Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas daya beli adalah sebuah metode yang digunakan untuk menghitung sebuah alternatif nilai tukar antar mata uang dari dua negara. PPP mengukur berapa banyak sebuah mata uang dapat membeli dalam pengukuran internasional (biasanya dollar), karena barang dan jasa memiliki harga berbeda di beberapa negara.
Contoh : harga 1 kg gandum di USA = $2, harga 1 kg gandum di UK = ₤1, maka nilai tukar antara dollar dan poundsterling: ER = $2/₤ 1 = 2.
Ada beberapa kelemahan dari “hukum satu harga”,yaitu :
1. Biaya transportasi, hambatan perdagangan, dan biaya transaksi lainnya, bisa menjadi signifikan.
2. Harus ada pasar yang kompetitif untuk barang dan jasa di kedua negara.
3. Hukum satu harga hanya berlaku untuk barang yang diperjual-belikan; barang tidak bergerak seperti rumah, dan banyak layanan yang bersifat lokal, tidak dapat diperdagangkan antar negara.
Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan :
1. Absolute Purchasing Power Parity
Teori ini menyatakan bahwa nilai tukar antara dua mata uang sama dengan perbandingan (ratio) antara dua tingkat harga umum kedua negara tersebut.
Contoh : harga 1 kg gandum di USA = $2, harga 1 kg gandum di UK = ₤1, maka nilai tukar antara dollar dan poundsterling: ER = $2/₤ 1 = 2.
Pendekatan ini didasari oleh hukum satu harga (law of one price) yang menyatakan bahwa dalam keadaan perdagangan bebas (free trade) barang-barang yang sejenis seharusnya mempunyai harga yang sama di keduanegara (setelah dikurangi ongkos angkut), sehingga kemampuan membeli masing-masing matauan gmenjadi setara.
Ada beberapa kelemahan dari “hukum satu harga”,yaitu :
1. Biaya transportasi, hambatan perdagangan, dan biaya transaksi lainnya, bisa menjadi signifikan.
2. Harus ada pasar yang kompetitif untuk barang dan jasa di kedua negara.
3. Hukum satu harga hanya berlaku untuk barang yang diperjual-belikan; barang tidak bergerak seperti rumah, dan banyak layanan yang bersifat lokal, tidak dapat diperdagangkan antar negara.
2. Relative Purchasing Power Parity
Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai tukar selama satu periode tertentu proporsional terhadap perubahan relatif tingkat harga di kedua negara dalam periode yang sama.
Contoh : Jika tingkat harga-harga umum di negara B dari tahun dasar ke-tahun 1 tidak mengalami perubahan, sementara itu tingkat harga-harga umum di negara A meningkat 50%, maka menurut PPP relatif, nilai tukarantara mata uang negara A dan negara B (B/A) naik menjadi 50% (atau mata uang negara A mengalami depresiasi sebesar 50%) pada periode 1 dibandingkan pada periode dasar.
Kelemahan dari Relative Purchasing Power Parity :
· Rasio antara harga barang dan jasa non-traded terhadap harga barang dan jasa traded lebih tinggi di negara-negara maju daripada di negara-negara berkembang. Salah satu alasannya, adalah bahwa teknik produksi barang dan jasa non-traded di negara berkembang dan negara maju relatif hampirsama, namun para pekerja di bidang ini di negara maju menerima gaji yang lebih besar dibandingkan dengan para pekerja pada produksi barang dan jasa traded.
· Selama indeks harga umum termasuk didalamnya barang dan jasa traded dan non-traded, dan harga-harga barangdan jasa non-traded tidak sama dalam perdagangan internasional tetapi lebih tinggi di negara maju, maka pendekatan PPP relatif akan cenderung memberikan hasil bahwa mata uang negara berkembang dinilai terlalu rendah atau nilai tukardi negara berkembang mengalami undervalued.
Menghitung kurs berdasarkan teori PPP
Menurut Interpertasi absolut PPP, perbandingan nilai satu mata uang denganmata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara.Contoh : harga 1 kg gandum di AS adalah $1 dan di Indonesia sebesar Rp1.000 , maka kurs antara dolar dan rupiah adalah $1 = Rp 1.000.
PP=(Rp 1000/kg)/($ 1/kg)=1000
Jika terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurstersebut haruslah mengalami perubahan pula. Misalnya, kalau harga-harga diIndonesia naik 3x lipat dan di AS hanya naik 2x lipat, maka kurs Ppnya akanmenjadi:
Kurs PP yang didasarkan pada perubahan harga inilah yang sering disebut kurs PPdalam arti relatif.
Namun demikian, perhitungan diatas kurang mencerminkan kenyataan kurs yang terjadi di negara-negara berkembang. Dengan dasar teori PP, kurs di negaraberkembang akan selalu rendah, sebab biasanya harga barang-barang yang tidaktermasuk dalam perdagangan luar negeri (tukang cukur atau jasa dokter) terlalurendah bila dibandingkan dengan harga jasa tersebut di negara maju. Biasanyanegara berkembang mengalami defisit neraca pembayaran (terdapat kelebihanpermintaan valas) sehingga kurs naik.
Sistem kurs yang berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas. Permintaan valas diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran ke luarg negeri (impor). Permintaan valas diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Sedangkan penawaran valas berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi keredit neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan “kuat” apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan “lemah” apabila peraca pembayarannya mengalami defisit. Transaksi autonomous debit dan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam maupun luar negeri, termasuk harga, pendapatan dan tingkat bunga.
Semua kegiatan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah (fiskal dan moneter) yang mempengaruhi pendapatan, harga serta tingkat bunga secara tidak langsung akan mempengaruhi kurs. Kebijakan pemerintah (kenaikan pengeluaran misalnya) akan menaikkan pendapatan dan harga yang menyebabkan impor naik dan berarti akan menaikkan permintaan valas. Akbita selanjutnya, kurs valas akan naik (depresiasi mata uang sendri).
Argumen pro dan kontra kurs yang berubah-ubah
Suatu sistem kurs yang berubah-ubah menghendaki lepasnya bank sentral di dalam campur tangan dalam pasar valuta asing.sistem ini menimbulkan banyak perbedaan antara lain :
11.8.1 yang setuju : Mengatakan bahwa keuntungan /manfaat sistem kurs yang berubah adalah naiknya efesiensi di dalam alokasi faktor produksi yang kontra : mengatakan bahwa kurs yang berubah akan mengakibatkan ketidaksetabilan didalam lalulintas pembayaran internasional sehingga dapat mengurangi volume perdagangan .
11.8.2. Yang setuju : ketidaksetabilan di dalam lalulintas pembayaran serta turunya volume perdangan tersebut diatas adalah alasan yang terlalu besar – besarkan
Yang Kontra : Penyesuaian harga yang cepat seperti di atas ini sangat bertetangan dengan waktu antara perubahan harga /kurs dengan perubahan di dalam ekspor dan impor .spekulasi,akhira menambah ketidakstabilan (destabilizing speculation)
0 Response to "Purchasing Power Parity Adalah"
Post a Comment