Khutbah Idul Fitri 1438 H
Khutbah Idul Fitri 1438 H Kunci Kemenangan Umat Islam
Contoh Kutbah Idul Fitri 1 Syawal 1438 H
Contoh Kutbah Idul Fitri 1 Syawal 1438 H الله اكبر 9 × الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيل. لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد. Bersama terbitnya fajar 1 syawal. Pagi ini kaum Muslimin di seantero dunia mengumandangkan takbir dan tahmid sembari memuji dan mengagungkan kebesaran Ilahi rabbi “الله أكبر “ sungguh allah Maha Besar! ولله الحمد Segala puji hanya patut dipersembahkan bagi-Mu Ya Allah Tuhan semesta alam. Pada hari ini seluruh umat Islam tidak peduli mereka hidup di tengah gemuruh dan hiruk pikuknya kota, maupun mereka tinggal di tengah ketenangan pelosok desa, bahkan mereka yang terpencil di lembah sunyi, semua di dalam jiwanya berdetak denyut nadi Iman yang dalam, setiap tarikan nafasnya berhembus semangat pengabdian ilahiyah, tua atau muda, pria atau wanita, kaya atau miskin, berpangkat atau rakyat biasa semua mengagungkan asma Allah, melangkahkan kaki untuk menuju suatu tempat ibadah kemudian dilanjutkan shalat sunat dua rakaat (shalat ‘id), ruku’ dan sujud sebagai pertanda kesyukuran setelah menyempurnakan ibadah puasanya selama sebulan, meskipun di sana sini mendapat banyak rintangan dan godaan hawa nafsu akan tetapi semuanya itu bisa terhindarkan karena dengan iman yang melekat dalam hati mereka. Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah Pagi ini kita shalat ‘idil fitri lagi. Tak terasa waktu berputar satu bulan telah kita lewati puasa pada saat ini, kita ditinggalkan bulan suci ramadhan, bulan yang penuh berkah. Imam Ali Zaianal Abidin cucu Rasulullah selalu meninggalkan ramadan dengan penuh kesedihan dengan air mata yang tidak henti-hentinya membasahi wajahnya. Ia mengucapkan salam perpisahan pada bulan ramadan. Ia berpisah dengan bulan yang telah menyertainya dalam mengabdi kepada Allah, bulan yang menaburkan. Baca Juga Khutbah Jumat terbaru: Contoh Khutbah Jumat Singkat terbaru di tahun 2017 Menjadi Pribadi yang Bermanfaat (Nafi’un Li Ghairihi) Materi Teks Khutbah Jumat Terbaru Implementasi Kata Amal dalm Kehidupan Edisi Materi Khutbah Jumat Terbaru 2017 tentang Kepimpinan Ummat Perspisahan bulan ramadan ini dengan orang-orang mukmin sejati laksana perpisahan antara orang tua dengan anak. Di mana saat-saat orang tua merelakan anaknya pergi merantau ke seberang pulau atau daerah untuk menuntut ilmu, suatu ketika orang tua sangat merindukan anaknya di rantauan, demikian pula sebaliknya anak merindukan kedua orang tua. Akan tetapi saat-saat yang sangat menyedihkan di mana si anak dipanggil pulang ke kampaung halamannya untuk menemui orang tuanya yang sementara sakit parah. Saat sampai di rumahnya ternyata menyaksikan banyak orang yang datang berbondong-bondong memasuki rumahnya, di depan rumah ada orang yang membelah-belah bambu dan yang lainnya kedengaran di dalam rumah membaca tahlil dan baca qur’an. Maka sang anak mecoba melangkahkan kaki dengan pelan-pelan memasuki rumahnya. Di ruangan tamu di dapatinya sang orang tua yang sangat dicintainya itu berbaring dengan tubuh yang kaku, badan yang tidak bernafas lagi, tidak bisa bergerak lagi, ditutupi kain panjang, ternyata orang tua yang dicintainya sudah menghadap kepada Sang Pencita Allahu rabbi, Alangkah beratnya, alangkah sedihnya si anak melihat orang tuanya yang sudah tidak ada lagi, dia hanya mengucapakan Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un, selamat jalan orang tuaku semoga jasa-jasamu yang engku berikan kepada kami di balas di sisi Allah dan dibarengi dengan air mata. Demikinlah gambaran orang mukmin yang di tinggalkan ioleh ramadan yang di cintainya itu. Kita sampaikan salam perpisahan kepada ramadhan dengan iringan do’a dan air mata sembari mengucapkan : “Ya Allah! Bulan ramadhan telah hadir di tengah-tengah kami dengan kehadiran yang tepuji, telah menemani kami dengan persahabatan sejati, telah menguntungkan kami dengan keuntungan yang terbaik di seluruh alam. Tiba-tiba ia meninggalkan kami pada akhir waktunya pada ujung jangkanya, Ya Allah! Bersama dengan berlepasnya ramadhan ini, lepaskan kami dari kesalahan kami dan keluarnya bulan ramadhan ini keluarkan kami dari kekeliruan” Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah Bersama dengan terbitnya mentari di ufuk timur kita bergegas datang ke tempat ini, kita hamparkan sajadah kita di atas tanah yang lembab dan dingin. Kita mengangkat kedua tangan berualng-ulang membesarka Allah, سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله الله أكبر kemudian bersama kita rebahkan tubuh, kta ratakan dahi, tersungkur di hadapan Tuhan Yang Maha Agung dengan mengucapkan “سبحان ربى الأعلى وبحمده” Tuhanku inilah hambamu yang hina terhempas di hadapun-Mu. Inilah ubun-ubunnya ad di tangan-Mu. Punggungnya melengkung karena memikul besarnya dosa-dosanya. Bibirnya kelu karena tidak sanggup mensyukuri besarnya anugerah-Mu. Di tanah lapang ini, kita semua mengakui dosa-dosa, kita memohon perlindungan Allah yang Maha Kuasa. Kita melakukan takbir dan shalat I’d berulangkali dalam kehidupan kita. Lebaran demi lebaran singgah dalam perjalanan kita di dunia ini, hari demi hari kita menyaksikan berbagai penderitaan yang dialami oleh anak manusia. jutaan orang kehilangan pekerajaan (di PHK), jutaan orang kebingunngan bagaimana mencari makan untuk menyambung hidupnya. Ratusan orang mati menggenaskan karena penyakit dan kesengsaraan, tidak terhitung anak-anak yang sel-sel otaknya rusak, matanya sayu, perutnya kembung karena kekurangan gizi dan kelaparan, kepala kita pusing, perut kita lapar, hati kita ketakutan. Hukum tidak lagi menjadi harapan perlindungan keamanan, jaminan untuk mendapatkan keadilan adalah sesuatu yang sanagt mahal, hukum tidak berdaya lagi, yang menjadi ukurannya adalah materi siapa yang banyak duit habis perkara (KUHAP) “kalau ada uang habis perkara”. Puasa diwajibkan bukan saja di dalam agama Islam, tetapi juga di dalam agama samawi lainnya. Jadi tidak heran kalau hampir seluruh agama yang ada di dunia ini mensyariatkan puasa. Apa pun bentuknya. Bahkan pada masyarakat yang tidak mengenal agama, seperti pada bangsa-bangsa primitif, ditemukan adanya kebiasaan berpuasa. Pertanyaan adalah mengapa puasa di syariatkan Allah swt pada seluruh agama? Pertama, puasa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hakikat keberagamaan adalah uapaya untuk mendekati Allah. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual atau rohani kita. Secara filosofis, kita percaya bahwa yang membedakan kita dengan makhluk-makhluk lain adalah ruh. Sebagian orang menyatakan bahwa hakikat kemanusian seseorang terletak di dalam ruhnya. Ada suatu penelitian tentang puasa cdi Barat. Penelitian itu mengamati sekelompok orang yang berpuasa. Setelah beberapa hari puasa, terjadi sesuatu yang aneh. Pikiran mereka menjadi lebih filosofis. Mereka jadi bisa berfilisafat. Sehingga dengan demikian orang yang berpuasa selalu berfikir yang abstrak bukan pada tataran yang kongkret atau materi. Salah seorang psikolog “Sigmund Freud” pernah melontarkan suatu teori tentang kesenangan anak-anak di masa kecil. Meneurutnya, ada tiga tahap perkembangan kenikmatan anak0anak itu. Ketiganya memiliki persamaan, yaitu semuanya bersifat kongkrut, bisa dilihat dan pemenuhannya sesegera mungkin. Kalau orang itu lapar, ia makan. Segera puaskan dengan kesenangan pada makan dan minum. Menurut Freud, dalam ptahap awala perkembangan kerpribadian anak, letak kenikmatan adalah pada mulutnya. Ia menyebutnya Priode Anal. Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya. Kesenangan ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketiak dia menyusu pada ibunya. Dia lalu belajar memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Pada priode ini jika anak-anak diperintahkan untuk berjalan, dia akan berusaha mengambil sesuatu dan mencoba memasukkanya ke mulut. Bila tidak ada sesuatu yang bisa diraih untuk diletekkan ke dalam mulutnya, dia akan memasukan tangannya sendiri. Pada perkembangan selanjutnya, kenikmatan itu tidak hanya terletak pada mulut. Dia mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Seperti ketika dia buang air besar atau buang air kecil. Masa itu di sebut masa Anal. Pada masa ini, aeaeorang anak bisa berlama-lama di atas toilet. Dia senangn melihat tumpukan kotorannya dan kadang-kadang ia permainkannya. Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah Sesudah itu, kepribadian berkembang lagi, kini bergeser untuk mempersiapkan diri untuk menjadi orang lebih dewasa. Priode ini disebut Priode Genital. Dia senang mempermainkan alat kelaminnya dan memperlihatkannya pada orang tuanya. Kebutuhan kita semakin hari semakin berkembang, semakin dewasa kita semakin abstraklah kebutuhan kita. Pada saat-saat tertentu ada orang hanya samapai pada priode pertama, oral saja. Walaupun swudah dewasa, dia hanay memperoleh kenikmatan pada makan dan minum saja. Perbedaannya dia ubah makan dan minum dalam bentuk simbol, misalnya dalam bentuk kepemilikan kekayaan. Jika kita mengatkan teori yang dikemukakan di atas dengan perkembangan kehidupan sebagaian manusia sekarang ini, menurutnya adalah mereka telah mengidap penyakit jiwa. Mereka hanya mengejar kenikmatan dalam makan dan minum saja, atau paling tidak mereka terhambat pada tingkat genital. Mereka seperti anak-anak, masih mencari kenikmatan dalam mempermainkan alat kelaminnya. Hal sesui dengan ungkapa ulama kita : “ Anak-anak yang berkumis” Lembaga-lembaga modern sebagian dibuat untuk memenuhi kebutuhan itu, makan, minum, dan seks. Bisnis makanan sampai sekarang adalah bisnis yang paling banyak menyedot uang di dunia modern. Rata-rata kita orang Indonesia mengeluarkan lebih dari 75 % dari penghasilan untuk makan dan minum. Bahkan tidak tanggung-tanggung di sebuah retoran di Jakarta aset perbulannya mencapai puluhan milyar rupiah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa seseorang semakin abstrak kebutuhannya. Kebutuhan yang paling tinggi adalah ketika seseorang berusaha memenuhi kebutuhan ruhaniahnya bukan kebutuhan jasmanianya. Itulah orang-orang sangat dewasa. Di bulan ramadan ini kita di latih untuk mengembangkan kepribadian kita. Kita meninggalkan tingkat oeral, anal, dan genital ke tingkat ruahaniah yang lebih tinggi. Pada siang hari di bulan ramadan kita meninggalkan masa kanak-kanak kita, yaitu berusaha menahan diri untuk tidak memenuhi kebutuhan oral kita dengan tidak makan dan minum. Kita pun mencoba untuk meninggalkan tahap genital dengan mengendalikan nafsu seks kita. Pada bulan ramadan, kita belajar menjadi dewasa. Kita berusaha meninggalkan keterikatan pada tubuh kita dan mulai mendekati ruh kita. Kita adalah gabungan antara ruh dan tubuh; tapi dalam kenyataan sehari-hari kita masih terikat sekali dengan tubuh kita. Seseorang yang sudah sampai pada tingkat yang keterikatan pada ruhnya lebih besar dari pada keterikatan pada tubuhnya, akan mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Orang yang sangat terikat dengan tubuhnya akan mudah sekali dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Dia bisa kedinginan kalau udara turun. Dia bisa kegerahan kalau suhu udara naik. Sedangkan orang yang sudah lebih terikat kepada ruh, akan bisa menciptkan tubuhnya sejuk ketika udara amat dingin. Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah Menurut Murthada Muthahari, salah satu tahap dalam kewalian seseorang adalah ketika ia sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dia tidak akan marah ketika seharusnya marah. Dia tidak ingin membalas dendam ketika semestinya ia membalas dendam. Dia tidak sakit hati ketika orang menyakiti hatinya. Nafsunya sudah terkendalikan. Menahan makan dan minum serta manahan diri dari perbuatan zina sudah termasuk tingkat wali yang paling awal. Jadi pada saat bulan puasa Insya Allah kita akan menjadi wali-wali Allah pada ting yang paling elementer. Oleh karena pada bulan puasa ini kita selalu berusaha untuk menjadi wali-wali Allah dengan mengendalikan hawa nafsu kita yang hanya mementingkan kepentingan tubuh tanpa memperhatikan kebutuhan ruhaniah kita. Janganlah terlena dengan kebutuhan jasadiahnya. Rezki yang diberikan oleh Allah kepada hanya kebutuhan komsumtif kita. Kita tumpuk makanan dan minuman yang berlebih untuk santap ketika buka puasa, sekan-akan suatu kompensasi akan ketidak makanan dan ketidak minuman di siang hari. Tetapi kita harus melihat betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa menikmati sesuap nasi untuk berbuka puasa, kita ulurkan bantun kepada mereka gara supaya tercipta suatu kesembangan di antara kita.
Gallery Khutbah Idul Fitri 1438 H
Khutbah Idul Fitri Puasa Dan Idul Fitri Meneguhkan
Teks Lengkap Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1438 H Ketum Hamdan
Khutbah Idul Fitri 1438 H Kekuatan Fitrah Bagi Penyelamatan
Download Naskah Khutbah Idul Fitri 1438 Hijriyah
Catatan Ilmu Khutbah Idul Fitri 1438 H
Idul Fitri 1438 H Ust Ali Subbana Lc Masjid As Salam 250617
Naskah Khutbah Idul Fitri 1438 H Bela Islam Tegakkan
Khotbah Idul Fitri 1438 Kisah Musa Dan Firaun Saat
Meraih Kemenangan Dan Fitrah Setelah Ramadhan Khutbah Idul
Teks Lengkap Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1438 H Ketum Hamdan
Khutbah Idul Fitri 1438 H Oleh Bp Drs H Subadi M Si
Khutbah Idul Fitri Puasa Dan Idul Fitri Meneguhkan
Khutbah Idul Fitri 1438 H Kita Tak Bisa Sembunyi Carafitra
Kh Arif Hizbullah Tiga Pelajaran Pada Momentum Idul Fitri
Khutbah Idul Fitri Puasa Dan Idul Fitri Meneguhkan
Khutbah Idul Fitri 1438 H Mimbar Syariah Mempererat
Khutbah Idul Fitri 1438 H Belajar Memaafkan Dari Nabi Yusuf
Khutbah Idul Fitri Singkat Edisi Terbaru 2019 M 1440 H
Kumpulan Khutbah Idul Fitri 2017 1438 H Terbaru Terlengkap
Khutbah Idul Fitri 1438 H 2017 M Menjadi Mukmin Yang
Khutbah Idul Fitri 1438 H Dpp Hidayatullah
0 Response to "Khutbah Idul Fitri 1438 H"
Post a Comment