah kesucian hati bukan jasmani. Dengan demikian terjadilah diskontinuitas antara ibadah Yudaisme dengan ibadah kekristenan.
Daftar Pustaka
Braswell, George W, Understanding World Relogions, Tennessee : Nashville, 1994.
Fackenheim, Emil L, What Is Judaism?, USA : Syracuse University Press, 1999.
Fishbane, Michael A, Judaism, San Francisco : Harper & Row Publisher, 1987.
Foerster, Werner, From The Exile to Christ, Philadelphia : Fotress Press, 1981.
Smith, Huston, Agama-Agama Manusia, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1985.
Taylor, Justin, Asal Usul Agama Kristen, Yogyakarta : Kanisius, 2007.
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Yahudi
http://wapedia.mobi/id/Dasar-dasar_iman_Yahudi
http://www.ioanesrakhmat.com/2009/07/pilar-pilar-yudaisme-periode-bait-allah.html
Gallery Agama Pertama Di Dunia
Fusi Fp Uns On Twitter Agama Yang Paling Banyak Dianut
David Halomoan Malau On Twitter Astaga
Sister Aishah S Islamic Journey Mwa S Ramadan Buddy Quit
Kristen Agama Terbesar Di Dunia Mamesahjimmy S Blog
Data Terbaru Jumlah Penganut Agama Di Dunia Tumoutounews
Islam Adalah Agama Pertama Di Atas Dunia Dan Hanya Islam Agama Yg Di Akui Allah Subhanallahu Ta Ala
Euthanasia Pandangan Dari Agama Berlainan
Kisah 25 Nabi Rosul For Android Apk Download
Read This In My Islamic Studies Class Exmuslim
6 Agama Terbesar Di Dunia Urutan Profil Dan Tingkat
Warta Smart Artikel Sejarah Agama Islam Telengkap Menurut
In The Press Page 5 Halal4pharma
Yashvenn On Twitter Here S Some Notes On Tamadun Islam
Orang Yang Pertama Kali Memeluk Agama Islam Orang Pertama
Cemplung Competitors Revenue And Employees Owler Company
Agama Pertama Di Dunia Anakgaul Id
Apa Agama Di Bumi Adalah Yang Pertama Agama 2019
Jejak Sejarah Manusia Pertama Di Bumi Apa Bukan Adam Dan H
Buku Agama Islam Kisah Riwayat Sejarah Nabi Muhammad Saw Siti Amanah
New Halal Frontier Products Halal4pharma
Terorismodern Hashtag On Twitter
7 Agama Baru Paling Menggemparkan Di Dunia
Survei Koran Kompas Kisah 4 Penyakit Dan Pembunuh Paling
0 Response to "Agama Pertama Di Dunia"
Post a Comment